Part 5

38 0 0
                                    

Sesampainya di dalam rumah aku mencari tahu keberadaan Ayah dan Ibuku. Namun, hasilnya nihil mereka telah berangkat kembali menuju Kalimantan dari satu jam yang lalu.

Mereka sama sekali tidak peduli kepadaku, buktinya mereka hanya meninggalkan secarik kertas yang isinya hanya omong kosong mereka.

Aku sangat benci kepada Ayah dan Ibuku karena, mereka hanya memikirkan bisnisnya tanpa memperdulikan aku yang notebennya adalah anaknya. Lebih baik mereka tidak usah menjengukku sama sekali kalau hanya datang beberapa jam lalu pergi kembali. Maka dari itu hubunganku dengan mereka tidak baik karena, itu semua akibat dari tingkah laku mereka sendiri.

Hari demi hari aku lalui dengan rutinitas ku disekolah. Setiap hari Adit selalu mengantar dan menjemputku dengan alasan, supaya tidak kesepian saat di perjalanan menuju sekolah, dan membimbingku dalam mengerjakan semua tugas-tugas yang tidak aku mengerti.

Sebenarnya aku merasa tidak enak dengan Adit, tapi mau diapakan lagi jika aku menolak Adit selalu memaksakan kehendaknya sendiri.

Sebulan telah berlalu, setelah ujian akhir semester di laksanakan tiba saatnya waktu yang di nantikan seluruh murid yaitu berlibur.

Namun, seperti yang sudah direncanakan oleh pihak sekolah bahwa akan diadakan liburan bersama di daerah puncak.

Matahari pagi masuk kedalam celah-celah kamarku, aku terusik karena pantulan cahaya itu. Aku terbangun dengan rasa malas, aku turun dari ranjang menuju kamar mandi sharusnya aku bersantai-santai di hari liburku ini tetapi aku malah harus mendatangi kegiatan yang diadakan oleh pihak sekolah.

Masih tersisa waktu 20 menit sebelum Adit menjemputku akhirnya aku mengecek kembali barang bawaan yang akan aku bawa. Tiba-tiba ada suara ketukan pintu dari luar, langsung saja aku bergegas turun dan membawa semua barang-barang keperluanku dan berpamitan dengan tanteku.

"Hai maaf ya, udah nunggu lama di luar? Kenapa gak masuk kedalem aja?" Ucapku sambil menaikkan barang-barangku ke dalam bagasi mobil miliknya.

"Enggak kok baru sebentar, ah gak enak lebih baik nunggu disini aja hehe." Ucapnya sambil membantuku memasukkan barang-barangku ke bagasi mobil miliknya.

"Udah cuma segini aja? Gak ada yang ketinggalan kan? Yaudah ayok masuk ke mobil nanti kita bisa ketinggalan sama yang lainnya." Ucapnya sambil membukakan pintu mobil dibagian penumpang untukku.

Sesampainya di sekolah, para murid dan guru sudah siap untuk mengemudikan mobil mereka masing-masing.

Memang sekolahku tidak menyediakan bus untuk para murid karena, seluruh murid dan Guru di sini termasuk orang kelas atas jadi seluruhnya menggunakan kendaraan pribadi.

Dan kami semua berangkat beriringan menuju puncak, tidak memakan waktu yang panjang akhirnya kami semua sampai di sebuah villa yang sudah di sewa untuk waktu 2 hari kedepan.

Aku turun dari dalam mobil Adit dan mengeluarkan barang-barang milikku dari dalam bagasi sambil dibantu oleh Adit.

Kami semua diberikan pengarahan untuk semua kegiatan selama kami berada di sini, dan di berikan kunci kamar masing-masing.

Aku mendapatkan kamar nomor 5, ternyata kamarku letaknya sangat dekat dengan pintu akses keluar dan masuk.

Waktu berlalu begitu cepat, malam telah tiba waktunya aku dan murid-murid lainnya berkumpul di halaman belakang villa untuk memasang api unggun dan sebagian lainnya membakar jagung. Ada juga sebagian diantara mereka yang bermain gitar, dan bergurau dengan pasangan mereka masing-masing.

Tapi aku memilih untuk duduk di sebuah ranting kayu sambil memegang teh hangat di tangan kiriku. Karena cuaca malam hari di puncak saat ini sangat dingin sampai-sampai menusuk ke dalam tulangku. Aku merasa kesepian Lili tidak bisa ikut di karenakan dia sedang tidak enak badan.

Ketika aku sedang termenung ada seseorang yang mengejutkan ku dari belakang, aku tersentak dan teh hangat ku tumpah seluruhnya mengenai baju dan jeans ku. Dengan rasa kesal aku menoleh kebelakang dan ternyata Adit orang yang berani-beraninya mengejutkanku sampai membuat seluruh pakaianku basah begini. Argghhhh gadis di batinku merasa sangat kesal ingin sekali menamparnya dan mencekik lehernya.

"Aaddiitt.. lo lagi lo lagi. Iseng banget sih jadi orang. Liat nih gara-gara perbuatan lo baju gua jadi basah." Ucapku sambil memasang tampang tidak suka terhadap Adit.

"So.. so.. sorry Theressa gua gak sengaja, niatnya kan cuma mau ngagetin lo bukan sampe numpahin teh lo kayak gini. Gua gak tau kalo lo lagi megang teh. Maaf deh gua tau gua salah." Ucapnya sambil memasang tampang MELAS.

Entah mengapa hatiku merasa luluh jika dia memasang tampang MELAS seperti itu, semua amarah yang ada untuknya bisa hilang begitu saja. Entah apa yang aku rasakan akhir-akhir ini setiap berada di dekat Adit tempo jantungku selalu berdetak lebih cepat dari normalnya dan merasa bersalah jika aku memarahinya.

"I..i..iya gak papa dit gua juga yang gak hati-hati aja megang gelasnya makanya bisa sampe tumpah gini." Ucapku merasa gugup saat berbicara dengan Adit.

Berbeda dari hari-hari sebelumnya aku tidak pernah merasakan segugup ini jika sedang berbicara dengan Adit.

"Lo lagi sendirian aja di sini? Kenapa gak gabung sama yang lain?"tanyanya sambil mengambil posisi duduk di samping kananku.

"Enggak ah.. gak enak gua ngerasa ganggu mereka aja, kalo gabung juga gua cuma jadi obat nyamuk buat mereka. Makanya gua milih duduk sendiri disini. Lo sendiri kenapa enggak gabung sama temen-temen lo?" Ucapku sambil meremas gelas kosong yang kupegang sedari tadi.

"Oohh begitu. Gua? Lo nanya gua? Tumben banget ada angin apa lo peduli sama gua? Hehe. Gua males ah gabung sama mereka ya alasannya sama aja kaya lo tadi." Ucapnya sambil tertawa menghadapku.

Entah mengapa sepertinya aku menyukai Adit yang sedang tertawa seperti itu. Aku memandangi terus-menerus wajah Adit tanpa berkedip sedikitpun. Aku menyukai rambutnya yang memiliki jambul yang tidak terlalu tinggi, hidungnya yang seperti perosotan, bibirnya yang indah jika sedang tersenyum dan bola matanya berwarna coklat pekat yang mampu menyihir mataku agar terus menatap matanya. 

Akhirnya aku dikejutkan oleh adit, baru aku tersadar dari lamunanku mengagumi adit.

"Theressa, lo ngeliatin gua sampe gak kedip gitu kenapa? Terpesona ya sama ketampanan gua? Memang banyak orang yang berpendapat kalo gua itu paket komplit hehe." Ucapnya sambil membanggakan dirinya sendiri.

"Eh.. eng..engga kok. Pede banget deh lo, siapa juga yang lagi ngeliatin lo." Ucapku berbohong kepada Adit. Pasti Adit sudah melihat siluet merah padam yang ada di mukaku karena malu.

Gadis dibatinku melotot tajam, sambil menjedot-jedotkan kepalaku ke dinding. Karena aku telah ceroboh berani-beraninya memandang Adit dan seketika itu pula aku tertangkap basah olehnya.

Waktu menunjukkan semakin larut malam, aku merasa menggigil karena pakaianku yang basah terkena tumpahan teh tadi.

"Theressa, lo menggigil pasti gara-gara gua kan? Ini lo pake sweater gua siapa tau bisa ngehangatin tubuh lo sedikit. Daripada nanti masuk angin gua yang repot juga kan pasti." Ucapnya sambil membuka sweater miliknya dan memberikannya kepadaku.

"Err... i..i..iya dingin banget nih dit." Ucapku terbata-bata dan bergetar sambil menggunakan sweaternya.

"Terus lo gimana? Nanti lo kedinginan juga dit." Ucapku lagi.

"Enggak apa-apa Theressa, gua mah udah kebal sama hawa dingin gini. Gimana udah gak dingin lagi?" Ucapnya sambil memandangku.

"Sedikit, tapi masih dingin banget." Ucapku sambil menggosok-gosokkan kedua telapak tanganku.

Give me vote and comments you

Tobe Continued!!

Janji PetakaWhere stories live. Discover now