HOLD MY HAND

64 8 0
                                    

Minji meringis. Pegangannya di cone es krim menguat sehingga remuk dan krim pun meleleh mengotori tangannya. Dia tidak lagi peduli akan tangannya yang lengket, padahal dia sangat membenci itu. Yang ia tahu, dadanya sesak bersamaan dengan bulir air mata yang perlahan membasahi wajahnya.

"Sialan!" Makinya dalam hati. Bahkan ketika dia melangkah menghampiri, pria yang berstatus kekasihnya itu belum juga sadar—malahan asik memagut labium gadis yang berada di rangkulannya.

"Bagus sekali, Jeon Jungkook." Suara Minji menggema dan bersatu dengan hiruk pikuk pantai. Dia menoleh dengan ekspresi terkejut, persis seperti maling yang tertangkap basah sedang mencuri.

"M-minji, Choi Minji—"

"Kau benar, aku Choi Minji. Matamu tidak sedang melihat hantu, kalau kau mau tahu."

Satu jam yang lalu Minji memberi tahu Jungkook perihal penundaan kepulangannya dari Jepang. Dia sengaja melakukan itu untuk memberikan sebuah kejutan, sudah lama dia tidak melakukan hal itu. Namun, dia tidak menyangka bahwa Jeon Jungkook yang begitu berharga dan dicintainya berani berkhianat.

Bahkan di bulan-bulan saat seharusnya mereka mempersiapkan pesta pernikahan.

"K-kau bilang tidak jadi p-pulang?" Jungkook benar-benar terlihat seperti pria idiot. Dengan wajah pucat dan jemari yang menggaruk belakang kepalanya berkali-kali. Gadis yang dicumbunya tadi masih diam, berusaha memindai sendiri peristiwa yang terjadi di depannya.

"Dan, kau percaya begitu saja?" Minji berteriak tak percaya. "Sebulan aku pergi dan tiada hari tanpa merindukanmu. Kau tahu betapa tersiksanya aku harus berjauhan darimu, hah?" Minji sudah menjadi sorotan orang-orang yang berlalu lalang, tapi dia masa bodoh akan hal itu.

"Minji, dengarkan aku dulu." Jungkook mencoba membujuk. "Aku juga merindukanmu, kalau—"

"Omong kosong!" Minji memotong dan melempar bekas es krim ke baju Jungkook yang di dominasi warna putih. Dia membuka cincin yang melingkar di jemarinya dan melemparkannya ke wajah Jungkook.

"Kita selesai!"

Minji berlari, membiarkan teriakan Jungkook yang terdengar tidak sepenuh hati. Dan, sialnya Jungkook tidak mencoba untuk mengejar. Sekilas Minji melihat, dia malahan kembali merangkul gadis itu dan berjalan dengan arah yang berlawanan.

Hingga akhirnya kaki Minji merasa lemas, kedua matanya sudah merah karena menangis. Dia masih memaksakan sisa tenaganya untuk berlari entah kemana, sampai akhirnya.

"Hei, hati-hati kalau ber—nona kau tidak apa-apa?" Pria itu mengubah ekspresi kesalnya begitu melihat Minji yang terjatuh. Dia berjongkok untuk mengecek lutut Minji yang berdarah.

"Nona, maafkan aku," ucap pria itu menyesal. Dia mengeluarkan sapu tangannya untuk dilingkarkan menutupi luka yang terbuka. Minji masih menangis. Namun, tatapan khawatir pria itu membuat isak tangisnya perlahan mereda.

"Aku yang harusnya minta maaf." Minji bergumam pelan dengan suara serak. Dibantu oleh pria tadi, Minji akhirnya duduk di bangku taman.

"Kau mau es krim?"

"Aku tidak ap—" belum juga selesai menjawab, Pria itu berlari menuju tukang es krim keliling. Membawa dua cone yang salah satunya diberikan kepada Minji.

"Sebagai permintaan maafku," ujar Taehyung begitu Minji tak juga mengambilnya. Minji akhirnya bisa tersenyum, walaupun itu lebih pantas dibilang ringisan. Akan tetapi, pria itu menyukainya. Dia menyukai bagaimana bekas air mata itu menyusuri wajahnya. Apalagi bulir-bulir keringat yang turun perlahan dari pelipis menuju rahang gadis itu. Dia harus mengakui kalau gadis di depannya ini sangat cantik.

Terik matahari membuat es krim mudah meleleh di tangan. Minji jadi ingat pertemuannya dengan Jungkook tadi, dan secara spontan dia menangis.

"Nona, apa lututmu masih sakit?" Pria itu bertanya, mengamati wajah Minji dengan sungguh-sungguh.

Minji menggeleng. "Hatiku jauh lebih sakit daripada luka di lututku. Coba bayangkan, kekasihku berciuman dengan orang lain? Dan dia tidak mengejarku setelah aku membuang cincinnya. Dasar idiot!" Minji masa bodoh dengan gejolak emosinya. Bukan kebiasaanya mengumbar-ngumbar rasa sakit di depan orang asing seperti ini. Namun Minji butuh pelampiasan, dan kebetulan dia bertemu dengan pria itu.

Pria yang masih belum diketahui identitasnya oleh Minji menghela napas bersamaan dengan senyum yang tercipta di wajahnya. Dia menatap titik yang jauh di belakang pantai sana, mengikuti arah pandang Minji.

"Kalau begitu, tidak usah dipertahankan." Minji menoleh, menikmati profil pria itu dari samping. "Kau berharga, untuk apa menghabiskan waktumu menangisi pria sialan itu? Suatu saat dia akan tahu. Mana yang layak diperjuangkan, dan mana yang tidak. Dan dia akan menyesal dengan keputusanya selingkuh darimu."

Untuk ukuran orang yang baru bertemu, pria itu lumayan banyak tahu. Minji jadi mengernyit dan menghabiskan eskrim, menyisakan noda es krim di sudut bibirnya.

Pria itu membawa jemarinya untuk menghapus noda di ujung bibirnya. Dengan tersenyum pria itu mengenalkan diri.

"Aku Kim Taehyung, senang berkenalan denganmu." katanya dengan senyum kotak yang terasa menawan.

Minji mendadak merona dan ikut tersenyum memandangi Taehyung.

"Aku Choi Minji, senang berkenalan denganmu."

Terik matahari terasa membakar tengkuk kedua insan manusia itu. Entah siapa yang memulai, mereka sudah berjalan beriringan.

"Kudengar ada kedai patbingsoo enak. Kau mau mencobanya?" kata Kim Taehyung memecah keheningan. Choi Minji melirik sambil mengangguk setuju.

"Kebetulan sekali. Ayo!"

Manis. Itulah kesan pertama Minji pada musim panas kali ini. Memang ada rasa getir pada perpisahannya dengan Jungkook, tetapi Minji lebih suka mengingatnya sebagai momen dimana dia berkenalan dengan Kim Taehyung.

Setiap orang punya pilihan untuk diam dan putus asa, atau bergerak mencari kebahagiaan baru. Dan, Minji memutuskan untuk memilih pilihan ke dua.

ㅡfin.

Screen writer: oktaehyun
Editor : LillyChan07

ROOM 2Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz