TRP 10 : Teman Rasa, Let It Go

32.1K 2.9K 297
                                    

"Maaf ya Kak. Gara-gara aku, Kakak jadi repot.

Alia mengatakan itu sambil memperhatikan Azra yang sedang membuka bungkus plester pereda demam. Tadi Alia mengirimi pria itu pesan untuk membatalkan kencan mereka karena merasa tidak sehat, namun tanpa diduga, Azra justru mengunjungi dan memutuskan untuk merawatnya. Dengan telaten pria itu menyuapinya semangkuk bubur, membantunya membersihkan diri, dan menungguinya ketika berganti pakaian. Membuat Alia sedikit malu dengan rambut kusutnya yang belum tersentuh sisir sejak tadi siang.

"Kenapa minta maaf? Kalau aku keberatan, aku pasti nggak datang kemari kan?" tanya Azra sambil menempelkan plester di dahi gadis itu.

"Tapi kan segan," gumam Alia sambil memainkan jemarinya karena gugup.

"Kenapa kamu segan sama aku? Bukan karena aku senior kan? Maksudku, kamu nggak terlihat segan ngobrol atau bercanda dengan Raka dan Fadli."

"Mereka berdua sih kelakuannya nggak kayak senior," cibir Alia.

"Maksud kamu, aku terlalu kaku dan bertingkah kayak senior yang menyebalkan?"

"Eh? Bukan gitu," Alia menggaruk kepalanya yang tak gatal, "Kak Raka dan Kak Fadli itu udah ku anggap kayak saudara sendiri."

"Oh well, aku nggak mau dianggap kayak saudara kamu," kekeh Azra.

"Loh? Kenapa nggak mau?"

"Kenapa?" ulang Azra sambil menaikkan alisnya, "Serius kamu nanya kenapa?"

Pipi Alia berubah menjadi merah ketika tersadar akan arah pembicaraan mereka. Gadis itu terkikik malu, dan memilih untuk tidak menjawab pertanyaan Azra yang tersenyum geli melihat tingkahnya.

"Jadi, kenapa bisa sampai demam gini?"

"Stres karena kuliah kayaknya. Aku kan ngambil SP selama liburan ini."

"SP cuma setengah dari jumlah SKS yang biasanya kamu ambil tiap semester, Al. Setidaknya cari kebohongan yang lebih masuk akal."

"Aku nggak bohong kok," bantah Alia cemberut.

"Nggak masalah kalau nggak mau cerita. Mungkin masalah pribadi."

Alia terdiam mendengar tebakan yang tepat sasaran itu. Ia tidak suka mengecewakan orang lain, namun tidak punya pilihan kali ini. Azra tetap akan kecewa kalau ia memilih untuk mengatakan bahwa ia jatuh sakit karena patah hati pada pria lain.

"Hei, nggak papa," ucap Azra seakan mengerti perdebatan di dalam benak gadis itu. Tangannya bergerak menghaluskan kerutan di kening Alia ketika berkata, "Kita semua punya masalah yang nggak bisa kita bagi dengan orang lain. Aku nggak akan marah, apalagi maksa kamu buat cerita. Pelan-pelan aja, Al. Kita sama-sama butuh waktu untuk menyesuaikan diri terhadap satu sama lain kan?"

Malu-malu Alia mengangguk, "Iya."

Sedetik Alia mendapati dirinya dan Azra tersenyum atas saling pengertian yang baru saja mereka capai, namun detik kemudian, ia mendapati wajah mereka nyaris tidak berjarak. Ketika Azra memiringkan kepala, Alia tahu apa yang akan terjadi dan memejamkan mata, merasakan bibir pria itu menyentuhnya.

Ciuman Azra menggambarkan diri pria itu sepenuhnya. Begitu tenang, lembut, dan nyaris sopan. Seakan menawarkan kenyamanan dan perlindungan di tengah-tengah kekacauan yang membuatnya babak belur menahan kesedihan. Alia tidak tahu akan seperti apa perjalanan ini ke depannya nanti. Yang pasti, waktu terus berlalu dan ia harus melangkah maju. Bahkan meski itu artinya harus meninggalkan Ardo dan perasaan yang dimilikinya terhadap pria itu.

*

Teman Rasa Pacar – JessJessica

*

Teman Rasa Pacar - Slow UpdateWhere stories live. Discover now