TRP 3 : Teman Rasa, Jadian?

39.9K 3.5K 586
                                    

Mulmed : AliArdo
**

"Ngapelin suami Al?" Raka yang hanya mengenakan selembar boxer dan rambut acak-acakan tanda baru bangun tidur, menyapa Alia dengan cengiran begitu membukakan pintu untuk gadis itu.

"Iya," jawab Alia dengan senyuman genit, "Kan suaminya Kak Raka."

Raka jadi terkekeh melihat tingkah centil gadis itu, "Ardo belum bangun kayaknya."

"Biarin aja," Jawab Alia sambil mengedip-ngedip genit, "Yang penting, Kakak udah ngebangunin hatiku."

    Raka tertawa hingga bahunya yang berwarna kecokelatan berguncang. Sebagai teman kos Ardo, pria itu sudah hapal kebiasaan Alia yang selalu berkunjung setiap hari Minggu. Itulah alasan kenapa ia sering menggoda Alia sebagai pasangan Ardo, meskipun gadis itu selalu berbalik menggodanya dengan mengatakan Raka adalah calon suaminya.

"Gih ke kamarnya. Sebelum Ardo bangun dan ngamuk lagi karena aku ngegodain istrinya."

"Kak Fadli udah bangun kan?" tanya Alia, "Hari ini dia yang nganterin belanja."

"Fadli pulang ke rumahnya semalam. Nanti belanja bareng aku."

    Alia hanya bisa mengangkat bahu mendengar informasi itu, kemudian berjalan menuju sebuah kamar yang terletak di ujung ruangan. Ia memutar sebuah kunci berwarna silver dan langsung mengeluh sebal setelah pintu terbuka.

    Tanpa menutup pintu, Alia langsung masuk ke dalam kamar Ardo. Dengan cekatan gadis itu menyibakkan horden dan membuka jendela, membuat Ardo yang masih terbaring di atas kasur, langsung mengeluh sebal. Pria itu menarik selimut sampai menutupi wajah dan kembali meneruskan tidur, mengabaikan Alia yang menatap seluruh kamar dengan pandangan nelangsa.

    Ardo adalah pria paling berantakan dan paling pemalas yang pernah dikenal Alia. Setiap minggu ia harus mengunjungi kos pria itu dan merapikan kamarnya, atau Ardo akan hidup bersama dengan kuman dan virus yang diciptakannya sendiri. Sebenarnya kos Ardo sendiri dilengkapi fasilitas pengurus rumah, namun Ardo yang tidak suka kalau kamarnya dimasuki orang lain, lebih memilih Alia untuk membereskan ruangannya. Dan Alia tidak bisa menolak, karena ia terlalu peduli untuk bisa membiarkan Ardo hidup bersama sampah.

"Aku udah bilang berkali-kali, kalau habis makan piringnya dikeluarkan! Kamu mau kamar kamu dipenuhi belatung, huh?"

"Mau," Jawab Ardo dari dalam selimut. Alia bahkan tidak yakin pria itu benar-benar mendengar ucapannya.

    Alia berdecak jengkel, namun tidak meneruskan kemarahannya, karena tidak ada gunanya. Dalam sekejap gadis itu sudah sibuk mengeluarkan seluruh sampah dari kamar Ardo, menumpuk piring kotor di wastafel, dan memasukkan pakaian ke mesin cuci. Setelah selesai menyapu dan mengepel kamar sampai bersih, gadis itu langsung melompat ke atas kasur, menindih Ardo yang mengeluarkan suara seperti orang tercekik.

"Al!" geram pria itu sambil menyibakkan selimut, "Apa-apaan sih kamu?"

"Udah kelar beresin kamarnya," Ucap Alia sambil menyodorkan tangan, "Gajinya mana?"

Ardo melirik kamarnya yang memang sudah bersih dan bertanya, "Naik apa tadi ke sini?"

"Angkotlah," jawab Alia sambil menarik selimut yang menutupi pinggang pria itu dan melipatnya, "Main naik pesawat, nggak ada tempat landasnya."

Ardo mendengus dan meraba-raba bokongnya sampai tersadar kalau ia hanya menggunakan boxer, "Celana yang ku pakai semalam mana?"

"Warna apa? Tadi aku nyuci banyak celana panjang."

"Celana biru," Ucap Ardo sambil menguap, "Cari gih, dompetnya ada di sana."

"Richi!" sentak Alia sambil memukul wajah pria itu dengan selimut, "Sikat gigi dulu baru nguap! Bau tahu."

Teman Rasa Pacar - Slow UpdateWhere stories live. Discover now