TRP 2 : Teman Rasa, Kenalan

42.7K 3.5K 291
                                    

"Helm mana?" Ardo bertanya pada Alia yang baru saja naik ke atas boncengannya.

"Ya ampun, lupa!" Desis gadis itu sambil memukul jidatnya sendiri. Tergesa-gesa ia turun dari boncengan Ardo sambil mengomel tak karuan. Ardo sendiri hanya mendengus dan dengan sabar menunggu sampai Alia keluar dengan helm berwarna pink yang terpasang manis di kepalanya.

"Kali ini benar-benar siap. Ayo berangkat!" ucap Alia bersemangat.

"Pegangan."

Alia memutuskan jarak di antara mereka dengan melingkarkan lengannya di perut Ardo, "Ya ampun Richi! Perut kamu makin lama makin buncit aja. Makanya kalau makan kira-kira dong. Susah nih mau pegangan."

"Buncit itu tandanya mapan," jawab Ardo sementara mereka mulai meluncur ke jalanan.

"Filosofi dari mana itu?"

"Emang kenyataan kok," Jawab Ardo sambil menggedikkan bahunya, "Lihat aja pengusaha-pengusaha sukses. Kebanyakan dari mereka berperut buncit karena hidup enak. Atau Oom-Oom hidung belang yang suka 'jajan di pinggir jalan'. Perutnya pada buncit kan?"

Alia misuh-misuh seketika, "Itu kan dulu. Kalau sekarang, pengusaha ganteng-ganteng kok. Perutnya kotak-kotak dan wajahnya kayak dewa yunani."

Ardo tertawa kencang hingga beberapa pengendara lain yang juga berhenti di lampu merah menoleh pada mereka, "Tahu dari mana kamu kalau pengusaha kayak gitu?"

"Wattpad!" jawab Alia tegas.

"Makanya, kalau hidup itu di dunia nyata," Ucap Ardo dengan nada mengejek, "Bukan di dunia orange."

"Kok kamu tahu sih, wattpad itu disebut dunia orange? Jangan-jangan kamu punya wattpad juga ya?"

"Kamu yang tiap hari maksa aku buat dengerin curhat tentang wattpad, dan masih berani tanya aku tahu dari mana?"

Alia cemberut dan menempelkan hidungnya pada pundak Ardo, "Nyebelin."

"Makasih," Jawab Ardo sambil menurunkan kaca helmnya. Alia yang sudah hapal akan gelagat itu, ikut menurunkan kaca helmnya dan mempererat pelukannya. Dalam sekejap, keduanya melaju dalam kecepatan tinggi yang membuat beberapa orang melempar sumpah serapah tak karuan.

Tidak menunggu lama sampai Ardo menghentikan sepeda motornya di depan lapangan buatan yang dibatasi jaring antara satu lapangan dengan lapangan yang lain. Alia turun dan menoleh ke berbagai arah, lantas dengan riang menunjuk lapangan yang berukuran paling besar.

"Itu Kak Raka dan Kak Fadli!"

Ardo menarik kerah baju Alia yang sudah hampir berlari, "Lepas dulu helmnya bego!"

"Ya ampun, lupa!" Alia kembali menepuk jidatnya, membuat Ardo memutar bola mata pada gadis itu.

"Tadi lupa pakai helm, sekarang lupa ngelepas helm. Kok kamu nggak pernah lupa, kalau aku belum bayar utang?"

Alia hanya tertawa dan menyerahkan helmnya pada Ardo. Gadis itu kemudian berlari meninggalkan Ardo yang berjalan santai di belakangnya. Dari jauh Ardo bisa mendengar gelak tawa Alia ketika gadis itu dengan jahilnya mengejutkan Fadli.

"Siapa yang bawa anak tuyul ini ke sini?" Fadli mencak-mencak tak karuan, jantungnya berdetak kencang karena ulah Alia.

Alia menjulurkan lidahnya pada Fadli dan bersembunyi di balik punggung Raka ketika Fadli mencoba untuk menjitaknya. Membuat Fadli semakin jengkel karena kini Raka berbalik melotot padanya.

"Eh? Siapa itu Kak?" Alia bertanya sambil menggedikkan bahu ke arah lapangan. Pandangannya jatuh pada sosok jangkung yang sedang jongkok sambil memperbaiki tali sepatu. Alia bahkan sudah melupakan pertengkarannya dengan Fadli dan kini duduk di samping seniornya itu.

Teman Rasa Pacar - Slow UpdateWhere stories live. Discover now