Bobby -The Woods-

699 51 25
                                    

For your attention;

1. The prompt of this story belongs to Creative Writing Now.
2. Maaf kalau judulnya kurang berkenan di hati. It's what comes to my mind when I first read the prompt.
3. Prompt akan diberitahu di akhir cerita
4. Selamat membaca!

"Iya, maaf ya, aku akan segera menyusul secepat mungkin,"

"Baiklah. Kami menunggumu Nam Yura!"

Sambungan telepon diputus. Yura bersandar di kursi kerjanya, memijat pelipisnya. Ia dan teman-temannya sudah merencanakan liburan akhir pekan ini dari jauh hari. Mereka sudah menyewa cottage yang terletak di tengah hutan. Di dekat kompleks cottage, terdapat taman nasional yang memelihara rusa-rusa, serta danau wisata yang indah.

Jelas Yura ingin sekali untuk datang. Ia dan tempat-teman perempuan satu gank-nya tidak akan melewatkan waktu untuk berkumpul bersama. Terutama karena masing-masing dari mereka sudah bekerja. Kesempatan mereka untuk bisa bertemu dengan lengkap tidak sebesar dulu, ketika mereka masih duduk di bangku kuliah.

Di luar dugaan, Yura mendapatkan pekerjaan tambahan. Tepat di hari-H, ia yang seharusnya pulang kerja lebih awal justru harus mendekam lebih lama di dalam kantor. Berkutat dengan layar komputer, mouse, dan keyboard. Pekerjaannya sebagai sekretaris di sebuah bank membuat perempuan itu harus menyiapkan sebotol obat tetes air mata agar matanya tidak iritasi karena menatap layar komputer berjam-jam.

"Akhirnya!" Yura mematikan komputernya. Pekerjaannya sudah selesai. Sekarang yang tinggal ia lakukan adalah pulang ke rumah, mengambil koper yang sudah ia siapkan tadi malam, dan langsung menyusul teman-teamnnya di cottage.

***

Yura sudah berada dalam perjalanan menuju cottage. Tempat itu berada di wilayah perbatasan antara kota dan lembah. Termasuk dalam daerah yang sepi penghuni, tetapi tidak terlalu jauh dari pusat peradaban.

Jam digital di nakas dashboard mobil menunjukkan pukul 11 malam lebih 23 menit. Yura yakin bahwa sekarang, teman-temannya tengah bermain kartu dan menyantap cemilan malam. Tipikal pajama night yang sering mereka lakukan dulu.

Jalanan yang dilalui Yura begitu tenang. Sangat sepi. Teramat sepi. Jalan lurus dan tidak adanya satu pun kendaraan yang datang dari arah berlawanan membuatnya menginjak pedal gas lebih keras. Tidak apa-apa ngebut, pikirnya. Karena tidak ada kendaraan yang berpapasan dengannya sejak 45 menit yang lalu.

Di sepanjang jalan, hanya pohon-pohon pinus yang menjadi pemandangan di luar jendela mobil. Mereka menjulang tinggi, sehingga jalan panjang tersebut tampak seperti diapit oleh dua tembok yang besar. Cahaya bulan purnama dan bintang sedari tadi menemani perempuan itu dalam kesendiriannya.

Yura mengernyitkan dahi begitu ia melihat sesuatu di kejauhan dengan cahaya lampu mobilnya. Tampak seperti sesuatu. Benda? Siapa yang meletakkan sebuah patung di tengah jalan?

Apa itu seekor rusa? Yura kini makin dekat dengan objek aneh tersebut. Ketika ia sadar bahwa ternyata objek tersebut adalah seorang manusia, ia pelan-pelan menginjak pedal rem.

Terlambat. Kecepatannya terlalu tinggi. Mobilnya tidak akan berhenti dengan sempurna sebelum melewati sosok di tengah jalan itu. Sedangkan, jaraknya dengan orang itu sudah sangat dekat.

Tanpa banyak pikir, Yura segera menginjak rem sedalam mungkin, dan membanting setirnya ke kanan. Mobilnya berguncang hebat. Mobilnya terseret, dan bannya berdecit keras. Beruntung ia menggunakan sabuk pengaman yang mencegah tubuhnya terbentur.

Beberapa detik kemudian, Yura mengangkat kepalanya. Jantungnya berdegup dengan sangat kencang. Ini kali pertama dalam hidupnya ia mengalami kejadian seperti ini. Tangannya yang memegang kemudi mobil bergetar. Ia bisa saja mati seperti adegan-adegan klise dalam drama.

iKON Oneshots [Story Prompts] [Bahasa Indonesia]Where stories live. Discover now