#4: Pertemuan Tak Terduga

3.1K 273 15
                                    


Amanda tak menyangka bahwa dia akan bertemu teman lamanya di negeri orang. Gian adalah teman semasa SMP-nya dulu. Sudah lama sekali mereka tak pernah berhubungan. Terakhir, sejak baru-baru awal masuk SMA.

Sejak dulu Gian memang sudah punya bakat wajah tampan dan digilai banyak teman-teman sekolahnya. Dan sekarang porsi ketampanannya bertambah lagi. Luar biasa. Wajahnya cukup banyak berubah, namun hanya membuatnya makin bertambah ganteng.

Mata cokelat tajam, hidung mancung, rambut hitam rapih yang tertata dengan pomade, tubuh tinggi tegap serta senyuman yang sulit dilupakan...

Oke, tapi yang perlu diketahui, Amanda bukan termasuk salah satu cewek di sekolah yang dulu mengejar Gian. Waktu itu hatinya sudah tertambat bulat-bulat untuk almarhum Revan.

Sekarang ini mereka sedang mengobrol di kedai kecil dekat pelabuhan sambil minum kopi panas.

"Jadi, lo nggak akan pulang ke Indonesia lagi?"

Gian mengangkat bahu. "Kadang masih suka pulang, tapi gue kayaknya bakal hidup selamanya di sini."

Sejak kelulusan SMP, Gian memang pindah ke Australia untuk melanjutkan pendidikan.

"Lo sendiri, kok bisa nyasar ke Sydney? Sendirian lagi."

Amanda terkekeh. "I'm on my Job, Gi."

"Emangnya lo kerja apa sekarang?"

"Coba tebak!"

Gian memutar bola mata sambil berpikir. "Pasti jadi guru musik atau komposer orkestra, deh! Soalnya lo dari dulu hobi main musik. Ya, kan?"

Amanda menggeleng sambil tertawa. Sepertinya imej musik memang terlalu melekat pada dirinya, sampai semua orang selalu menebaknya akan bekerja di bidang musik.

Gian heran. "Man, lo nggak mungkin jadi pelatih voli, kan?"

Kali ini tawa Amanda pecah.

"Ya nggak lah, Gi. Oke, gue bantu pakai clue," jawabnya sambil menepuk tas kameranya.

"Fotografer?"

Amanda menghela napas.

"Aduh, salah. Sampai besok kayaknya lo nggak akan bisa nebak," dia mengibaskan tangannya. "Sekarang gue jadi kontributor freenlance."

Jawaban itu membuat Gian terkesima. Namun beberapa detik kemudian ekspresinya berubah khawatir.

"Jangan bilang di Vivid Sydney tadi..."

Amanda mengangkat sebelah alisnya dan pura-pura manyun.

"Oh, no! Sekali lagi maafin gue karena sudah bikin kacau semuanya."

"It's okay," gadis itu terkekeh pelan. "Kan nggak disengaja. Tenang, gue masih bisa live lagi besok. Terus, lo sendiri kerja apa di sini?"

"Chef. Di Harbour Marriot, dekat sini."

"Ya ampun, keren banget! Emang sejak kapan lo hobi masak?"

"Sudah lama," Gian menyeruput kopinya sejenak. "Itu bakat terpendam."

Mereka tertawa bersama.

Amanda menoleh ke kiri dan mendapati telinga laki-laki di sampingya tertindik dan dihiasi anting kecil. Pemandangan itu membuatnya terkesima selama beberapa detik. Diam-diam Gian pun tahu kalau diperhatikan, namun dia membiarkan hal tersebut.

"Betewe, lo di sini sampai kapan, Man?" Gian menoleh dan jarak pandangan di antara mereka jadi begitu dekat.

Janji Hati 2: "Setelah Dava Tiada"Where stories live. Discover now