Junhoe -Overcast-

255 30 10
                                    

Sebetulnya ini bukan dari fiction prompt.... ini FF lama saya yang aslinya tokohnya member EXO (yes, I used to be an EXO-L) dan pernah saya post di situs fanfiction EXO di wordpress di bawah nama pena sashnikxo.

Yang saya ubah kali ini cuma nama pemerannya aja kok.

Kenapa bukan oneshot prompt?  Karena konsentrasi lagi pecah jadi agak bingung nulis banyak FF.... jadi daripada gak update ini lah saya update.

Selamat menikmati!








Bukankah ini adalah cuaca yang sangat indah untuk saling bersua?

***

Pukul 12 siang

Gadis itu menulis dengan serius, pandangannya sepenuhnya terpusat pada buku tulis tebal di mejanya. Sesekali ia mengulum bibir bawahnya kala ia kehabisan kata-kata untuk ditulis di atas lembaran kertas. Dahinya berkerut, rambut panjangnya jatuh menutupi pelipisnya seiring dengan pergerakan kepalanya.

'Kenapa semua hal yang kaulakukan selalu memikatku?' Gumam laki-laki yang duduk berseberangan dengan gadis itu.

Untuk beberapa saat, sang gadis meletakkan penanya, meregangkan kedua tangannya selebar mungkin. Junhoe mengawasi gadis itu. Dan hatinya tercabik begitu ia melihat sang gadis mencuri pandang ke arah seseorang yang tengah tertidur di bangkunya.

Kim Jinhwan. Sahabat sekaligus mantan pacar pujaan hati Junhoe. Tidak, dia bukan lagi sahabatku, pikir Junhoe. Jinhwan menghancurkan semuanya. Janji antara mereka berdua yang tidak akan menyukai perempuan yang sama.

Apa dia masih memiliki perasaan untuk Jinhwan walaupun sudah putus? Junhoe hanya bisa bertanya dalam hati. Ia sendiri tidak tahu apa yang tengah ditulis gadis itu. Tapi satu yang Junhoe tahu pasti; Kim Jinhwan adalah sumber inspirasi gadis itu menulis.

'Hari ini. Akan aku lakukan.' Gumam Junhoe.

Pukul 5 sore

Junhoe mengetuk-ngetukkan kukunya di dinding. Punggunya ia sandarkan ke dinding, matanya sibuk menerawang langit yang berangsur-angsur gelap setiap menit. Pikirannya melayang entah kemana. Tujuannya hanya satu. Ia rela terlambat pulang sekolah demi gadis itu.

Suara langkah kaki menyadarkannya dari lamunan. Senyum lebar terulas di wajahnya. Dia datang, Junhoe berkata kepada dirinya sendiri. Hatinya meletup, bahagia.

Gadis itu berjalan mendekat. Ekspresi wajahnya tidak bisa ditebak. Entah apa yang ada di pikirannya. Tetapi Junhoe mencoba berpikir optimis.

"Em.... cuacanya indah ya?"

Junhoe tahu itu adalah pertanyaan bodoh untuk mengawali sebuah pembicaraan. Sedetik setelah berbicara ingin rasanya ia membenturkan kepala ke tembok karena telah melontarkan sapaan yang 'murahan'.

Gadis itu terkekeh. Junhoe dapat merasakan jantungnya berdebar. Dia tersenyum karenaku.

"Ya... sangat indah. Aku suka cuaca mendung seperti ini,"

Kamu menyukai musim salju, aku tahu itu, Junhoe tersenyum. Tapi terima kasih atas usahamu untuk tidak mengecewakanku.

"Aku... sudah membaca bukumu," kata gadis itu. Ya, Junhoe sadar ia tidak pandai menyampaikan perasaan dengan perkataan. Ia rela menulis sebanyak mungkin. Dan hari ini, pada jam istirahat, diselipkannya buku itu ke dalam tasnya. Berhasil, Junhoe sudah bisa merasakan euforia kemenangan di dalam dirinya.

"Tapi... aku tidak bisa,"

Perkataan itu menyambar diri Junhoe bak petir. Seluruh syaraf tubuhnya terkejut. Dadanya berdegup sakit.

"Ke... kenapa?" Bahkan lidahnya terasa kelu untuk sekedar berbicara.

"Putus dengan Jinhwan memang benar. Tapi aku masih mencintainya...."

Seluruh dunia serasa berhenti berputar. Laki-laki ini menggertakkan giginya dan menngepalkan tangannya dalam amarah. Kenapa aku harus selalu kalah darimu, Kim Jinhwan?!

"Tapi aku mau menjadi sahabatmu. Terima kasih karena sudah memperhatikanku selama ini," gadis itu tersenyum manis. Ada sepercik rasa malu, sedih, dan penyesalan dalam nadanya. Junhoe tertegun.

"Sungguh... mau menjadi sahabatku?" Junhoe seakan mendapat nafas hidup. Pikirannya cerah, sebuah harapan menyembul cepat dari dalam hatinya.

"Ya, sahabat selamanya." Jawab gadis itu. Dan kini Junhoe yakin.

"Boleh aku memelukmu? Sebagai sahabat?" Tanya Junhoe. Gadis yang sangat dicintainya itu mengangguk. Junhoe melangkahkan kakinya dan merengkuh tubuh mungil gadis itu, memeluknya erat seakan ia dapat hilang sewaktu-waktu. Oh, aromanya. Lembut rambutnya di antara sela-sela jariku. Oh, sayangku.

"Selamanya, ya kan?" Tanya Junhoe. Yang dipeluk balas mengelus punggung Junhoe.

"Ya, selamanya."

***



Surat Kabar Harian

Ditemukan dua mayat di belakang gymnasium sebuah sekolah ternama. Korban adalah seorang perempuan dan seorang laki-laki, yang masih mengenakan seragam sekolah. Ditemukan pisau tergeletak di dekat kedua tubuh. Ditemukan sidik jari sang laki-laki di pisau tersebut; reka kejadian adalah penusukan yang dilakukan oleh sang laki-laki kepada sang perempuan, yang dilanjutkan dengan aksi bunuh diri sang laki-laki. Keduanya mati akibat pendarahan dari tusukan langsung di jantung. Polisi masih menyelidiki kasus ini lebih lanjut.

TAMAT.





Agak kelihatan dipaksa nggak sih sebetulnya?  Saya pribadi ngerasa di iKON gaada yang wajahnya psycopath gitu macam Kyungsoo (ampun), ya paling mendekati cuma si Junaedi doang.....

Hm....

iKON Oneshots [Story Prompts] [Bahasa Indonesia]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang