menjalani pekerjaan

15.5K 863 3
                                    

Kalau cuma di cuekin doang sih nggak masalah, asalkan jangan tinggalkan saya saat saya sedang cinta-cintanya sama kamu.

.

Namanya juga perempuam, semakin lama hatinya semakin luluh, tergantung bagaimana caranya kita membahagiakan dia.

.

Jelita sedang bersiap-siap untuk memulai pekerjaannya, menjadi model ternyata bukan pekerjaan yang mudah, harus mempunyai tubuh yang ideal tidak boleh terlalu besar dan juga tidak boleh terlalu kurus. Semua peralatan telah siap, hanya satu yang kurang yaitu asistennya, Jelita tau betul pasti Rafanda belum bangun karena sekarang masih subuh.

Jelita mengambil ponselnya dan menekan nama Fanda, agar tersambung dengan Rafanda. 5 menit kemudian Rafanda menjawab telfonnya.

"Assalamu'alaikum Fan,"

"Waalaikumsalam, ada apa nta lo bangunin pagi-pagi begini! Gue masih ngantuk, semalem gue ngerjain tugas kuliahnya si Bram."

"Mending lo pergi ke kamar mandi, dan cuci muka lo biar lo nggak ngantuk lagi, oh ya ngapain lo ngerjain tugasnya bram?" Tanya Jelita sedikit bingung, karena setau-nya Bram itu beda jurusan dengannya dan juga Rafanda, tapi mungkin karena otak Rafanda yang sangat pintar jadi Rafanda bisa mengerjakan tugas Bram.

"Iya Nta, soalnya kasian tuh si Bram, dia di hukum buat tugas, jadi terpaksa deh gue sebagai saudara yang baik harus turun tangan, yaudah gue mau mandi dulu, 15 menit lagi gue sampai di rumah lo, dan gue akan jadi asisten lo mulai hari ini."

"Oke gue tunggu," jelita mematikan sambungan, lalu dia beranjak pergi ke teras depan rumahnya menunggu Rafanda datang.

*

"Ayo Onta, cepetan masuk," sesuai dengan janjinya, Rafanda datang 15 menit setelah telfonan dengan Jelita, rafanda orangnya itu tepat waktu sekali, tidak seperti Jelita yang terkesan lambat dan lola.

"Lo turun dong dari mobil lo, lo kan asisten gue, masa iya gue yang bawa kopernya," Jelita menggerutu, dan Rafanda baru ingat bahwa sekarang dia adalah asistennya Jelita.

"Lo masuk duluan ke mobil, biar gue aja yang ngangkat semuanya ke mobil." ucap rafanda Ketika dia telah turun dari mobil dan membawa koper serta tas yang akan di perlukan jelita.

"Lo kuat gak? kalo lo nggak kuat mending gue bantuin." Jelita membuka pintu mobil Rafanda, ingin turun untuk membantu sahabatnya yang sedang membawa peralatannya, namun di cegah oleh Rafanda.

"Lo mau bantuin gue?"

"Iya gue mau bantuin lo Fan"

"Kalo gitu mending lo duduk yang anteng, dan itu sangat membantu, daripada lo bantu ngangkat-ngankat tasnya, buat apa gue punya badan gede kalo bawa barang segini aja nggak kuat, lagian badan lo kurus begitu, gue yakin sehabis lo bantuin gue, badan lo langsung sakit semua." Rafanda menyombongkan dirinya.

"Iya, iya gue di sini aja, daripada gue bantuin elo, bukannya makasih malah ngata-ngatain."

*

Jelita sedang pemotretan, tinggalah Rafanda sendirian, hanya di temani dengan kerdus dan bungkus ciki yang berserakan di depan meja yang Rafanda tempati untuk menunggu Jelita.

"Sudah makan?" Tanya Zayyan yang tiba-tiba saja duduk di depan Rafanda.

"Pertanyaan konyol, memangnya Kakak nggak bisa lihat di depan saya sudah banyak sekali bungkusan ciki kosong, jadi Kakak bisa menjawab sendiri pertanyaan tadi" Rafanda selalu di buat kesal jika melihat senyuman Zayyan, yang manis dan bisa membuat melelehkan hati wanita setiap melihatnya, terkecuali Rafanda.

"Apakah kamu tidak suka bercanda? Setiap saya bercanda, kamu selalu menganggapnya serius. Saya cuma nanya kamu sudah makan atau belum? Lagipula ciki itu tidak baik untuk kesehatan kamu, dan menyebabkan-----" kata-kata Zayyan sempat terputus karena tidak berani mengucapkan kata obesitas, takut jikalau Rafanda marah.

"Lanjutin aja bicara nya, aku tau kok Kakak itu mau bilang kalo aku obesitaskan? Nggak perlu Kakak bilang aku udah tau, lagian ngapain sih Kakak selalu ganggu aku? Emangnya nggak ada kerjaan apa."

"Sebetulnya kerjaan saya banyak, tapi ketika melihat kamu sendirian saya langsung menghampiri kamu, saya akan menemani kamu di sini sampai jelita selesai pemotretan." Zayyan berucap dengan nada perintah.

"Lo tungguin aja di sini, dan gue akan ngebuat lo bosen dan akhirnya lo pergi dari sini" ucap Rafanda di dalam hatinya, dan senyuman licik terus mengembang di wajah bulatnya.

"Yaudah kalau itu mau Kakak." Rafanda mengeluarkan kembali makanan yang masih tersisa di dalam tasnya, lalu mengambil tabnya dan memainkan mainan kesukaanya, sekali-kali dia mencomot ciki, dan tidak memperdulikan Zayyan yang berada di sebrangnya.

"Kamu sudah dari kecil ya bersahabat dengan Jelita?" Tanya Zayyan, berusaha mengalihkan pandangan Rafanda dari tab yang sedang di mainkan Rafanda.

"Hem" rafanda hanya menjawab dengan gumaman dan anggukan.

Zayyan berusaha sabar, dan dia masih belum menyerah untuk membuat Rafanda mau menjawab pertanyaannya.

"Kamu sudah punya pacar?" Oke pertanyaan kali ini pasti membuat Rafanda menoleh, namun Rafanda hanya menjawab dengan gelengan, menyatakan bahwa Rafanda belum pernah pacaran.

Zayyan kembali memutar otaknya, ucapan apa yang bisa membuat Rafanda mau menjawabnya.

"Nanti malam kamu ada acara? Nanti malam saya mau ngajakin kamu nge-date." dengan kepercayaan dirinya Zayyan yakin Rafanda mau menjawab ucapannya kali ini.

"Ngapain ngajakin nge-date segala? memangnya Kakak kuat bayar makanan saya? Saya tuh makannya banyak, bisa buat orang jadi miskin karena berteman dengan saya." jawaban yang tidak memuaskan.

"Tenang saja, semua yang kamu mau pasti saya turuti, dan saya yang bayar semuanya, lagipula saya mempunyai uang yang tak terhitung, dan itu pasti cukup untuk membayar semua makananmu." Zayyan menyombongkan dirinya, bukan hanya omong kosong, Zayyan memang memiliki uang yang cukup membuat semua rakyat se kota tidak kelaparan, karena uangnya tidak akan habis tujuh turunan.

Rafanda tersenyum, ketika mendengar 'saya yang bayar semuanya' bukan karena Rafanda cewek matre, namun Rafanda hanya ingin menge-test seberapa kuat Zayyan berada di samping Rafanda. Karena biasanya, uang Rafanda dan Jelita sering habis hanya untuk membeli makan untuk Rafanda.

"Oke, nanti malem Kakak ke rumah aku aja, nanti aku kirim alamatnya."

"Saya pasti akan menjemput kamu, dan kamu harus dandan secantik-cantiknya." setelah itu Zayyan pergi meninggalkan Rafanda, karena masih harus mengerjakan pekerjaannya sebagai model ternama.

"Tenang aja Kak, aku pasti dandan secantik-cantiknya." ada senyum tidak ikhlas terpancar dari wajah Rafanda
.
.
.
.
.

Nur Azizah, Bekasi, 24 juni 2016. {Sudah di revisi}

Fat? No Problem ✅ Sudah TerbitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang