3: Sydney, Here I am

4K 312 9
                                    


Sydney, Australia.

Amanda membuka matanya, masih jet lag setelah penerbangannya dari Jakarta kemarin malam. Dia baru tiba tadi pagi di sini, lalu langsung pulang ke flat yang sudah di-booking penyewaannya sejak satu minggu lalu.

Setelah beberapa menit meringkuk malas di tempat tidur, gadis itu bangun karena mendadak perutnya terasa lapar. Ia pun bangkit menuju kamar mandi dan mencuci muka dan menggosok gigi supaya kantuknya benar-benar hilang.

Ketika sudah keluar dari kamar mandi, ia mengambil mantel tebal karena saat ini sudah pertengahan bulan Juni—musim dingin. Jadi tentu saja suhu di luar sangat rendah.

Amanda segera mengunci pintu dan turun ke lantai dasar menggunakan lift.

Makan apa ya? Dia bertanya-tanya dalam hati. Kebetulan dirinya tinggal di Glebe—kawasan di Sydney yang ramai akan restoran dan jajanan pinggir jalan.

Setelah sibuk memilah-milih tempat makan di sepanjang jalan selama beberapa waktu, akhirnya pilihan Amanda jatuh pada sebuah restoran Turki di dekat lampu merah. Ia pun membeli kebab kalkun serta kopi panas dan di-take away karena restorannya cukup ramai.

Ya, daripada kesusahan mencari tempat duduk, lebih baik makan di penginapan saja, pikirnya dalam hati. Lebih leluasa. Ketika pesanannya sudah didapat, Amanda bergegas keluar dan berjalan cepat menuju flatnya yang masih berada di deretan bangunan yang sama dengan restoran Turki itu.

Tubuhnya mulai kedinginan walau mantel sudah membalut tubuhnya dengan sempurna. Udara malam memang jauh lebih dingin daripada tadi sore.

Ketika melintasi sebuah mini market, Amanda memutuskan untuk masuk ke sana dulu dan membeli makanan seperti mie instan, gula-gula, snack, roti, dan sereal untuk persediaan. Juga kapas, sabun cuci tangan, sabun mandi, dan lain-lain. Sekalian, mumpung ingat dan lewat.

Lagipula perlengkapan di flatnya masih minim sekali. Dan musim dingin membuat gadis itu takut kelaparan nanti malam. Jadi, ibarat pepatah, sedia payung sebelum hujan...

Ketika sudah kembali ke dalam kamarnya, Amanda membuka bungkusan makan malamnya dan langsung menyantapnya sambil sesekali menyeruput kopi panas. Tiba-tiba ponselnya yang ada di dalam tas berbunyi.

Amanda menghela napas, ternyata cuma pesan masuk dari operator. Oh ya, ia belum mengabari orang tuanya bahwa ia sudah sampai di Sydney dengan selamat. Buru-buru jemarinya mengetikan pesan singkat pada mamanya.

Ma, Manda sudah sampai di Sydney. Capek. Besok baru aku telepon, ya.

Tak lama ada pesan masuk.

Oke, Sayang. Take care. Nite.

Ia melanjutkan lagi makan malamnya sambil berdiri di tepi jendela. Menyusun dalam pikiran, urutan aktivitas yang harus dilakukannya besok.

***


Sydney Film Festival menjadi agenda pertamanya hari ini.

Acara itu merupakan salah satu festival film tertua di dunia, dan juga ajang akbar dalam jadwal acara kebudayaan negara bagian New South Wales. Festival akan diadakan selama 12 hari dan menampilkan lebih dari 100 film khusus, film dokumenter, film pendek, dan animasi dari 50 negara lebih di seluruh dunia dalam hampir 50 bahasa berbeda. Film diputar di berbagai tempat di seluruh penjuru kota, termasuk State Theatre, Event Cinemas George Street, Dendy Opera Quays, dan Art Gallery of NSW.

Ini adalah hari terakhir festival sekaligus pengumuman pemenangnya. Amanda memang ditugaskan untuk meliput penutupannya saja. Jadi, sekarang dia sedang berada di State Theatre.

Janji Hati 2: "Setelah Dava Tiada"Where stories live. Discover now