06

5K 184 5
                                    

Fenny berjalan lunglai ke rumahnya. Setiap pulang bekerja akan seperti itu, naik angkot dan turun di depan perumahan. Lalu berjalan melewati beberapa blok hingga ke rumahnya, blok G.

Ia lelah, karena seminggu terakhir, semenjak perjanjiannya dengan Vero sabtu kemarin, ternyata anak itu semakin mengerjainya.

Seperti selalu menugaskannya membawa makanan ke ruangannya setiap hari, mengepel di ruangannya, membersihkan ruangannya, dan masih banyak lagi.

Memang bukan pekerjaannya, tapi mengingat perjanjiannya, lagi-lagi, Fenny menyerah.

Fenny kira dengan pasrahnya Fenny, Vero akan memberikan rasa kasihannya pada Fenny, tapi ternyata salah besar! Justru, Vero semakin puas melihat Fenny menderita.

Ketika Fenny hendak berbelok ke blok F, ia melihat motor dengan dua orang penumpang yang sangat familiar telah berjalan dari arah yang berlawanan melewatinya.

Motor ninja warna hijau.

Helm warna senada.

Punggung yang familiar.

"GUSTI!!!" Tanpa buang waktu, ia berbalik dan meneriaki nama Gusti dengan lantang.

Tak disangka, motor itu berhenti dan dua orang itu -Gusti dan seorang perempuan- menengok ke arah Fenny.

Fenny yakin se yakin-yakinnya bahwa mereka menyadari keberadaan Fenny.

Namun layaknya stranger, mereka melaju lagi, dengan dua kali lipat dari kecepatan sebelumnya.

Tubuh Fenny lemas.

Hatinya benar-benar mencelos.

Diotaknya, terus menerus menampilkan pertanyaan-pertanyaan yang tak terjawab.

Tanpa perintah, lutut nya mencium tanah. Hatinya penuh. Entah penuh karena apa, rasanya ada yang membuncah, meminta di ledakkan.

Tapi tak ada apa-apa.

Bahkan dari mata hitam pekatnya itu, tak terlihat sedikitpun gelombang pertanda air mata yang akan jatuh.

Hampir satu menit ia berada di posisi tersebut. Memandang handphone yang ia ambil dari tas nya. Menunggu penjelasan seseorang tanpa perlu ia minta.

Tapi lagi-lagi, tidak ada apa-apa.

Akhirnya, dengan satu tarikan nafas yang panjang, ia bangkit dan berjalan lebar-lebar ke rumahnya. Berjalan lebih pasti.

Dan entah mengapa, terasa lebih kuat dari sebelumnya.

Ketika ia sampai dirumah, ia disambut oleh senyuman hangat bunda.

Biasanya, Fenny akan bermanja-manja sejenak dengan Bunda, mengeluh akan harinya yang dijaili terus menerus oleh Vero. Tapi kali ini, bahkan tersenyum saja sulit.

Kelu.

Bunda, yang memang mempunyai ikatan batin dengan anak kandungnya itu, mendekati anaknya. "Ada masalah, ya? Kenapa?"

"Gapapa kok bunda." Fenny berusaha tersenyum. Biar bagaimanapun, ia tak tega melihat bundanya khawatir.

Bunda tersenyum. "Bunda bisa baca mata kamu. Walaupun mata kamu itu gapernah mau nunjukin kebenarannya."

Fenny menarik nafas dalam-dalam, mencari alasan agar bunda lupa dengan pembahasan ini.

"Fenny gausah cerita sekarang gapapa kok, bunda siap dengerin kapan pun."

Fenny tersenyum. "Makasih nda"

Bunda tersenyum dan mengangguk. "Oh iya Fen, kata ayah, mamanya Cerry besok pulang."

Between You And MeWhere stories live. Discover now