Part 6

1.8K 54 3
                                    

Beberapa saat kemudian dengan mudah kami menemukan gerombolan vampir itu di salah satu sudut kota London, di sebuah rumah kecil yang cukup terurus. Aku rasa ini tempat mereka biasanya membawa para manusia untuk menjadi santapan mereka. Sejak menjadi salah satu dari kaum abadi, aku selalu bertanya-tanya baik pada Luhan ataupun pada Kris kenapa makhluk abadi layaknya vampir dan malaikat memiliki wajah yang nyaris sempurna hingga bisa memikat manusia dan tidak satupun dari kedua orang itu yang menjawabnya hingga kini.

Aku dan Luhan memarkir mobil cukup jauh dari rumah itu. Kami baru saja turun dari mobil saat sebuah tangan menahan bahuku. “Izinkan aku yang melakukannya.”ujar sebuah suara yang sangat kukenal.

Dibelakangku Minho dan Suho berdiri bersama. Cengiran lebar terukir diwajah Minho hingga menunjukkan taringnya. “Kau disini?”tanyaku takjub melihat Minho berdiri di dekatku tanpa sedikitpun menunjukkan tanda-tanda kalau dia nyaris mati dalam minggu ini.

Minho membungkuk hormat dan kemudian tersenyum tulus. “Aku disini untuk membayar kesalahan atas Bristol.”ujarnya yakin.

“Kau bahkan baru sadar, teman.”tukasku cepat.

“Biarkan dia, Lay. Bahkan dia juga sanggup melemparku ke dinding saat aku menghalanginya untuk mencarimu.”tukas Suho, “Dua kali dalam sehari aku dilempar ke dinding. Dan hanya kalian yang berani melakukan itu padaku.”gerutunya kemudian.

Belum sempat aku memutuskan apapun, dapat kurasakan kekuatan Luhan merembes keluar. “Aku butuh pelampiasan, Lay!”serunya dan aku tahu dia sedang kesal. Membuat kesal malaikat biasanya tidak berakibat baik.

Sialan! Di satu sisi teman baikku meminta kesempatan untuk melampiaskan kekesalannya, dan di sisi lain salah seorang anggotaku membutuhkan kesempatan untuk membayar kesalahannya. Apa mereka pikir aku tidak ingin turun tangan langsung?

“Aku tahu kau juga ingin menghabisi mereka, Lay. Tapi aku sedang kesal hari ini dan aku butuh pelampiasan!”ujar Luhan dingin, dan aku melupakan kalau Luhan memiliki kekuatan yang sama dengan Kris, membaca pikiran.

Aku langsung merangkulkan lenganku di bahu Luhan. “Seingatku ada lebih dari 4 vampir di dalam sana. Satu orang menghadapi satu. Kalau memang lebih dari 4 maka yang bisa menghabisi paling cepat berhak mendapatkan sisanya. Bagaimana?”

“Aku ingin semuanya!”tukas Luhan bahkan sebelum Minho dan Suho mencerna apa yang kukatakan.

“Ayolah, teman. Kita harus adil, bukan? Lain kali kau akan mendapatkan kesempatan one man show. Tapi tidak malam ini. Rasa bersalah Minho sangat besar hingga dia akan melakukan apapun yang kuminta.”ujarku hanya dalam pikiran agar hanya Luhan yang bisa mendengarnya.

Luhan menatapku kesal. “Terserahlah. Kau berhutang padaku, ingat itu!”ujarnya pasrah dan langsung berbalik, bersiap memulai apapun untuk menghilangkan sedikit kekesalannya.

***

*Lily POV*

Aku tidak tahu apa sebenarnya alasan Lay mendekatiku sampai seperti ini. Setiap kali aku mendapat shift malam, maka siangnya Lay pasti akan muncul di depan rumahku, menjemputku, dan memaksaku ikut bersamanya. Terkadang kami pergi ke lokasi syuting tempat dia menjadi sutradara ataupun produser. Terkadang aku menunggunya selesai mengajarkan dance untuk beberapa boyband. Thunder benar, Lay memiliki pekerjaan yang tidak tetap. Terdengar mirip dengan pekerja serabutan biasa, tapi jelas dalam tingkatan yang berbeda. Lay menangani semua pekerjaan itu bukan berdasarkan atas siapa yang membayar paling mahal, tapi lebih pada kenyataan kalau siapa dari mereka yang sanggup tidak memunculkan Lay dalam berita, maka dia yang akan dipilih Lay.

Oh, jangan salah. Nama Lay selalu disebut dalam setiap pembuatan film, ataupun dalam acara penghargaan. Tapi tidak ada seorangpun yang berhasil mengabadikan sosok misterius yang melegenda di dunia hiburan itu. Yang mereka tahu_dan kini kuketahui karena sering bersama Lay_adalah kenyataan kalau apapun yang Lay tangani akan berujung dengan penghargaan terbaik.

EXO Saga The Series [1] "Night Of The Darkness"Where stories live. Discover now