Bobby -Rain-

133 16 1
                                    


"Hujan," gumamku.

"Kenapa?" Tanyanya. Aku menggeleng pelan.

"Dingin," jawabku.

"Masuk saja sana," usirnya. Kupandang wajahnya, tatapannya terpaku pada langit gelap dengan gumpalan awan abu-abu.

"Tidak mau, aku mau di sini," elakku. Bagaimana bisa aku melewatkan hujan? Di pagi hari? Jam menunjukkan pukul 10 pagi, tetapi langit yang gelap memanipulasi, seakan-akan hari sudah sangat sore. Terutama aroma hujan. Aku tidak akan bisa menghirup aroma menenangkan ini jika aku masuk ke dalam ruangan, bukan?

Ternyata, hujan lebih brutal dari yang kuharapkan. Angin berhembus sangat kencang, membawa kedinginan yang menusuk kulit. Aku memeluk kedua lututku, mulai menggigil karena udara dingin.

Tiba-tiba aku merasakan kehangatan menyelimuti kaki dan tubuh bagian depanku. Jiwon melepas jaketnya dan menyampirkannya untukku.

"Tidak dingin?" Tanyaku. Jiwon tersenyum kecil.

"Udara ini bukan apa-apa," balasnya sombong. Aku mendengus mendengar nada bicaranya. Percaya diri sekali.

Hujan turun makin deras. Beruntung atap balkon melindungi kami berdua dari cipratan air hujan.

Entah kenapa, aku mengantuk. Kusandarkan kepalaku di bahunya, dan dengan sigap tangannya langsung merengkuh tubuhku, memelukku begitu erat.

"Hangat," komentarku. Aku merasakan kecupan di puncak kepalaku. Rasanya ingin waktu berhenti berjalan, supaya aku dapat menikmati kenyamanan ini selamanya.

"Aku barusan sadar," ia berbicara. Aku menggumam, mengisyaratkannya untuk melanjutkan percakapannya.

"Suara air hujan adalah musik tidur paling nikmat di dunia."

"Kamu mengantuk?" Tanyaku.

"Bukan, maksudku kamu,"

"Ah." Memang benar. Tapi dengan suara air yang menghantam bumi saja tidak cukup. Adanya tempat untukku bersandar juga adalah alasan kenapa aku ingin sekali tidur. Menikmati waktu. Meresap momen berharga. Bukan hanya hujan, tapi kehadiranmu, Jiwon.

"Tidak ingin tidur di kamar?" Tanyanya. Aku menggeleng pelan.

"Maaf mengganggumu sayang, tapi...." ia kedengaran gelisah. Aku membuka mataku perlahan.

"Ada apa?" Tanyaku.







"Aku... ingin pipis," jawabnya.

-The End-





Yha. Receh sekali kan humor saya.

Vote dan comment ya!
Saya lemah di genre baper-baperan seperti ini, jadi mohon kritik-saran-komentarnya. Saya akan menerima masukannya dengan tangan terbuka.

Terima kasih!

Oh ya, kalau mau request oneshot, PM aja :)

iKON Oneshots [Story Prompts] [Bahasa Indonesia]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt