01

19.4K 273 12
                                    

Author's POV

Jakarta.

Gadis itu masih berkutat di perpustakan bersama buku-buku ringan di tangannya. Tentu saja, novel. Mana mau gadis ini membaca bacaan-bacaan berat nan tebal yang lain.

Sebenarnya bel pulang sekolah sudah berdering setengah jam yang lalu, tapi hujan deras masih melanda kota Jakarta. Ia malas menembus hujan sedangkan seragamnya hanya ada satu dan besok masih harus dipakai lagi.

Iya, jarak sekolahnya untuk menuju halte lumayan akan membuat bajunya basah kuyup. Jarang jarang ada tempat yang bisa dijadikan tempat berteduh.

Akhirnya, disinilah ia. Memilah milah buku yang sekiranya menarik. Untunglah ia mendapat beasiswa di sekolah yang memiliki surga buku -cara ia menyebut perpustakaan- yang besar ini.

Ketika ia berjalan hendak ke meja tempat meminjam buku, ia mendengar suara aneh. Seperti dengkuran?

Ia tak suka ini. Mistis.

Ia takut. Namun rasa penasarannya mengalahkan itu. Jadi, dengan mengendap-endap, ia berjalan mengikuti suara dengkuran itu.

Manusia? Sudah jam segini. Disekolah yang rata-rata orang kaya -kecuali dirinya- tidak mungkin berada diperpustakaan berdebu seperti ini. Mereka lebih memilih pulang atau hang out ke mall daripada kesini.

Jangan-jangan.........

Ia sudah sedikit lagi sampai. Tertutup oleh rak paling ujung, ia hanya tinggal belok kanan dan disanalah sumber suaranya berada. Namun ketika ia hendak berbelok, jutru ia menabrak dada seseorang dan terhuyung ke bawah.

Disaat-saat seperti itu, sempat-sempatnya gadis itu berharap ia akan ditangkap oleh seorang laki-laki yang ditabraknya seperti di novel kebanyakan.

Lalu saling jatuh cinta.

Menikah.

Mempunyai anak.

Hidup mapan.

Live happily ever after.

Oke, sinetron.

Ia jatuh dengan bunyi -dan sakit- yang sempurna.

"AWW-" baru setengah berteriak, tangan yang lebih besar darinya sudah menutup mulut gadis itu agar tak berisik. Sejenak gadis itu tertegun karena ketampanan yang disuguhkan dihadapannya.

Mata pria itu bahkan biru. BIRU! Bule kah? Tapi kulitnya sama saja seperti kulit miliknya, justru sedikit lebih putih miliknya.

"Berisik. Gatau ini tempat apaan?" Ucap lelaki itu dingin membuyarkan lamunan gadis itu.

Gadis itu membelalakan matanya tak percaya.

Bahkan laki-laki itu tidak meminta maaf.

Gadis itu melepaskan tangan lelaki itu dari mulutnya. "Lo pikir siapa yang nabrak gue sampe jatuh terus kesakitan gini?!"

"Ya emang gue peduli?"

Sialan.

Gadis itu bangkit lalu beranjak pergi sambil bergumam tak jelas. Merutuki nasibnya sendiri.

"WOI!" ucap lelaki itu dari belakang. Gadis itu berhenti sejenak dan berbalik. Di bibirnya terukir senyuman mengejek yang sangat kentara.

"Kenapa? Lo mau minta maaf? Kali ini gapapa, tapi lain kali-"

"Lo kok bawel sih? Siapa juga yang mau minta maaf? Nih buku lo berantakan. Gue gamau ya tanggung jawab naro ini semua." Ucap lelaki itu sambil melipat kedua tangannya di depan dada, angkuh.

Between You And MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang