Part 4

2K 63 0
                                    

Aku membuang perhatianku ke jendela. Bukan karena pendingin mobil. Rasa dingin itu seperti kau sedang menyentuh es. Dan bagaimana mungkin tubuhnya bisa sedingin itu saat ini?

“Aku hanya bisa mengantarmu sampai disini. Nanti malam aku akan menjemputmu.”ujar Lay begitu kami tiba di rumah dan dia telah mengeluarkan semua belanjaanku dari dalam mobil.

“Tidak perlu. Terima kasih sudah mengantarku pulang.”ujarku berusaha tetap sopan walau pikiran-pikiran tentang kejadian tadi masih memenuhi kepalaku.

Aku bergegas masuk ke dalam rumah dan meletakkan semua barang belanjaanku begitu saja di atas meja makan dan berlari ke kamar untuk mandi. Dan dalam waktu kurang dari 20 menit aku sudah mengunci pintu rumah kembali untuk bergegas ke toko karena aku benar-benar sudah terlambat.

Sepanjang sisa hari ini berjalan normal seperti hari-hari sebelumnya kalau kenyataan Lay tadi sore mengantarku pulang dianggap tidak terjadi. Pelanggan yang datang ke toko nyaris seperti biasa, tidak terlalu ramai, dan tidak juga sepi. Walau aku sempat sedikit takut saat beberapa orang laki-laki mengenakan jaket kulit masuk dan hanya membeli permen lalu bertanya ini itu sebelum pergi. Yang anehnya adalah, begitu mereka sampai diluar, mereka membuang permen itu ke dalam tempat sampah tanpa memakannya. Dan saat aku baru akan memesan makan malam di restoran kecil disebelah, seorang pelanggan masuk. Dia bukan pelanggan biasa. Pria ini adalah pria yang sama dengan yang kutabrak di supermarket tadi siang. Pria dengan wajah tanpa dosa.

Aku hanya memperhatikannya sambil menekan sederet nomor di telpon dan menunggu jawaban dari seberang saat pria itu menghampiriku. “Jauhi Lay. Jangan berhubungan lagi dengannya.”ujar pria itu dingin lalu segera pergi begitu saja setelah berhasil membuatku terdiam bahkan sama sekali tidak mendengar kalau seseorang di seberang sana sudah menutup kembali telponnya.

Jauhi Lay? Memangnya aku siapa? Memangnya Lay siapa?Memangnya dia siapa? Aku tidak punya hubungan dengannya ataupun dengan magnet wanita itu!

“Apa-apa’an dia!”gerutuku kesal dan berusaha menelpon restoran sebelah kembali saat Thunder menghambur masuk ke dalam toko.

“Selamatkan aku!”ujarnya cepat dan aku langsung tahu apa maksudnya.

Lebih dari 10 wanita sedang berduyun-duyun menuju ke tempat kerjaku. Aku langsung mendorong Thunder masuk ke bagian dalam toko tempat kamar pendingin makanan dan menyuruhnya bersembunyi disana. Setelah memastikan Thunder aman, aku langsung membuka pintu samping sebelum kembali ke meja kasir.

“Apa kau melihat Thunder?”tanya para wanita itu yang menurutku terlalu bersemangat.

Aku hanya mengangguk dan menunjuk pintu samping yang terbuka lebar. Dan aku nyaris tertawa saat gerombolan fans Thunder itu benar-benar mempercayaiku dan segera mengejar Thunder keluar dari toko. Setelah melihat gerombolan fans Thunder menjauh, aku mengunci kedua pintu dan menurunkan kerai untuk menutup toko. Hal yang biasa kami lakukan kalau Thunder dikejar fans atau saat tidak ada orang yang bisa menjaga toko. Setelah memastikan kalau toko kututup untuk sementara, aku bergegas membuka pintu ruangan pendingin dan mendapati Thunder masih berdiri disana dengan gigi bergemeletuk.

“A,a,apa me,me,mere,mereka su,sudah pergi?”tanya Thunder terlihat sangat kedinginan.

Aku menariknya keluar dan memberikannya jaket yang kugantung di ruang istirahat. “Apa yang kau lakukan disini?”tanyaku sambil mengambil sachet kopi dan membuatkan Thunder kopi panas.

Thunder menyodorkan bungkusan yang sejak tadi dipegangnya. “Aku rasa ini sudah sangat dingin.”ujarnya pelan.

“Apa itu?”tanyaku sambil duduk di hadapan Thunder dan mendorong cangkir berisi cairan hitam panas itu ke arahnya.

EXO Saga The Series [1] "Night Of The Darkness"Where stories live. Discover now