#6 Timeless

1.2K 142 14
                                    

Author POV

Sesuai janjinya, Jung Yonghwa kini berjalan santai menemani Shinhye menikmati udara segar. Sekali - kali kabur dari tempat kerja bukan sesuatu yang buruk, pikir Yonghwa. Lagipula, ada satu hal yang sejak kemarin mengganjal dipikiran Yonghwa. Ini mengenai pembicaraannya dengan Oh Sehun. Ia sadar sejak kemarin sekeras mungkin ia menyangkal tuduhan Sehun, tuduhan yang jelas - jelas berdasar mengenai perasaanya. Ia hanya ingin menyangkalnya, karena ia sangat membencinya. Selama hidupnya, semenjak kejadian itu, cinta bukanlah hal yang nyata bagi seorang Jung Yonghwa. Itu hanya sebuah asumsi, itu hanya sebuah kebohongan, itu hanya sumber penderitaan, itu hanya awal dari rasa sakit akan berkembang, kira - kira seperti itulah definisi cinta bagi seorang Jung Yonghwa.

Yeoja yang bersama dengannya saat ini, bukan seorang ahli cinta atau orang yang benar - benar percaya cinta itu nyata. Shinhye juga tak pernah merasakan cinta kecuali cintanya kepada kedua orang tuanya, dan kakak perempuannya. Hanya saja namja itu membuatnya ingin merasakan cinta, perasaan yang selama ini tak dihiraukannya untuk memiliki itu kepada seorang namja selain Appanya. Ini bukan cinta pertamanya, karena bagi Shinhye, orang yang menjadi cinta pertamanya adalah Appanya. Walaupun Jungkook sering bersamanya, dan ia juga menjalin pertemanan dengan namja lain, hanya Yonghwa yang membuatnya sadar. Sadar bahwa hidupnya juga berarti. Sejujurnya, sudah setahun ini ia menyerah untuk hidup, Shinhye hanya berpura - pura bahagia seolah tidak terjadi apa - apa. Ia berpura - pura kuat dihadapan orang lain, ia berpura - pura tertawa akan hal yang bahkan tidak bisa ia lihat. Selama ini ia hidup tidak lebih dari kepura - puraan yang ia sendiri tidak tahu kapan akan berhenti.

Namun namja itu membuka matanya, membangunkannya dari ilusi tentang kepura - puraan yang ia buat sendiri. Yonghwa membuatnya sadar untuk meminta bantuan saat ia membutuhkannya, menangis saat ia ingin menangis, dan namja itu membuatnya bahagia. Benar - benar bahagia, bukan lagi sekedar kepura - puraan.

"Udaranya sangat segar, bukan ?" tanya Shinhye memecah keheningan.

"Ne.. Rasanya aku benar - benar bisa bernafas lega." namja itu memandang Shinhye yang tersenyum cerah dengan mata tertutup menikmati hembusan angin segar di sekeliling mereka. Untuk kesekian kalinya Yonghwa tersihir oleh senyum itu, ia ikut tersenyum seolah menerima kebahagiaan yang Shinhye rasakan.

"Memangnya selama ini kau tidak bernafas lega ?" tanya Shinhye penasaran setelah mendengar ucapan Yonghwa.

"Kalau kuceritakan, mungkin kau akan menganggapku pecundang yang tidak bisa lepas dari masa lalu." senyum kecut jelas terlihat di wajah Yonghwa.

"Appa sering mengatakan padaku, tidak ada pecundang dalam kamusnya jika itu berhubungan dengan masa lalunya. Semua orang punya rasa sakit dari masa lalu, kan ?" Yonghwa menatap Shinhye dalam diam. Ya.. Perkataan yeoja itu benar, tapi ia tetap merasa dirinya pecundang.

"Kau memiliki Appa yang luar biasa." dan itu membuatku iri, tambah Yonghwa dalam hati.

"Semua orang tua adalah orang paling hebat bagi anaknya, jadi aku setuju dengan ucapanmu yang mengatakan Appaku luar biasa."

"Sepertinya itu tidak berlaku untukku." Shinhye mengereyitkandahinya bingung.

"Maksudmu ?"

"Orang tuaku bukanlah orang yang paling hebat, mereka hanya orang yang tanpa sengaja melahirkanku kedunia ini." Shinhye tertegun mendengarnya. Ia mulai mengerti dengan ucapan Yonghwa.

"Seberapa bencinya kau dengan mereka, mereka tetaplah orang tuamu. Aku mengerti perasaanmu, tapi kau.."

"Kau mengerti apa, huh ?" potong Yonghwa dengan nada tidak suka.

"Ne ? Itu.."

"KAU YANG HIDUP DENGAN KELUARGA SEMPURNA TAHU APA !?" emosi Yonghwa meledak hingga tanpa sadar membentak Shinhye.

Blind Is LoveWhere stories live. Discover now