20

3.4K 151 5
                                    

Fenny berjalan menyusuri koridor sekolah. Buku tebal yang ia pinjam diperpustakaan ia jadikan pelampiasan kecemasan yang entah mengapa memberontak didalam dirinya. Bibirnya sudah digigitinya begitu keras saking gugupnya. Ia seperti orang linglung yang berjalan tanpa memiliki tujuan yang jelas.

Fenny ingin pergi ke kelas, tapi Fenny takut akan bertemu Alvero.

Mengingat namanya membuat Fenny menggigit bibir bawahnya lebih keras lagi. Fenny gak ngerti apa yang rusak sama otak Vero sampe-sampe dia ngomong kalimat sialan itu lalu pergi seperti tidak pernah mengatakan sesuatu yang salah.

Ah, baiklah. Memang mengungkapkan isi pikiran, atau hati, tidaklah salah, tapi masalahnya berbeda. Apa Vero pikir ini tidak mengganggu pikiran dan hati Fenny juga?

Fenny terus berjalan sampai entah mengapa ia berada di lapangan belakang sekolah. Sangat jauh dari kelasnya berada. Lapangan ini memang bukan seperti lapangan pada umumnya. Ini sebenarnya hanya tanah luas yang dipenuhi pohon rindang dan rerumputan hijau sampai kuning. Tak pernah dipakai bermain sepak bola atau olahraga lain. Dan tempat ini selalu sepi. Fenny ingat, ia juga baru tau tempat ini ada saat kelas 2, saat Gusti masih ada. Dan Gustilah yang menunjukannya.

Bel sudah berbunyi tapi entah apa yang mendorongnya untuk duduk dibawah pohon besar dan memejamkan matanya. Ini kali pertamanya ia bolos kelas.

Ia berusaha memikirkan segalanya tapi ia terlalu tergoda oleh hembusan angin yang ada. Seiring angin menghembus tenang melewatinya, ia ikut menerbangkan kesadarannya dan tertidur lelap.

**

Suara beratus langkah kaki dan suara orang-orang ramai dari kejauhan membuat gadis itu terbangun dari tidurnya yang tidak nyaman. Punggungnya sakit karena pohon yang ia sandari sedari tadi begitu keras. Pantatnya juga sakit karena duduk diatas akar-akar pohon yang arahnya tak beraturan.

Ia memijat batang hidungnya sambil mengedip-ngedipkan kedua matanya. Menyesuaikan diri dengan terik matahari yang ada.

Sudah berapa lama ia tertidur disini?

Fenny mengangkat tangan kirinya dan melihat jam dipergelangan tangannya. Jam sudah menunjukkan pukul 2 siang. Yang artinya... sekarang sudah saatnya jam pulang!

Fenny dengan tergesa berdiri dan berlari menuju sekolahnya lagi. Dalam sela-sela ketergesaannya, bisa-bisanya ia menepuk-nepuk dahinya dan menyalahkan dirinya sendiri karena kecerobohannya tertidur selama dua jam dan melewatkan pelajaran Fisika. Padahal, guru itu adalah guru killer luar biasa! Fenny benar-benar dalam bahaya. Ia tau itu.

Ia menggigiti bibir bawahnya selagi masih berlari di koridor menuju kelasnya. Berusaha mengabaikan tatapan bertanya anak satu kelasnya yang sedang berjalan melawan arah untuk pulang.

Sesampainya dipintu kelas, Fenny sedikit lega karena kelas sudah tidak ada orang. Akan sangat merepotkan jika ada yang bertanya mengapa dia tidak ikut pelajaran Fisika dan memilih untuk membolos saja.

Akhirnya, ia berjalan lunglai mengambil ranselnya dan memakainya dipunggungnya. Namun ketika ia berbalik, ia menemukan dirinya tertabrak oleh dada seseorang yang berdiri tepat dibelakangnya. Tepat sebelum dirinya terjatuh dan menubruk meja, kedua tangan besar sudah meraihnya dan kembali membuatnya berdiri tegak.

Fenny tidak percaya bahwa kejadiannya secepat itu. Bahkan ia baru sadar bahwa ia menahan nafas sedari tadi.

"Kenapa sih lo selalu nabrak dada gue? Dimana-mana dada cowok dijadiin sandaran, bukan bahan tabrakan." ujar seorang cowok yang ternyata adalah Alvero.

Fenny menganga. Namun secepat kilat menutup mulutnya dan beralih menggigiti bibir bawahnya. Alvero dengan cueknya berjalan melewati Fenny dan mengambil tasnya di meja paling belakang barisan Fenny. Bahkan Fenny tidak menyadari masih ada tas lain selain miliknya sebelum ini.

Alvero memakai tasnya disebelah bahunya dan membiarkan satu sisi tali tasnya berjuntai kebawah. Ia berjalan kearah pintu kelas tanpa ragu. Fenny hanya menatapnya tak tau harus berbuat apa.

Tepat dipintu kelas, Vero berbalik dan memandangi manik mata Fenny lembut. "Tapi biar gimanapun, gue minta maaf karena gue gabisa ngeraih elo waktu pertama kali kita ketemu." ujarnya sambil tersenyum sendiri. Setelah itu ia berbalik, berjalan pulang tanpa menengok lagi.

Fenny terduduk disalah satu kursi dan mengambil nafas dalam-dalam dan menghembuskannya pelan.

"Apa sih hari ini gak jelas banget." gumamnya stress sendiri.

Sedang asik-asiknya menyalahkan otak Alvero hari ini, langkah kaki seseorang yang terburu-buru membuat Fenny mendongak dan mendapati Nick datang dengan nafas tersengal-sengal.

"Gue udah nyariin lo ke seantero sekolahan tapi lo ga ada! Terus tadi gue ketemu Edo dan dia bilang tadi dia liat lo lari-lari ke kelas. Yaudah gue kesini lagi." ucap Nick buru-buru sambil duduk selonjoran di lantai. "Tadi gue sebenernya pengen nyariin lo dari awal lo telat masuk kelas, tapi tau sendiri gimana rese nya Pak Broto." lanjutnya lagi penuh dengan ekspresi kesal kekanak-kanakan.

Fenny masih diam saja, terlalu speechless dengan cerita Nick yang menggebu-gebu.

"Lagian lo kemana sih? Lo tau gak sih, satu kelas heboh nanya-nanyain orang paling pinter dan disiplin sepanjang masa bolos kelas dipelajaran pak Broto? Apalagi si Alvero Alvero itu juga bolos kelas. Anak-anak pada taruhan kalo lo sama dia-"

"Vero gamasuk kelas?" potong Fenny cepat.

Nick mengangguk. "Anak kelas ngira kalian bolos bareng. Tapi gue udah yakin banget enggak mungkin! Buktinya lo baru tau dia bolos kan?"

Fenny diam saja dan menggigiti bibir bawahnya lagi. Fenny rasa bibirnya akan berdarah saking seringnya hari ini menggigiti bibir nya itu.

Nick yang melihat hal itu langsung berdiri dan menghampiri Fenny. "Kenapa?" bisiknya.

Fenny masih diam saja. Ia masih memikirkan alasan Vero bolos. Apakah itu karena dirinya? Lantas, kemana ia bolos? Dimana tempat bolos yang tak bisa ketahuan Mang Tedi selain tempat dirinya tadi bolos?

"kenapa- kenapa lo gugup?" ulang Nick lagi. Entah darimana datangnya Nick tau bahwa ada yang salah dengan gadis didepannya itu. Dan entah mengapa ia tau bahwa ini ada hubungannya dengan cowok bernama Alvero itu.

Fenny mendongak dan balik menatap mata hijau Nick. Apa Fenny harus memberitahu Nick apa yang terjadi? Tapi, untuk apa? Bagaimana kalau Vero ternyata hanya bercanda? Nanti kan, Fenny yang malu sendiri. Lebih baik tidak.

Fenny menggeleng sambil tersenyum. Mulai berhenti menggigit bibirnya. "Gue mau balik dulu deh, takut Cerry nungguin."

Nick menatapnya datar. "lo masih aja ga percaya sama gue?"

Fenny tergagap dibuatnya. "M- maksud lo?"

Nick tersenyum. "gapapa. Yuk, pulang."

Between You And MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang