Part 18 [Hiden Love]

40.2K 2.6K 9
                                    

Alice side

"Alice, bangunlah" ucap seseorang yang membuatku menggeram kesal.

Siapa yang berani menggangu tidurku?!

"Alicee.." panggil orang itu, aku mau tak mau terbangun dari tidurku dan menemukan Nafa yang berdiri disamping tempatku terbaring. Aku dapat melihat ekspresi wajahnya yang sangat cemas itu. Dasar, wanita bodoh.

Sepupuku, ia adalah saudaraku. Namun, ia sangat payah dan cukup bodoh.

Kenapa? Ia membantuku untuk menuntaskan lumut dari pangeran Jeremy.

Layaknya sebuah sapu, ia menyapu kotoran dari tubuh Jeremy, dan tentu, Aku memanfaatkan sapu tersebut.

Bodoh bukan?

"Kenapa, Nafa?" tanyaku sok perhatian, ia menatap kearahku dengan sangat terburu buru. Aneh

"Pengawal ratu baru saja pergi" ucap Nafa yang membuatku mengerutkan kening.

Kenapa mereka pergi?

"Kenapa? Bukankah mereka ditugaskan untuk menjaga Stella?" tanyaku. Bodoh ini kesempatan yang bagus untuk menambahkan racun dalam tubuh Stella.

"Tadi pagi ratu mengunjungi Stella, dan ratu melihat tubuh Stella yang mulai membiru. Dengan cepat, ratu memutuskan untuk membuat rapat untuk membicarakan tentang keadaan Stella" ucap Nafa yang membuatku bersorak dalam hati.

Ternyata, racunnya bereaksi dengan sangat hebat. Sepertinya, aku tak perlu menambahkan racun kearah Tubuh Stella lagi.

Sudah cukup, perlahan lahan ia akan mati.

"Baiklah, kau boleh keluar" ucapku, ia pergi meninggalkanku.

Aku tertawa bengis, inilah kesempatan yang kutunggu tunggu.

Andai saja, mereka tahu siapa aku sebenarnya. Andai saja..

°•°•°•°•°•°•°•

Ashley Side

Aku mengelus rabut seseorang yang berada di pangkuanku. Lambutnya halus bak kain sutera yang membentang indah didasar air.

Aku menatap kearah wajahnya yang damai, ia sangat tampan. Sesekali aku tertawa dan memegang hidungnya yang bangir itu.

Aku tahu, ia belum mati. Ia adalah pangeran yang kuat, dan nafasnya masih terasa di indra perasaku ini.

Aku bahkan sempat kagum, ia mau bertarung nyawa dan mengarungi lautan demi matenya itu.

Ia sudah memiliki mate.

Aku menghembuskan nafas pasrah, ada rasa sakit hati mulai menghantamku saat aku mendengar ia memiliki mate.

Stella Keylena.

Nama yang cukup bagus.

Sebenarnya, tanpa ia ketahui, aku memiliki perasaan dengannya sejak kecil.

Yah, aku menyukai pria ini.

Pria ini sangat baik padaku, dan ia bahkan tak segan segan untuk melindungi diriku.

Bahkan, sampai hari ini ia masih mau melindungiku. Karena diriku, ia terbaring disini. Dipangkuanku.

Kenapa rasanya nyaman? Apakah perasaan yang pernah ku kubur dahulu mulai muncul?

Tetapi, aku tidak boleh menunjukan perasaanku. Ia sudah ditakdirkan dengan matenya.

Tetapi, bolehkah aku sedikit bersikap egois? Aku menyukainya, dan pasti ada rasa dimana ingin memilikinya.

Itulah kekejaman perasaan.

Aku tersenyum, mengingat saat kecil yang kami lalui. Ia datang kearahku, dan tersenyum kearahku dan menemaniku.

Perlahan lahan, ingatanku berangsur angsur ada dalam pikiranku. Saat dimana ia menggengam tanganku, dan melindungiku.

Tanpa sadar, aku tersenyum kearah, dan menggengam tangannya erat.

Sepertinya, aku masih mencintainya..

Flashback

"Kau ini mermaid macam apa?!" bentak ibuku tiriku, sedangkan aku hanya terduduk dan menangis terisak.

Ibuku, adalah musuhku. Ayahku meninggalkanku, dan ibu kandung pergi entah kemana hingga sampai saat ini, aku tidak mengetahui keberadaanya.

"Kau!!" ucap ibu tiriku memukul kepalaku keras, rasanya sangat sakit.

Tetapi, perasaanku jauh lebih sakit.

"Dan ini!!" ucap ibu yang melayangkan tangannya, hendak memukulku. Aku memegang kepalaku, dan menundukan kepalaku berharap aku bisa memblok kepalaku dari pukulan ibuku.

Namun, aku tak merasakan apapun.

Dengan berani, aku mebuka mataku dan aku terkejut dibuatnya.

Tangan ibuku tertahan oleh tangan seseorang yang ku tahu siapa itu..

Tidak, ini pasti mimpi.

Aku hanya bermimpi.. Mataku salah lihat.

"Jangan memukul anakmu. Pergilah, aku akan menjaga anakmu" ucap orang itu, ibu menatap kearah orang itu terkejut.

"Kau memang siapa yang berani beraninya mengaturku!!" bentak ibuku pada orang itu, sedangkan ia hanya terdiam menatap kearahku, lalu kearah ibuku.

"Jeremy Carlos" ucapnya, ibuku terperanjat sesaat.

"P-pangeran Jeremy?" ucap ibuku tak percaya. Jeremy yang tidak pedulipun mengamit tanganku, dan menarikku lembut kesebuah tempat.

Sesampainya di tempat itu, disebuah koral tua yang nyaman, ia mengamati tubuhku, dan menatap tubuhku secara mendetail.

"Kau terluka" ucap Jeremy, aku hanya mengangguk.

"A-aku takut" ucapku dengan bibir yang gemetar, ia tersenyum kearahku.

"Tenang, aku disini. Tidak ada yang akan melukaimu saat aku berada disampingmu" ucap Jeremy yang lagi lagi membuatku tersenyum tanpa sadar.

Aku menatap lurus kearah matanya, mata yang berwarna biru laut itu menatap kearahku sendu. Rambut birunya yang pendek, membuat aksen tegas pada dirinya.

"Kau akan baik baik saja" ucapnya, mengelus wajahku dan kembali tersenyum. Tak lama, luka lukaku dipegang olehnya.

Lukaku dengan cepat langsung baikan.

Ia ini..

"Aku mengendalikan tubuhmu. Tenang, aku takkan melakukan apapun" ucapnya.

Aku kembali menatap kearahnya..

Sepertinya, aku mulai menyukainya..

Flashback off

Aku mengamit tangannya, menyentuh matanya yang terpejam, hidung dan terakhir..

Bibirnya.

Bibir ranum, semerah mawar, selembut sutera dan suara sehalus belendu..

Itu seperti canduku.

Aku mendekatkan wajahku kearah satu objek yang berada diwajahnya.

Semakin lama, semakin dekat hingga aku bisa merasakan deru nafasnya

Hingga objek itu tepat berada di bibirku.

"Bangun.." bisikku tepat ditelingannya, dan mengecup telinganya kecil.

My Posesive Mermaid PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang