Part 7 [Fairy Queen?]

74.8K 5.3K 229
                                    

JEREMY SIDE

Aku mengerang frustasi, sesekali aku mengacak acak rambutku.

Sejak kejadian kemarin, aku tak tenang. Mateku berbicara dengan seorang playboy yang terkenal diseluruh samudra ini. Bagaimana jika mateku menyukai dirinya?

Aku menatap kearah cermin di dekat batuan karang dan menatap kearah pantulanku secara mendetail.

Aku tampan. Aku juga gagah. Tetapi, mengapa ia malah mendekati playboy itu? Bahkan kelinci bangkotan itu juga hendak mencium mateku.

Mengingatnya saja sudah membuatku terkepal. Tak sadarkah jika Stella adalah milikku seorang?

Dari kemarin, aku tidak mengatakan apapun dengannya. Kami hanya diam di tempat tinggalku. Aku bahkan enggan membawanya keistana. Rasa cemburu ini masih membakar diriku layaknya api yang membara.

Ini menjengkelkan! Seharusnya aku sudah bisa memperkenalkan Stella kepada keluargaku.

Tetapi, ia adalah manusia.

Akankah mereka menerima keadaan Stella jika aku berterus terang?

Aku terdiam sesaat. Aku tahu, bahwa sihirku tidak akan lama bertahan dalam dirinya. Ia tidak bisa selamanya hidup didalam air, meski berkali kali sudah disihir.

Pernyataan itu membuatku kembali terdiam.

Aku harus mengambil tindakan! Tetapi apa? Aku bahkan tidak terlalu mengetahui itu!

Haruskah aku berterus terang? Akankah?

Aku memilih untuk duduk disebuah batu, entah apa yang aku pikirkan sekarang. Badanku lemah, memikirkan hal itu.

Mungkin, aku harus menceritakan ini pada keluargaku. Cukup keluargaku.

"Faraday!!" panggilku pada seorang pelayan setiaku. Ia sudah kuanggap seperti ibuku, karena ia memang mengurusku dengan penuh kasih. Tak lama, ia berenang kearahku.

"Ada apa, tuan?" tanya Faraday kepadaku, aku menghela nafas sebentar. Kuharap ini bukanlah pilihan yang salah.

"Apakah wanita itu sudah berada dikamarnya?" tanyaku memastikan keberadaan Stella. Untungnya, ia menangguk yang membuatku sedikit lega.

Aku tak ingin ia pergi kemana mana, dan berinteraksi oleh pria manapun termasuk Dave! Cukup aku, aku dan aku!

"Katakan kepada ayah jika ada yang ingin kukatakan. Ini mengenai... Mateku" ucapku, Faraday pun menatap kearahku tak percaya.

"Hey, pangeran kesepian. Apakah tadi itu adalah matemu?" tanyanya, akupun menangguk. Tetapi, aku cukup tak suka jika ia memanggil gelar keramatku tadi. 'Pangeran Kesepian'.

"Akan kusampaikan ini" ucap Faraday antusias, akupun menangguk. Tak lama, ia meninggalkanku sendiri disini.

Ia sepertinya sangat senang jika aku sudah tak kesepian lagi.

***

Aku berada didepan singgah sana raja, dan ayah menatapku dengan penuh minat.

Yah, sekarang aku berada diistananya. Tepatnya, diruangan raja, atau bisa disebut ruangan ayahku sendiri.

"Ayah, bisakah para pengawal itu keluar sebentar? Aku hanya ingin membicarakan ini berempat. Cukup aku, kau, ibu, dan Faraday" jelasku, ayahpun menatap kearah ku sebentar dengan tatapan heran. Tetapi tak lama kemudian, ayah menyuruh para pengawal itu pergi hingga tersisa kami berempat.

"Apa yang ingin kau bicarakan?" tanya ibu lembut, akupun menatap kearahnya dengan penuh harap. Berharap ibu mau menerima kondisi mateku setelah aku menceritakan ini.

Aku menarik nafasku sebentar, lalu menghembuskannya.

"Ayah, ibu. Apakah ada ramuan atau apa yang bisa mengubah manusia menjadi Mermaid?" tanyaku, ayah langsung menatapku dingin dan berdiri dari singgah sananya.

"Apakah kau jatuh cinta pada seorang manusia?! Sadarlah, manusia itu pembawa bencana!!" ucap ayah mulai emosi. Benarkan, baru sekali berucap saja sudah menaikan emosi ayah.

"Tenanglah Alex, ia belum menceritakan ini secara lengkap" ucap ibu ikut berdiri, menengkan emosi ayahku.

"Ia pasti mengatakan ini karena suatu alasan, raja Alex" timpal Faraday, yang membuat ayah kembali terduduk disinggah sananya. Namun, aku dapat mendengar nafasnya memburu. Ia masih cukup emosi dengan apa yang kukatakan tadi.

"Jelaskan, kenapa kau ingin mencari benda itu?" tanya ibu lembut.

Aku menarik nafas, untuk meyakinkan bahwa ini adalah yang terbaik untukku.

"Mateku seorang manusia" ucapku.

Tak lama, keheningan mulai menguasai ruangan ini. Mereka seperti bergulat dengan pemikiran mereka sendiri.

"Kau pasti bercanda, Jeremy! Tidak ada mermaid yang memiliki mate seorang manusia!" ucap ibu yang membuatku kembali menatap kearahnya.

"Aku tidak bercanda, bu!" ucapku meyakinkannya.

"Jangan berkata lolucon, Jeremy!" ucap ayah dengan emosi yang kembali naik dan menegakan tongkatnya kembali. Tongkat yang berbentuk runcing dengan tiga garpu diatasnya.

Tongkat kekuatan, yang bisa menciptakan petir dilangit. Yang bisa menghancurkan satu samudra. Tongkat yang diwariskan secara turun temurun, dan hanya keturunan raja saja yang dapat menggunakannya.

Yaitu tongkat Triton.

"Ayah, aku tidak membuat lolucon!! Maka itu aku kesini untuk membicarakan masalah ini!" ucapku keras kepala, ayahpun menggeram keras.

"Tetapi, ayah belum melihat kejadian seperti ini Jeremy! Jangan mengarang cerita!" ucap ayah yang kekeuh pada pendapatnya. Aku kembali menatap ayah berani.

"Ia mateku! Ayah, aku kali ini serius!" ucapku yang meyakinkan mereka.

"Tetapi, sekalipun matemu adalah manusia, kita tidak dapat mengubahnya menjadi seorang Mermaid" timpal ibu yang membuatku skak matt.

Aku terdiam, jadi aku harus berpisah dengan mateku, seperti itu?

Ruangan kembali hening, dan aku hanya bisa merenung menatap kearah lantai istana.

Ini menyakitkan.

Aku tak ingin pergi darinya. Jika semua itu bisa digantikan dengan jiwaku, maka ambilah jiwaku.

"Ada" ucap Faraday yang membuat kami refleks menatap kearahnya. Aku segera menatapnya dengan penuh harap.

"Kasus ini, mirip sepeti kasus ratu Ariel dulu. Bukankah ia mempunyai mate seorang manusia? Kasus ini kembali menimpah kepada pangeran Jeremy. Namun bedanya, pangeran yang terkena musibah ini. Itu artinya, setiap 342 turunan Mermaid harus mengalami apa yang ratu Ariel alami dulu. Itu adalah sebuah kutukan dari penyihir" ucap Faraday yang membuat aku berpikir.

Jadi aku adalah keturunan 342 dari nenek moyangku?

"Jadi, apakah ada ramuan yang dapat mengubah Mateku menjadi mermaid sepertiku, tanpa sihir dariku?" tanyaku lagi, iapun berpikir sebentar.

"Ada dua. Yaitu seorang penyihir yang berbentuk gurita yang pernah didatangi oleh ratu Ariel. Tetapi, penyihir itu meminta tumbal dari matemu nanti. Atau, kepada.... Ratu Peri?" ucap Faraday yang membuatku tercengang.

Tempat ratu peri sangatlah jauh. Ia berada disebuah pulau, yang jarang berpenghuni.

Tetapi jika aku kepenyihir itu, ia akan meminta tumbal dari mateku.

Akupun menggeleng, aku tak mau mateku menjadi tumbal!

"Aku akan pergi kepada Ratu peri." ucapku pada akhirnya.

Hello :) aku cuma mau ngucapin terima kasih buat @Cyntiadewi8 buat nama orang tuanya Jeremy :')

But, I hope you'll enjoy :)

My Posesive Mermaid PrinceDonde viven las historias. Descúbrelo ahora