[7.Relationship]

245 24 0
                                    

Chap 7

Hujan kembali turun diluar.

Ia turun sedikit demi sedikit.

Bau tanah yang bercampur dengan air hujan pun menggelitik hidungku.

Sebagian tubuhku mulai ditutupi air hujan.

Dinginnya hujan membuat bibirku melengkung ke atas.

'Akhirnya kau datang juga :) ' pikirku didalam hati.

Kumpulan memori dan kepingan kenangan yang turun bersama rintik hujan segera melewatiku secepat angin

Nah, mari kita lanjutkan apa yang telah kita mulai.

Selama kalian menikmati suasana penuh cinta kami saat dulu lebih lama, aku selaku pencerita akan menjelaskan hubungan antara aku dan keluarga Akashi, juga mengapa aku bisa masuk ke Rakuzan.




Semua ini berawal saat aku masih berada beberapa hari di kediaman Akashi, dimana aku masih memanggilnya Seijuurou, dan belum menyadari perasan cintaku padanya.





.

With love,

Miroko presents,...

[RAIN]

Kuroko no Basuke Tadatoshi Fujimaki





Aku penasaran.

Telah beberapa hari aku berdiam di rumah (mansion) Akashi ini.

Namun mengapa tidak ada yang mencariku?

Paling tidak ayah seharusnya khawatir.

Karena meskipun ia berada di luar negeri, ia selalu memastikan bahwa ia menelponku setiap hari.

Nah, aku tidak dapat mengetahui jika ia menelpon atau tidak.

Dikarenakan, ayah selalu menelponku di telepon rumah.

Mengapa ia tidak menelpon handphoneku saja, katamu?

Karena alasan pekerjaan, ia biasanya memiliki lebih dari 10 nomor.

Mana mungkin aku menghapal semuanya, bukan? Belum lagi nomor yang ia gunakan sepertinya berganti setiap harinya.

Apalagi aku selalu tidak mau menerima telepon asing di handphoneku.

Jadinya, sumber komunikasi kami hanya telepon rumahku.

Jadi kenapa ayah tidak menghawatirkanku?







"Seijuurou?"

Panggilku pada remaja lelaki yang sedang memainkan permainan shogi. Sendirian, kurasa.

"Masuklah"

Jawabnya santai, menyetop permainannya sejenak dan melirikku yang sedang mengintip dari balik pintu bak pencuri.

Mengikuti perintahnya, aku masuk ke dalam ruangannya dan menutup pintu, namun tidak berani melangkah lebih jauh dari pintu.

"Ada apa, (Name)?"

Tanyanya sambil menggerakkan pion prajuritnya.

"Bolehkah aku bertanya sesuatu?" Tanyaku agak ragu. Takut mengganggunya (yang jelas-jelas sedang bersantai dan bermain shogi sendirian.)

"Tentu saja." Kali ini pion benteng yang ia gerakkan.

"Apakah ayahku tidak mencariku? Maksudku aku telah berada di sini beberapa hari. Tidakkah ia khawatir akan keadaanku?"

Jelasku mengutarakan hal yang menggangguku beberapa waktu ini.

"Buat apa khawatir? Ia telah mengizinkanmu disini" pion ksatrianya memakan satu dari prajurit lawan (dirinya sendiri). Skak.

"Ha? Ia mengizinkanku disini????"

Mulutku tak bisa terkatup rapat mendengar jawabannya. Apa?!

"Tentu saja. Tidak mungkin aku membawamu kesini tanpa sepengetahuan ayahmu." Pion rajanya pun ikut bergerak.

Skakmat.


"Tanpa memberitahuku? Kenapa?" Aku mulai jengkel terhadap ayah. bisa-bisanya ia melakukannya tanpa sepengetahuanku.

"Akupun tak tahu. Sebaiknya kau tanyakan saja pada ayahmu sendiri." Ia pun lepas dari permainannya kemudian menatapku.


"Huh! Lihat saja nanti! Aku pasti akan menyuruhnya memberitahuku segalanya dengan sedetail mungkin!"









.

.

.


"HAT-CHOO!"

"Anda tidak apa-apa?"

Pria diseberang telepon itu bertanya. Pria yang bersin tadi hanya menggosok hidungnya pelan.

"Ya. Aku tidak apa-apa. Mungkin putriku sedang membicarakanku." Ujarnya sambil tertawa kecil

"Bicara soal putrimu, kurasa ia dan putraku tengah berpacaran." Ujar pria yang penuh wibawa di sambungan telepon.

"Benarkah? Ah, baguslah. Kurasa ia tidak perlu dipaksa untuk menikah dengannya" jawabnya tenang.

"Ya. Apa anda tidak keberatan dengan hubungan mereka?" Tanyanya.

"Tentu saja tidak. Jika putriku sendiri yang menginginkannya, maka aku tidak akan menentang. Lagipula aku tahu jika dengan begini kita dapat bekerjasama lebih lama lagi." Jelasnya seraya menatap foto putrinya yang dibingkai.

"Mohon kerjasamanya." Balas pria penuh keabsolutan yang ia telpon itu.

"Aku juga. Bicara soal itu, aku rasa sebentar lagi kita akan menjadi kakek-kakek"

Candaan (realistis) itu dihadiahi tawa elegan pria yang ada di sambungan telepon.

"Aku rasa juga begitu."







_______________________________

[A/N]: special chapter selesai!!!!!!
 
Btw, itu saat dibagian Akashi sedang bermain shogi, saya nggak tahu caranya main shogi, jadi saya sembarangan aja. Teehee~

Bagi yang belum mengerti, (name) ini kondisi finansialnya lebih dari cukup, makanya ia bisa masuk Rakuzan. Otaknya juga cukup pintar.

Nah, ayah (name) ini mempercayakan (name) pada rekan bisnis yang telah lama ia kenal, bapaknya Akashi, Akashi Masaomi.

Dengan begitu, semuanya lancar ;)

Sekali lagi banyak terima kasih akan banyaknya hujan yang turun. (Ini ditulis saat hujan deras turun)

Saat hujan gerimis saya berkata pada diri saya. Ah, saat yang tepat untuk menulis Rain!

Dan jadilah chapter ini.

Chapter ini masih sejenis dengan cerita saya yang terhapus dulu, namun ini ialah sebuah kemajuan bagi saya.

Maksud saya, wow. Sejak kapan saya jadi rajin menulis ditengah kesusahan belajar?

Ame-kun, terimakasih untuk segalanya.

Ah, ya. Panggilan Ame-kun itu datang dari saya :)

Bye

Meow~ 😺

[Rain]Where stories live. Discover now