#12 Engagement

1K 125 7
                                    


Author POV

Bintang menyelimuti malam temaram, dengan pencahayaan bulan yang amat terang. Tangan itu mengenggam tangan yeoja disampingnya, erat, sangat erat seolah jika ia melepaskannya sebentar saja yeoja disampingnya akan pergi untuk selamanya. Tapi bukan itu yang sedang ia takuti, namja yang kini tengah mengenggam erat tangan yeoja disampinhnya itu takut jika ia melepaskan genggaman tangan itu, ia tidak bisa kembali mengenggam tangan yeoja itu. Namja bermata hitam itu tidak bisa, meninggalkan yeoja itu dan bersikap seolah tidak mengenalnya. Jung Yonghwa tidak ingin melepaskan genggamannya dan menjauh dari Shinhye. Tapi, hidup itu pilihan. Ia tidak boleh egois dengan memilih kedua diantara pilihan itu. Jika ia memilih pilihan yang satu, maka ia harus melepaskan pilihan yang lain.

Namun ini bukan hal yang mudah bagi Yonghwa, karena baik Shinhye maupun Yongin, bukan orang yang bisa dengan mudah ia pilih. Ia tidak bisa melepaskan adik perempuannya, tapi disisi lain ia juga sangat takut kehilangan yeoja yang sangat ia sayangi dan ia cintai, Park Shinhye.

Mereka berdua sudah menaiki mobil, Yonghwa mengendarai mobil tersebut kearah rumah Park Shinhye. Ia sebenarnya ingin lebih lama bersama Shinhye. Tapi lima menit yang lalu Yongin meneleponnya dan mengajaknya untuk makan malam bersama. Yonghwa tidak bisa menolak permintaan adik semata wayangnya. Jadi disinilah ia berada, mobil mewah ferarri enzo tanpa percakapan sedikitpun didalamnya. Baik Shinhye maupun Yonghwa, tidak ada yang mengeluarkan suaranya. Mobil itu diisi dengan keheningan hingga suara perut Shinhye mengubah suasana didalam mobil.

"Kau lapar ? Apa kita harus makan dulu ?" tanya Yonghwa memulai obrolan.

"Ah.. Tidak apa - apa. Aku bisa makan di rumah. Lagipula sepertinya kau ada urusan yang sangat penting." ucap Shinhye menolak.

"Tidak. Bagiku kau lebih penting dari urusan itu. Jadi ayo kita makan dulu." ajak Yonghwa. Ucapan Yonghwa membuat wajah Shinhye memanas, jantung yeoja itu terus berdetak cepat.

"Uhmm baiklah. Kalau kau tidak masalah."ucap Shinhye malu - malu.

"Tentu saja aku tidak masalah. Justru akan jadi masalah jika kau sakit. Jadi, kau mau makan apa ?" tanya Yonghwa.

"Terserah kau saja. Aku bukan orang yang pemilih soal makanan."

"Sebenarnya tadi adik perempuanku mengajak aku makan malam. Kalau kau mau, kita bisa makan malam bersama ? Bagaimana ?" tanya Yonghwa antusias. Ia tidak sabar mengenalkan Shinhye pada Yongin.

"Apa dia akan baik - baik saja jika aku ikut dalam acara kalian ?"

"Tentu." Yonghwa melajukan mobilnya dengan semangat ke restoran yang tadi Yongin sebutkan. Sekitar sepuluh menit waktu berlalu, mereka berdua kini telah sampai ke restoran yang mereka tuju.

"Ayo turun. Yongin pasti senang melihatku mengenalkan seorang yeoja secantik dirimu kepadanya." lagi, pipi Shinhye memerah karena ucapan Yonghwa.

"Aku yakin Yongin lebih cantik dariku." ucap Shinhye mencoba menormalkan detak jantungnya.

"Oh tentu.. Dia punya kakak laki - laki yang sangat tampan. Jadi dia pasti yeoja yang sangat cantik. Tapi menurutku kau lebih cantik satu tingkat diatasnya. Jangan terlalu senang, kau hanya sedikit lebih cantik." ucap Yonghwa menggoda Shinhye.

"Arra.. Arra.. Aku mengerti." Shinhye mengerucutkan bibirnya, membuat Yonghwa gemas.

"Berhenti mengerucutkan bibirmu, apa kau mau aku menciummu lagi ?" Shinhye langsung mengatupkan bibirnya rapat. Yonghwa makin menjadi dalam menggoda Shinhye, membuat jantung Shinhye makin berdetak cepat. Shinhye bahkan yakin, sebentar lagi jantungnya akan melompat dari tempatnya karena perlakuan Yonghwa.

Blind Is LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang