#7 Only...

1.2K 140 10
                                    

Sebelumnya author mau ngasih tahu perubahan cerita. Jadi disini ceritanya Shinhye buta karena kecelakaan ya.. Bukan karena bahan kimia dari kisah sebelumnya
♣♣♣

Author POV

Atmosfer berubah sepenuhnya setelah tangis itu keluar, menjadi lebih canggung dan aneh. Jung Yonghwa merasa malu telah menangis dalam pelukan Shinhye. Shinhye juga sama, ia binggung harus bicara apa. Keheningan terjadi cukup lama sampai akhirnya Yonghwa membuka suara terlebih dahulu.

"Mianhae.. Aku tadi pasti terlihat lemah sekali." Shinhye menggeleng.

"Ani. Kau menangis bukan karena kau lemah, tapi karena kau sudah menjadi kuat untuk waktu yang terlalu lama." ucap Shinhye dengan senyuman. Yonghwa tersenyum menanggapinya.

"Aku.. Jika boleh aku jujur, selama ini aku penasaran padamu. Kau.. Ehmm tidak bisa melihat. Tapi kenapa kau terlihat sangat bahagia ?" ucap Yonghwa jujur.

"Kau pasti kecewa setelah mendengar ini. Aku tidak sepenuhnya bahagia. Dulu, aku bahkan sering merasa kesepian dan ingin menyerah dari hidup ini. Dunia cerah dan bersinar yang dulu dapat kulihat tiba - tiba menjadi gelap, sunyi, dan kelam. Berulang kali aku berfikir untuk menyerah saja.."

Flashback

Shinhye POV

Duniaku gelap gulita, kelam tanpa cahaya. Duniaku gelap, setiap aku membuka mata dan hanya hitam yang kulihat. Duniaku gelap, layaknya bayangan yang memenuhi ruangan. Aku juga tidak tahu apa yang terjadi, karena yang aku tahu hanya hitam dimataku. Aku tak ingat secara jelas, yang kuingat hanya teriak eomma yang memintaku bertahan hingga suaranya menghilang perlahan.

Saat pertama kali aku membuka mata berulang kali eonni memberikan pertanyaan yang sama padaku 'bisakah kau melihatku ? bisakah kau melihatku ?' aku tidak mengerti kenapa dia terus menanyakannya, karena yang kulihat hanya hitam, warna gelap yang membuatku takut. Cepat, kutolehkan wajahku ke kanan dan kiri mencari cahaya. Gelap. Gelap. Gelap. Disini tidak ada cahaya. Seseorang, tolong nyalakan lampu untuk mengusir gelap ini !. Suara tangis eonni menyadarkanku, dia tepat berada disampingku, tapi kenapa aku tidak dapat melihatnya ? Apa yang terjadi sebenarnya ?.

Dokter berbisik pelan, memberitahukan keadaanku yang sebenarnya. Lambat, otakku bekerja sangat lambat untuk mengartikan perkataannya. Lambat, secara lambat air mata kini turun dari mataku. Membasahi pipi turun kedagu. Apa yang sebenarnya terjadi ? Kenapa aku harus menerima semua ini ? Bita dia bilang ? Lalu bagaimana aku dapat melihat dunia ? Bagaimana caraku melanjutkan hidup ?.

Sekilas pertanyaan muncul dalam pikiranku. Bagaimana dengan eomma ? Dimana dia sekarang ? Kenapa dia tidak berada disampingku saat aku sedang seperti ini ? Appa.. Dimana dia ? Tidakkah mereka mengkhawatirkanku seperti eonni yang terus menangis disampingku ? Apa setelah aku buta mereka tidak lagi mau menemuiku ? Pertanyaan jahat itu begitu saja muncul dalam fikiranku.

Aku mencoba bertanya pada eonni yang terus menangis histeris dipundakku, ia memelukku erat sebelum menjawabnya. Tangisnya belum hilang malah bertambah keras. Pelan seperti berbisik, dengan isak yang masih sangat ketara eonni menjawab seluruh pertanyaanku. Seluruh pertanyaan hanya dengan satu jawaban 'eomma dan appa sudah tidak ada.'. Tubuhku jatuh terhempas ke ranjang rumah sakit. Jiwaku seolah melayang dari tempatnya. Tuhan. Apa lagi ini ? Apa tidak cukup dengan kau mengambil pengelihatanku ? Tak cukupkah kau hingga kau mengambil orang tuaku juga ? Apa yang sebenarnya terjadi ? Aku bukan penjahat yang pernah menyengsarakan hidup orang lain. Aku juga tidak pernah lupa untuk terus berdoa kepadamu. Lalu kenapa kau menghukumku dengan begitu kejamnya ?

Hari itu, setahun peringatan kematian orang tuaku. Dengan pisau cutter aku memotong urat nadiku. Aku menyerah, sudah setahun eonni dan aku mencari pendonor tapi tidak menemukan hasil. Diam - diam aku juga mencari orang yang menjadi penyebab kecelakaan kami, tapi hasilnya tak jauh berbeda. Informasi yang kudapat sangat minim, tidak ada saksi mata dan cctv di tempat kejadian tidak merekam saat saat mengenaskan itu. Seolah ada orang yang memang sengaja menutupinya. Menyembunyikan orang yang menjadi penyebab kecelakaan. Aku menyerah dengan semua yang terjadi kepadaku. Aku menyerah atas ketidakadilan yang terjadi dalam kecelakaan orang tuaku. Aku menyerah. Namun didetik terakhir sebelum kesadaranku hilang sepenuhnya, eonni menangis memelukku dengan baju bau keringat kerja kerasnya. ia bekata 'Bertahanlah.. Bertahanlah Shinhye-ah.. Bertahanlah..' perkataan yang sama dengan yang eomma katakan padaku terakhir kalinya. Aku ingin hidup. Setidaknya, aku ingin menemani eonni dan tidak membiarkannya sendirian.

Blind Is LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang