tampan, tapi membuat kesal

17.1K 1K 4
                                    

yang ganteng, dan bertingkah tengil, memang selalu buat galau.

.

Dan sekarang aku memnencimu, setelahnya aku suka padamu, kemudian aku tidak rela kehilanganmu.

.

Rafanda sedang tidur di atas ranjangnya, tidak ingin turun dari ranjang tercintanya padahal hari sudah menjelang siang, dia pun tidak pergi ke kampus, yang dia pikirkan sekarang hanyalah 'bagaimana caranya dia bisa menemui model yang bernama Zayyan dan dia akan memarahi Zayyan sepuasnya' setelah itu dia tersenyum senang.

Rafanda merasa bosan juga, akhirnya dia menyalakan televisi nya, melihat ada berita apakah siang ini?

Tidak sengaja rafanda memencet channel yang menayangkan berita seputar artis, dan melihat dirinya yang tertangkap kamera sedang bertengkar di pinggir trotoar dengan Zayyan.

"Pemirsa, dapat kita saksikan di video tersebut, Zayyan sedang bertengkar dengan asisten barunya, dan asisten tersebut bertingkah laku kurang ajar terhadap Zayyan, dengan cara meninggalkan Zayyan begitu saja, sungguh asisten yang tidak tau terima kasih."

Cukup sudah, Rafanda mematikan televisi nya, jika televisi itu terus menyala bisa-bisa Rafanda menjadi raksasa, mengamuk mendengar berita yang di bawakan oleh pembawa acara yang ada di televisi tersebut, kemarin beritanya ada di majalah, dan sekarang ada di tv, besok akan muncul di mana lagi? Di baliho?
Rafanda mengambil handphone nya kemudian mencari nama Jelita di kontak handphone nya dan menelfonnya.

"Hallo, onta lola! Temuin gue di kafe biasa sekarang!"

"Beri salam dulu kek, ini langsung nyerocos aja,"

"assalamu'alaikum ontaaaa, Cepetan nta, gue butuh lo sekarang." Rafanda mematikan telfonnya sepihak sebelum Jelita menjawab salamnya, lalu dia berjalan ke arah lemari yang berada di pojok kamarnya, mengambil baju yang akan di pakainya dan kemudian berangkat ke kafe untuk bertemu dengan Jelita.

Menyetir mobil dengan keadaan hati tidak baik memang cukup rawan, dari tadi Rafanda menyetir, sudah banyak sekali pengguna jalan yang memberi klakson, memperingati Rafanda agar lebih pelan menyetirnya, dan berharap Rafanda tidak menyetir dengan ngebut.

Namun Rafanda tidak mendengar klakson para pengguna jalan, dia tetap melajukan mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata. Tidak sampai 15 menit Rafanda sudah sukses memarkirkan mobilnya di depan kafe Scholpus, aneh memang nama kafe nya, namun rafanda sangat senang nongkrong di kafe tersebut, karena harganya yang terjangkau untuk mahasiswa dan anak sekolah yang berada di sekitar kafe tersebut.

Rafanda memasuki kafe mencari jelita si onta lola, namun sejauh mata memandang Jelita tidak di temukan. Rafanda memilih kursi dan duduk untuk menunggu Jelita, Rafanda tau sekali kebiasaan sahabatnya itu, yaitu lola! memang biasanya selalu Rafanda duluan yang dateng, dan beberapa menit kemudian baru Jelita datang dengan tampang watados (wajah tanpa dosa), membuat Rafanda hanya bisa mengelus dada, menahan amarahnya untuk tidak memaki-maki Jelita.

"Selamat siang Mbak Fanda, mau pesan apa?" Tanya Ilham, pelayan ganteng yang selalu menbuat Rafanda betah berlama-lama di kafe Scholpus.

"Seperti biasa, tapi untuk nasi gorengnya di tambah seafood ya." jawab Rafanda, kemudian dia melanjutkan memainkan tabnya, mengerjakan tugas kuliah yang belum sempat dia kerjakan.

"Di tunggu ya mbak,"

"Iya."

"Sorry fan, gue telat." Rafanda menaruh tabnya di atas meja dan memandang jelita dengan tatapan marah.

"Nggak usah minta maaf lo onta, seharusnya lo yang dateng duluan ke sini karena kafe ini kan deket kampus, tapi seperti kebiasaan lola lo itu nggak bisa di hilangkan sampai sekarang, emangnya lo ngapain sih lama banget?" Rafanda berceloteh panjang lebar, sedangkan Jelita hanya menundukkan kepala sambil memainkan jari lentiknya, kebiasaan Jelita jika sedang takut dengan seseorang.

"Tadi gue ngangkat telefon dari Kak Zayyan, dia bilang sebentar lagi gue suruh ke kantor, tanda tangan kontrak sekaligus dia ngasih tau gue apa yang boleh dan apa yang nggak boleh di lakukan oleh model di Agency nya dia." jelita duduk di hadapan rafanda, dan menunjukkan history telefonnya, tertera nama 'mr. zayyan' di layar handphone Jelita.

"Nah kebetulan banget, gue nyuruh lu ke sini tuh pengin nanya di mana Zayyan sekarang, kalo gitu sehabis kita makan gue aja yang nganterin elo ke kantor lo ya." Rafanda meminun jus alpukat yang baru saja di berikan oleh Ilham.

"Boleh, tapi lo aja yang makan Fan, gue lagi diet, dan kita naik mobil kan Fan? Nggak naik motor lagi?"

Rafanda melihat tubuh Jelita, lebih mirip seperti triplek, mungkin berat tubuhnya hanya 40 kg namun masih tetap mau diet? Dia yang mempunyai berat 75 kg saja tidak ingin diet.

"Lo yakin nggak mau makan? Badan lo tuh udah kurus, ngapain sih pake diet segala?" Jelita tersenyum melihat betapa Rafanda menghawatirkan sahabat satu-satunya yang dia punya.

"Lo tenang aja Fan, gue masih makan kok tapi nggak bisa makan makanan sembarangan, dan mulai sekarang gue mulai mengatur pola makan gue, agar berat badan gue stabil, dan jga mendrapkan pola hidup sehat, nggak boleh terlalu banyak makan makanan berminyak dan masih banyak lagi pantangannya."

"Harus begitu ya kalo jadi model? Ribet banget sumpah, terlalu banyak pantangan, gue takut lo tambah kurus, udahlah makan aja, nggak usah di pantang-pantang, nanti kalau lo sakit, biaya rumah sakit lebih mahal di bandingkan cara diet lo itu."

"Ya memang seperti itu ketentuannya Fan, dan gue nggak boleh melanggar, semua ini yang terbaik buat gue,"

"Nggak baik buat lo, itu malah terkesan menyiksa diri lo."

"Lo tenang aja Fan, gue pasti sehat dan nggak akan sakit. Lo harus percaya sama gue."

"Oke, jika itu memang keputusan yang elo ambil, gue nggak bisa mengganggu gugat Privacy lo."

Dan setelah berbincang-bincang rafanda melanjutkan makannya, dan jelita hanya memainkan ponsel nya sambil menunggu rafanda selesai makan.

*

"Ayo Fan masuk, lo di tanyain Kak Zayyan tuh." Jelita menarik tangan Rafanda memasuki ruangan Zayyan.

Rafanda memandang keliling ruangan Zayyan, sebuah ruangan simple namun nyaman, di dalamnya terdapat satu set sofa berwarna hitam dan meja kerja Zayyan, dan masih banyak barang-barang lain yang bersangkutan dengan pekerjaan Zayyan.

"Tadi jelita bilang kamu mau bertemu saya? Ada apa?" Tanya Zayyan, Zayyan sedang duduk di kursi kerjanya.

"Saya ke sini hanya mau ngasih ini! Apa semua ini kamu yang buat Kak?" Rafanda memberikan majalah yang kemarin ia beli di toko buku dan memberikan kepada Zayyan, dia ingin tau siapa yang membuat berita seperti itu.

Zayyan mengernyitkan dahi nya ketika melihat tulisan yang ada di majalah tersebut.

"Tidak, saya tidak pernah membuat majalah seperti ini, oh ya, Jelita boleh kamu keluar sebentar? Saya mau membereskan masalah ini dahulu, nanti setelah masalah ini selesai, saya akan memanggil kamu." Jelita menuruti perintah Zayyan, dan dia segera keluar ruangan Zayyan, meninggalkan Zayyan dan Rafanda di dalam ruangan Zayyan.

Setelah Jelita keluar, Zayyan berdiri dari kursi nya dan berjalan ke arah Rafanda yang sedang duduk di sofa berwarna hitam, dan dia lalu duduk di samping Rafanda.

"Jadi sekarang mau kamu apa?" Tanya zayyan."

"Aku cuma ingin, berita itu di hilangkan, dan aku itu bukan pembantu Kakak"

"Oh jadi kamu mau berita itu di hilangkan?"

"Iya, ihh gak peka banget sih, kan tadi aku bilang aku ingin berita itu di hilangkan dari muka bumi ini, dan berita itu bukan cuma ada di majalah tapi di televisi juga ada!"
.
.
.
.
.

Nur Azizah, Bekasi, 24 juni 2016. {sudah di revisi}

Fat? No Problem ✅ Sudah TerbitDove le storie prendono vita. Scoprilo ora