Jinhwan -Bisa-

26 5 2
                                    


Jinhwan lahir di keluarga yang masih menganut kuat nilai-nilai spiritual dari para leluhurnya.  Kunjungan menemui 'orang pintar' bukanlah hal yang asing baginya.  Ia terbiasa membantu ibunya menyiapkan satu set makanan dan perlengkapan pemujaan yang selalu diletakkan di pagar depan dan halaman belakang rumah mereka.

Mereka semua peka terhadap hal-hal simbolis dalam kehidupan manusia.  Tidak hanya karakter Cina nama, tanggal lahir, shio, dan elemen; mereka juga menaruh perhatian terhadap cuaca, kalender kuno, tanda-tanda alam, binatang, bahkan sejarah berdirinya suatu tempat.  Bak ditakdirkan untuk hidup seperti ini, keluarga mereka memiliki kemampuan spesial yang tidak dimiliki oleh manusia kebanyakan.

Kakak perempuannya bisa melihat keberadaan orang-orang mati.  Ibunya bisa mendengar suara-suara bisikan makhluk halus.  Ayahnya memiliki kepekaan terhadap aura.  Sedangkan Jinhwan diberkati dengan kemampuan untuk bermimpi.

Sejak kecil ia selalu menceritakan mimpi-mimpinya.  Terkadang aneh, terkadang biasa, terkadang mengerikan.  Ternyata apa yang dilihat Jinhwan di mimpinya adalah sebuah pertanda.  Ia pernah bermimpi ada manusia raksasa yang muncul dari laut dan mengaduk-aduk laut dengan sebuah tongkat kayu besar.  Keesokan harinya, Jepang dilanda tsunami besar.

Ia sering menahan diri untuk tidak menangis, terutama setelah tahu bahwa mimpi yang ia dapatkan tidak hanya memprediksi kejadian di belahan bumi lain.  Ia bermimpi neneknya jatuh miskin, beliau terus mengeluh kepalanya sakit kepada Jinhwan di dalam mimpi.  Seminggu setelah malam ia memimpikan hal tersebut, neneknya ditemukan meninggal dibunuh oleh dua orang pencuri yang mengambil seluruh harta bendanya.  Kepalanya mengalami pendarahan karena dipukul oleh benda tumpul.

Semenjak bisa membaca dan menulis, ibu menyuruhnya untuk selalu mencatat mimpinya begitu ia bangun tidur.  Hampir tidak ada satu hari ia lewati tanpa menulis apa pun, karena tiap hari ia selalu bermimpi, bahkan hingga hari ini.

Hal ini tentuya berdampak pada kesehatan psikologisnya.  Ia stres dan bingung harus berbuat apa ketika ia sudah terlebih dahulu mengetahui apa yang akan terjadi di esok hari.  Ia tidak bisa mengatakan kepada temannya bahwa mereka akan gagal masuk ujian perguruan tinggi.  Ia tidak bisa menyelamatkan nyawa seorang pria paruh baya di jalan.  Ia tidak bisa mengembalikan nyawa seseorang yang sudah tiada.  Karena ia tahu, ia tidak boleh mengubah takdir.

Pagi ini, seperti biasa Jinhwan langsung menggapai sebuah buku dan pena dari nakas yang terletak di samping kasurnya.  "Ular... cairan berwarna kuning... sesak," ia bergumam sembari menulis.  Begitu apa yang ada dalam mimpinya sudah tersimpan rapi di atas kertas, ia bangkit untuk mandi dan menjalani hari-harinya seperti biasa.

"Mimpi apa hari ini?" tanya kakaknya begitu ia muncul untuk duduk di kursi makan.

"Belum tahu." Ia mengangkat kedua bahunya.  Tidak semua mimpi bisa langsung ia pahami artinya.  Terkadang, butuh waktu beberapa hari untuk bisa tahu apa yang dikatakan semesta kepadanya.

"Setelah ini apa yang akan kamu lakukan?"  Kakaknya bertanya lagi sembari menyantap sepotong roti.  Ia mengacu pada rencana Jinhwan yang baru menyelesaikan sidang tugas akhirnya.  Kini, sudah waktunya untuk ia lepas dari dunia kuliah.

"Revisi.  Lalu belajar lagi untuk tes pegawai negeri."

"Ah, sialnya kamu tidak bisa memilih tempatmu dipekerjakan.  Ibu harap kamu tidak bekerja di kantor sipil di kota kita.  Arwah penunggu di sana sering mengganggu orang-orang."  Ibu menyodorkan sepiring telur untuk Jinhwan.  "Kalau takdir tidak menyetujuimu menjadi pegawai negeri, masih ada Ibu.  Ibu akan mendaftarkanmu ke pelatihan untuk menjadi agen properti."

Perkataan tersebut hanya direspon oleh cekikikan dari kakak dan Ayah yang sedang berada di ruang televisi, sedangkan Jinhwan hanya mengunyah telurnya sembari merengut.  Ia sudah beribu kali menolak ide Ibu karena berpikir dirinya tidak cocok mengemban pekerjaan yang mengharuskan dirinya menawarkan barang.

iKON Oneshots [Story Prompts] [Bahasa Indonesia]Where stories live. Discover now