[2. Awkward Situation]

239 28 1
                                    

Chap2

Sampai dimana kita tadi?

Ah ya.

Sampai di saat dia mencium -menghubungkan bongkahan lembut berwarna pinknya dengan milikku- dengan penuh perasaan.

Dari sana, ia terus menggendongku tetap seperti putri-putri dalam buku cerita bergambar yang sedang digendong oleh pasangan sehidup sematinya.

Hingga ia berhenti pada sebuah mobil yang kelihatannya sangat mahal di luar dari biasa, dengan ciri-ciri berwarna hitam dan panjang.

Bingo! Limousine.

Aku sekarang merasa seperti salah satu makanan yang berasal dari Jawa yang berupa sayur-sayuran yang direbus dan dicampur jadi satu, dengan bumbu kacang atau saus dari kacang tanah dan yang dihaluskan disertai irisan telur.*

Merasakan sayur keheranan, yang direbus dan dicampur bersama bumbu kekaguman, atau kacang kekagetan, disertai irisan shock atas apa yang telah kusadari...

Pemuda yang sedang berusaha memasukkanku bak sekarung kentang dalam kotak hitam persegi panjangnya yang harganya bisa selusin emas batangan -bahkan lebih- ini,

Bukanlah pemuda biasa. . .










With love,

Miroko presents

|RAIN|

Kuroko no Basuke © Tadatoshi Fujimaki






Nah sekarang, pangeranku yang berkuda hitam mengkilap duduk dengan sangat elegan, aku bahkan hampir merasa bagaikan sampah yang barusan dipungut dari sebuah selokan di pinggir jalan.

Pemuda itu tidak menciptakan suara apapun selain suara hembusan nafas yang dapat kudengar karena saking heningnya perjalanan kami yang bahkan aku tidak tahu ke mana.

Keheningan yang ia ciptakan sanggup membuat diriku merasa ingin bunuh diri, namun kuhapus perasaan itu dengan cepat.

'Jika harus mati, lebih baik mati di tangan Ame-kun. Aku lebih senang mati dengan tenang dalam pelukan mesra di dalam lengan Ame-kun, daripada mati dengan keheningan yang terlalu tenang dengan pria yang baru saja menjadikanku miliknya tanpa kuketahui namanya, bahkan sedikitpun tentang dirinya selain ia satu - satunya yang perhatian padaku'

(Notes: Ame-kun ialah Hujan dalam bahasa Jepang jika kau belum tahu. Ya, ia memberinya nama)

Setelah menyatakan pernyataan tersebut dalam hati, Aku merasakan sepasang manik yang menatapku intens.

Karena tidak tahan ditatap begitu intens tanpa maksud yang kuketahui, aku pun segera menyatukan manikku dan maniknya yang sedaritadi menimpuki diriku, entah ia sedang mencari perhatian ataupun secara tidak sadar, aku masih tetap merasa risih.

"Apa?"

Tanyaku heran sambil sedikit memiringkan kepala sebanyak 10 derajat.

Ia pun yang sedaritadi diam akhirnya angkat bicara.

"Apakah kau sebegitu mencintai tetesan air diluar sana? Jika ingin tahu namaku, aku ialah Akashi Seijuurou. Dan aku berterimakasih karena sudah menganggapku satu - satunya orang yang perhatian padamu."


... Aku speechless.

Kegiatan dimana seseorang berada entah di ambang kekaguman, kekagetan, ataupun keheranan dan tak bisa berkata-kata.


'Darimana orang ini -yang baru saja menyebut dirinya Akashi Seijuurou- mengetahui isi pikiranku? Aku masih bisa maklum jika ia mempunyai sebuah bola berbahan kristal yang dapat memberikan penggunanya gambaran - gambaran masa lalu ataupun masa depan dan ia ialah keturunan bangsa yang memiliki alat tersebut.'

"Aku bukan keturunan seorang penyihir, dan aku tidak mempunyai bola kristal, (name)" balasnya kalem.


' Apakah ia seseorang yang memiliki indra lebih dari lima, dan mempunyai kekuatan natural yang super dan mendapat membaca pikiran orang lain?'


"Aku juga tidak bisa telepati, ataupun kekuatan super seperti clairvoyant" jawabnya masih dengan sikap yang sama.

"Lalu kenapa kamu bisa tahu apa isi pikiranku? Lebih-lebih, kenapa kamu bisa tahu namaku?"

Aku pun menyuarakan pikiranku padanya. Takut. Suatu kegiatan untuk mengantisipasi apabila ia akan membaca pikiranku lagi.

"Namamu tertulis di depan tasmu. Aku bisa tahu pikiranmu karena itu semua tertulis di wajahmu"

Eh, apa itu mungkin? Memang jika kumpulan kaset memoriku belum korslet dan berantakan, aku yakin memang tertulis namaku disana.

Namun isi pikiranku tertulis di wajahku? Demi Awan! Aku tidak menggerakkan wajahku sama sekali kecuali untuk menuduh orang itu akan hal-hal yang tidak-tidak di dalam hati.

"Aku punya teman yang sama sepertimu. Bisa dibilang, aku sudah terbiasa membaca raut muka orang sepertimu, (name)."

Kalimatnya membuyarkan pikiran anehku. Ia memang aneh. Tapi aku lebih aneh lagi karena membiarkan orang aneh ini mengambilku yang aneh.

Jadi kurasa aku akan membiarkan hal itu, dan memaklumi apa yang ia katakan.

"Tak kusangka kau seorang Chuunibyou, (name)" balasnya diiringi tawa kecil

Ugh... Itu sangat menusuk. Aku memang mengambil spekulasi yang diluar nalar manusia biasa, dan itu mirip dengan Chuunibyou,...

Tapi hey! Bukankah sebagai siswi, ah bahkan manusia paling tidak pernah sekali berpikiran Chuunibyou?

"Tidak, aku tidak pernah seperti itu" ujarnya sambil menutup mata.

Aku pun memutuskan untuk mendiamkan diri dari orang aneh bernama Akashi Seijuurou yang menghinaku seorang Chuunibyou.

Dan persetan darimana ia bisa tahu apa itu Chuunibyou!

Ia memang aneh. . . .

Tapi hal itu tidak berlangsung lama,....

Tidak setelah aku melihat dimana aku sekarang....

"Astaga,... Akashi-san, ini dimana?"

Aku hampir berteriak histeris, namun kupendam dalam hati.

"Rumahku."

Nada bicaranya sangat datar dan biasa, sehingga tidak ada cela untuk menghinanya.

'Wahai orang aneh, punya rumah si boleh, namun tahukah engkau rumahmu ini lebih besar dari rumah titan berukuran 10 meter?'

Wah, pikiranku sarkas sekali.

"Ini rumah?!"

"Ya."

Dan aku memutuskan untuk diam.

To be continue






Notes: *disini dia sedang membicarakan gado-gado, teman-teman, dan para pembaca yang kebetulan lewat*

[Rain]Where stories live. Discover now