[6.Confession]

243 24 4
                                    

"Aku akan membuatmu tergila-gila padaku. Bahkan lebih dari Ame-kun yang kau cintai itu."

Dengan pernyataan tersebut, ataukah dapat kusebut dengan pernyataan cinta, pria didepanku ini telah membuat hatiku yang dingin berdegup pelan.

Memang tidak kencang, namun cukup untuk kembali berjalan dan hidup.

Seminggu setelah kejadian itu terjadi, aku pun merasakan dampaknya.

Pipiku yang memerah, dunia yang serasa melambat, kakiku yang melemas, dan tak bisa menyusun kata-kata yang tepat untuk berkata sesuatu padanya.

Akhh! Bilang saja sekalian kerusakan hati, jantung, otak, sistem syaraf juga lambung! Lengkap sudah aku bergantung dan kecanduan oleh alkohol...

Refleksku yang selalu terhenti dan melambat karena ingin melihat sosokmu lebih lama, bagaikan tak ingin momen itu terlewat.

Jantungku yang selalu tak dapat diam dan duduk manis ditempatnya jika kau telah masuk dalam pandangan mataku.

Hatiku yang menjadikanmu provitamin A, sehingga dapat menjadi vitamin A agar kau selalu terlihat di mataku. Juga agar darahku dapat membeku jika bersamamu.

Otakku yang memorinya terhapus, hanya ada tentangmu dan kau, juga kau terus menerus bagai kaset rusak juga imajinasi liar tentangmu.

Lambungku yang mengatakan bahwa hanya ingin memproses makanan jika dimakan bersamamu.

Dengan segala gejala-gejala itu, aku dapat menyimpulkan...

Kaulah alkoholku.

With love,

Miroko presents,...

[RAIN]

Kuroko no Basuke milik Tadatoshi Fujimaki






Ternyata apa yang dikatakan Sei itu benar, dan ia tidak main-main. (Walaupun aku tidak meragukan bahwa ia tidak akan tidak serius...)

Ia menjadi lebih baik dari sebelumnya.

Perubahannya itu bagaikan melihat setan melepas tanduk, sayap dan ekornya, juga memakai halo dan memetik harpa diselingi nyanyian indah.

Oke, aku hampir mengeluarkan seluruh makan siangku karena delusi nista ku itu.

Lupakan tentang hal itu, oke?

Intinya, kalian mengerti maksudku bukan?

Ia menjadi lebih lembut padaku.

Ia lebih sering tersenyum lembut saat sedang memanggil namaku.

Ia lebih sering memelukku jika ia berada di sekitarku.

Ia lebih sering menciumku kapan pun ia bisa. Baik ciuman singkat maupun ciuman yang panas nan dalam dan melibatkan gulatan lidah.

Eh? Dari kapan aku memanggilnya Sei?

Itu...

Dari kapan ya?

Mungkin setelah ia menciumku dibawah hujan mungkin?

Akhir-akhir ini, aku lebih sering melamun dan memikirkan Sei. Juga apakah yang kualami sekarang ialah kenyataan ataukah hanya delusi semata.

Ah! Selama aku melamun di depan jendela sambil memandang Ame-kun, Sei akan datang dan menghujaniku dengan ciuman.

Entah ciuman di pipi, di dahi, di tangan, di leher, di telinga, di hidung, di bibir, maupun di puncak kepalaku.

Tanda bahwa ia ingin aku segera beranjak dari sana.

Lucu, mengingat itu ialah salah satu tanda ia sedang cemburu.

Sei yang sedang cemburu itu sangat manisss!

"(Name)"

Suara baritone itu kembali menarikku dari pergumulanku dengan diriku sendiri.

"Ya, Sei?"

CUP

"Kau harus berhenti melamun didepan jendela."

Ujarnya dengan sedikit ketus, tanda ia marah.

"Baiklah. Akan kuusahakan"

Jawabku seraya tersenyum. Mukanya masih tetap kecut, tanda tidak puas atas apa yang kukatakan.

"Ap-"

Ia kembali menarikku ke dalam pelukannya yang hangat, dan menciumku tepat dibibir.

Wajahnya sengaja ia miringkan, agar dapat menciumku lebih dalam dan lebih basah.

Mengapa basah? Karena lidah miliknya telah menyelusup masuk dan menjilat segala sisi dari rongga mulutku.

Aku telah membiarkannya masuk secara sia-sia karena telah terbawa gairah dan suasana sekitar.

Kembali ia mengajakku dalam tarian lidah, menaut-nautkannya dan mendorong satu sama lain. Aku mendorongnya dengan tenaga yang telah dari sananya lemah karena birahi.

Saat udara yang kumiliki habis sampai ke residu, aku mendorongnya dan menarik diriku untuk segera menghirup udara yang memenuhi paru-paruku.

Baru saja aku selesai mengambil nafas, ia kembali menarikku ke pelukannya dan dalam ciumannya.

Beberapa menit mengulangi hal diatas, akhirnya kami selesai bergulat lidah.

"Mengapa?..."

Sei mulai angkat bicara pertama. Aku otomatis melihat ke arahnya, mencari lebih banyak informasi tentang apa yang sedang ia ingin tanyakan.

"Mengapa kau tidak pernah menolak ciumanku?"

Seketika itu juga aku tersadar. Akupun melihat memori-memori masa lalu yang terdapat Sei didalamnya bagaikan flashback.

'Aku tidak pernah sekalipun menolak ciuman yang ia sodorkan padaku dalam bentuk perlawanan apapun selain untuk mengambil O2'

Mengapa ya?

"Mengapa? Itu kan karena...."

Dari senyumnya aku tahu,... Bahwa ia telah tahu jawaban dari pertanyaannya sendiri.

Namun mengapa ia masih bertanya lagi hal yang ia telah ketahui jawabannya katamu?

Itu jelas.....

Karena ia ingin mendengarnya dari mulutku sendiri.

Jika itu yang ia inginkan, maka aku akan mengabulkannya.

"Karena aku telah tergila - gila padamu, lebih dari Ame-kun yang sangat kucintai"

[To Be Continued]

[A/N]: Capek saya mengingat draft kasar cerita yang dulu. Ada yang kurang tiap kali saya menulis. Draft yang dulu lebih bagus, pikir saya. Tapi saya telah berjuang sekuat mungkin untuk membuat ceritanya mirip dengan draft yang terhapus ('•_•)

Ini kebetulan saya lanjutkan saat hari hujan setelah sekian lama di daerah saya. Uwaaah~ capek sekali ternyata.....

Tetapi saya berterimakasih pada hujan yang telah turun saat saya menulis ini. Karena hujan membawakan ide serta imaginasi yang tidak saya bayangkan saat ia tidak turun.

Sekali lagi terimakasih pada hujan dan maafkan saya jika ada keterlambatan update.

Saya memang suka update seenak jidat.

Namun saya janji, itu bukan karena cerita saya udah selesai 1 chapter dan saya pergi bersenang-senang.

Saya trauma. Mulai sekarang, jika saya selesai, akan saya publish secepatnya. Takut terhapus lagi.

Bye!

Meow~

[Rain]Where stories live. Discover now