RAIN (Ficlet)

240 28 45
                                    

Putih abu-abu
.
.
.


Hujan deras mengguyur sebuah acara pemakaman yang baru saja selesai. Orang-orang yang menghadiri pemakaman itu mulai pergi satu persatu dari sana dan menyisakan seorang gadis yang tengah basah kuyup karena hujan.

"Eomma," lirihnya pelan bagaikan bisikan. Pandangannya kosong, matanya sembab karena menangis tanpa henti, dan wajahnya mulai pucat karena terlalu lama terkena air hujan yang mengguyur sejak acara pemakaman dimulai.

"Eomma," lirihnya sekali lagi, air matanya mulai turun dan tercampur dengan air hujan yang membasahi wajah tirusnya. Matanya terpejam kala mengingat bagaimana masa-masa indahnya bersama ibunya.

"YeNa, ayo bangun!"

"YeNa semangat, YeNa pasti bisa!"

"Eomma sayang YeNa!"

Deg.

Air mata YeNa semakin deras kala mengingat bagaimana ucapan lembut sang Eomma yang menggema di telinganya. Tubuhnya merosot dan bersimpuh di depan gundukan tanah yang basah. Bahunya bergetar dan air matanya tak berhenti turun dari mata coklat kelamnya.

"Eomma, apa yang sekarang YeNa harus lakukan?" tanyanya entah kepada siapa.

"Apa YeNa bisa bangun sendiri tanpa Eomma? Apa YeNa bisa melakukan semua tanpa Eomma?
Apa YeNa masih bisa tersenyum setelah Eomma pergi?" gusar YeNa.

"Eomma, YeNa akan tinggal bersama siapa setelah Eomma pergi? Apa Appa mau menampung YeNa? YeNa takut istri baru Appa jahat kepada YeNa!" sedih YeNa.

"Eomma," isak YeNa.
Mata coklat kelamnya tiba-tiba tertutup, YeNa pingsan dibawah guyuran hujan.

OooO.OooO.OooO.o.o.o.o.o

Tit. Tit. Tit.

Suara alat pendeteksi jatung memenuhi ruangan serba putih itu, orang yang berada di dalamnya pun tengah saling terdiam.

"YeNa," panggil seorang wanita yang tengah berbaring itu dengan lembut. Walaupun sedang sakit tetapi suara yang dikeluarkan sangatlah lembut. Membuat sanubari siapapun akan terlena dengan suaranya.

"Ne, Eomma?" sahut YeNa, gadis yang dipanggil tadi. Tangannya bersahutan tegang.

Wanita yang YeNa sebut dengan eomma itu tersenyum lembut, kemudian meraih tangan halus putri satu-satunya itu dengan tangan keriputnya. Menggegamnya dan mengelusnya sayang.

"Ceritakan bagaimana sekolahmu hari ini?" pinta eomma YeNa, Kim JiNa.

"Tidak ada yang istimewa eomma," jelas YeNa sambil mengerucutkan bibir tipisnya.

"Kalau begitu bagaimana dengan teman lelakimu itu, Chanyeol?" tanya ibu YeNa.

"Seperti biasa dia cerewet, jahil, jorok, dan sungguh menyebalkan, Eomma!" antuasis YeNa saat bercerita.

Ibu YeNa hanya tersenyum lembut saat mendengarkan, "Tapi dia tampan, 'kan?" godanya.

"Tampan dari mana? Lelaki sok tampan, tinggi setiang dan joroknya minta ampun begitu, tampan dari mana? Eomma tidak tahu saat.." YeNa berceloteh tentang Chanyeol, bercerita ini itu tanpa mengetahui eomma-nya mulai menutup mata perlahan.

Saat dia melihat eomma yang mulai memejamkan mata, YeNa berkata, "Eomma, jangan tidur!"

"Eomma lelah, YeNa. Eomma ingin tidur," jelas eomma YeNa.

"Baiklah, Eomma tidurlah yang nyenyak, setelah Eomma tidur nanti aku akan pergi sebentar," ujar YeNa tanpa mengetahui makna dari ucapan eomma-nya.

"Hmm ... Eomma sayang YeNa" ucap eomma YeNa sebelum menutup mata.

"YeNa juga say-"

Titttttttttt.

"Eomma!" teriak YeNa kencang. Kepalanya pening akibat ulahnya yang tiba-tiba terduduk saat tidur. Memegang kepalanya, dan mulai mengenali berada dimana dia sekarang. Kamar tidurnya.

Kriettttt.

Bunyi pintu terbuka terdengar, menampakkan sesosok lelaki yang berada di mimpinya tadi, tersenyum hangat dan mulai mendekat ke arah tempat tidur. "Kau baik? Aku kemari ingin memberikanmu ini," ucapnya dan memberikan sepucuk surat berwarna biru. Setelah itu, dia berdiri dan mulai melangkah pergi dari kamar itu. Namun langkahnya berhenti tepat berada di perbatasan pintu. "Jangan lupa makan nasi di sana dan minum obat, jika ada apa-apa aku ada dibawah," ucapnya sambil tersenyum hangat kemudian menghilang di balik pintu.

Selepas perginya chanyeol dari kamarnya, YeNa mulai membuka surat yang diberikan tadi dan menghiraukan dirinya yang butuh asupan nutrisi.

Dear YeNa anak Eomma,

Maafkan Eomma karena sampai Eomma berada di dalam tanah Eomma masih menyembunyikan penyakit ini kepada YeNa, Eomma hanya tak ingin YeNa khawatir kepada Eomma. Eomma hanya ingin YeNa fokus untuk mencapai cita-cita YeNa. Eomma ingin melihat YeNa memakai baju dokter seperti cita-cita YeNa saat kecil, tapi itu hanya angan-angan saja karena umur eomma sudah tidak lama lagi.

YeNa, di kamar Eomma ada sejumlah uang untuk kebutuhan YeNa selama empat atau lima tahun kedepan. Gunakan itu sebaik-baiknya. Eomma yakin YeNa pasti bisa menggunakannya. Tinggalah dengan Appa-mu di Seoul. Istri baru Appa sangatlah baik, ibu sudah pernah menemuinya. Eomma juga sudah bilang ke Appa bahwa Eomma punya penyakit ini dan Appamu setuju jika kau tinggal bersama dia.

YeNa, kau adalah harta berharga bagi Eomma. Eomma ingin YeNa tahu Eomma selalu senang jika YeNa bahagia.

Maafkan Eomma jika selama ini Eomma jahat kepada YeNa. Maafkan Eomma karena tidak bisa menjadi Eomma yang baik untuk YeNa. YeNa ingatlah pesan Eomma ini, akan ada pelangi indah di akhir badai yang sehebat apapun, akan hasil jika kau mau berusaha.
Eomma sayang YeNa.

-Kim JiNa-

Tes. Tes. Tes.

Air mata kembali turun dari pelupuk mata YeNa, dirinya benar-benar merasa bodoh karena selama ini telah menyusahkan ibunya. Jika ini awal kehidupan barunya maka dia harus berjuang demi ibunya. Ya, demi ibunya yang ingin melihat dia memakai jas dokter. Dia harus berusaha demi itu.

Mengusap air matanya dan melihat jendela di kamar atasnya. Terdapat pelangi di sana. Perkataan Eomma-nya benar. Akan ada pelangi di akhir badai, dan sekarang dia harus berusaha untuk mewujudkan cita-citanya itu.

'Eomma aku akan menjadi dokter, aku berjanji akan hal itu,' tekad YeNa di dalam hati.

***

Lima tahun kemudian.

"Eomma, lihat, YeNa sekarang sudah menjadi dokter. YeNa akan berusaha supaya bisa menjadi dokter yang hebat seperti yang Eomma inginkan. YeNa sayang Eomma," ujar YeNa di depan makam ibunya.

.
.
.

End.

Screw : ShimmerOne
Editor : lee-jungjung

A/N maaf kalau alur kecepetan. Ceritanya aku dedikasikan buat semua para pembaca untuk menyayangi ibu mereka sebelum beliau pergi ^^.

Love MvT, Salam Mistis.

-Shio-

ROOM 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang