EVENT RUMAH_Mirk (Darkness Sorrow Creatures)

17 3 8
                                    

Screenwriter: ebirahma  // Casts: NCT Mark, Lucas

***

Semilir angin berhembus lembut menyapu anak rambut hitam legam itu. Berteman langit lembayung di atap gedung pencakar langit berlantai puluhan. Sedikit bersyukur dengan adanya lift sehingga ia tak perlu menaiki ribuan anak tangga. Tak ada kopi ataupun sepuntung tembakau yang terbakar. Tangannya hanya menggenggam pistol Glock 17 sambil sesekali mengusap dengan ibu jarinya. Desain yang minimalis, tetapi dengan kemampuan mumpuni. Mengingatkannya akan kejadian itu. Untuk kesekian kalinya, Mark Adrian Sadajiwa dibuat menatap sayu langit.

"Kau sadar sedang duduk di tepi bangunan tanpa pengaman bukan?" Suara seseorang dari balik punggungnya.

Mark acuh, memilih memutar-mutar mainannya, mengeluarkan lalu memasukkan peluru kembali.

"Oh Lord, he's totally crazy." Langkah orang itu mendekati Mark. "Mark, ini lantai lima puluh, gila! Jika kau jatuh akan merepotkan."

Mark hanya menyeringai. "I don't care if I'm fallin. Aku juga tidak akan mati," Mark menatap orang bernama Lucas itu tanpa minat.

Lucas menyerah dengan celotehan Mark, teman sepantaran di timnya. Pada akhirnya Lucas juga ikut menemani Mark duduk di pinggiran gedung dengan bersila. Sementara Mark membiarkan kedua kakinya menjutai bebas menatap bumi dari ketinggian dengan hamparan hutan tropis Kalimantan yang jadi markas tersembunyi klannya terbentang. Wakanda dengan kearifan lokal.

Keheningan menyapa keduanya, enggan memulai perbincangan. "Perlu apa kau kemari?" Tanya Mark pada akhirnya memecah hening.

"Ingin saja," jawab Lucas singkat. "Kau sendiri?"

"Biasalah, overthingking."

"Bukankah akan lebih baik jika overthingkingmu itu di kamar atau di rumah mu saja?"

"Memangnya aku punya rumah?"

"Kau tidak tau definisi rumah ya?" Balas Lucas balik bertanya.

"Bukan rumah yang itu. Hanya saja rumah fisik terasa bukan rumah sesungguhnya. You know what I mean, right?"

Lucas menggeleng dengan tatapan kosong. "Tidak sama sekali. Filosofimu terlalu berat."

Bingung menderanya jika sudah menyangkut ideologi Mark Sadajiwa. Baginya lebih baik bertukar pikiran dengan anak indie pada umumnya dibandingkan dengan makhluk di sisinya ini. Indie ekstrim.

Lucas terkekeh. "Aneh ya," katanya.

"Makhluk seperti kita kenapa masih bisa hidup? Entah harus bersyukur atau merasa terkutuk." Lanjut Lucas miris.

Mark tak langsung menjawab. Ia termangu pada apa yang Lucas ungkapkan.

Earpiece Lucas yang selalu terpasang ditelinganya bersuara, perintah dari atasan. Lucas menajamkan pendengarannya dan mengangguk paham.

"Aku harus pergi, jaga dirimu." Lalu Lucas segera beranjak pergi meninggalkan Mark dengan melompat langsung dari gedung.

Melihat itu Mark tertawa sarkas, dia yang tadi mengoceh tentang jangan duduk dipinggiran gedung, sedangkan dia langsung melompat begitu saja.

Mark menegakkan duduknya, sekelebat memorinya tergambar. Satu helaan napas keluar dari rongga dadanya. "I guess do it at once it's okay," gumamnya meyakinkan diri.

Pria itu berkonsentrasi memejamkan mata, menarik napas dengan amat perlahan lalu menghembuskannya pelan-pelan. Ia pun membuka matanya yang tak seperti awal tadi. Manik matanya memancarkan kilat kecoklatan yang terang. Pupil matanya tampak lebih tajam dari sebelumnya. Membelah hamparan hijau hutan tropis yang mengelilingi gedung ini. Pengelihatannya melewati desa, lalu perbatasan, hingga akhirnya di sebuah gedung perkotaan yang tampak ramai. Menembus ruang dan juga waktu.

Waktu kejadian disuatu malam, Mark kecil terbangun dari tidur akibat suara gaduh di lantai dasar rumah. Namun, anyir darah begitu kuat tercium ketika Mark keluar dari bilik kamarnya. Rasa khawatir dan takut menyergap Mark kecil kala itu. Ia lantas tertatih-tatih mencari keberadaan Mama dan Papa. Sambil menahan air mata Mark terus memanggil nama kedua orang tuanya.

"Mama, Papa..."

Tak ada jawaban, kecuali pintu yang terbelah dengan beberapa lubang peluru di permukaannya. Tubuhnya bergetar takut, tetapi kaki kecilnya tetap melangkah.

"Papa, Mama," suara Mark tertahan. Matanya berlinang air mata saat menyaksikan tubuh ayah sudah terkapar penuh cairan merah menggenang di sekitarnya. Tangisnya pecah saat lima orang pria tak dikenal memperkosa ibunya secara bersamaan. Ibunya setengah tak sadarkan diri dengan tubuh tanpa busana, tetapi masih menyadari keberadaan Mark yang tengah mematung di ambang pintu.

Dengan suara lemah dan mata yang sayu mamanya mengatakan untuk lari selagi para lelaki bejat itu melukai dan menyiksanya. Mark lantas menggeleng dan berlari ke arah para pria bejat itu dan melakukan perlawanan. Tubuh Mark yang masih kecil terlempar saat salah satu diantara mereka marah. Mark terbatuk dan menatap penjahat itu ketika sudah mengancungkan pistol di depan wajah Mark.

Lalu secara tiba-tiba semua terasa melambat dan menghilang bergantikan kamar orang tuanya yang kosong dengan keadaan rapi, malah hanya menyisakan satu orang berjubah hitam tinggi dan tampak menguarkan aura gelap. Pria itu berjalan mendekati Mark, lalu berjongkok menyamai tinggi Mark di lantai.

"Setelah peluru itu menembus kepalamu, kau akan mati menyusul papa dan mamamu yang saat ini sekarat. Dan mereka akan pergi tanpa hukuman."

"Kau bisa membalas mereka, tetapi kau harus jadi bagianku untuk seterusnya. Apa kau mau?"

Dengan mata yang basah, Mark mengangguk dan orang itu tersenyum. Tiba-tiba orang itu menghilang dan saat Mark membuka matanya keadaan kembali dengan pistol yng berada tepat diwajahnya. Warna mata Mark yang gelap berubah menjadi cokelat kekuningan. Pistol yang sempat mengancung di depannya kini berpindah ke tangannya. Dengan tangan kecilnya, semua manusia bejat tersebut tewas dengan mengerikan. Leher patah, mulut tertembus besi dan kayu ranjang, tertembak tanpa busana.

Sejak saat itu Mark bukanlah manusia lagi dan berubah menjadi makhluk kegelapan, Mirk. Seorang Mirk memiliki kemampuan di atas rata-rata manusia biasa yang bersumber dari kebencian dan dendam. Semakin besar kedua hal itu, maka semakin kuat seorang Mirk. Dan itulah dendam terbesar Mark, karena rumah miliknya dihancurkan makhluk bejat bernama manusia. Rahang Mark mengeras, mengisi tenaganya seperti menggoreskan luka yang masih basah. Selalu.

Karena disaat yang bersamaan Mark menjadi kuat dan juga rapuh.

Has llegado al final de las partes publicadas.

⏰ Última actualización: Nov 10, 2020 ⏰

¡Añade esta historia a tu biblioteca para recibir notificaciones sobre nuevas partes!

ROOM 2Donde viven las historias. Descúbrelo ahora