Misterious Latter..

5.4K 492 9
                                    

.

.

.

Jungkook pov.

Malam ini aku harus lembur untuk mengerjakan tugasku. Ya, apalagi kalau tidak bersih-bersih. Seharian tadi, appa dan eomma berada di apartemen Jin hyung, dan karena itu aku tak bisa melakukan tugasku.

Buk!

Aku menjatuhkan tubuhku di sofa. Jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam, besok aku harus pergi ke sekolah.

.

.

.

Perlahan aku membuka mataku ketika sinar matahari mulai masuk kedalan apartemenku. Aku terbangun disofa. Aku ketiduran disofa tadi malam. Bahkan lupa menutup tirai jendela. Aku bangun dan berjalan kekamar mandi untuk membersihkan diri.

Beberapa menit kemudian aku sudah siap dan hendak mengambil tasku. Ketika aku masuk kedalam kamar, aku melihat sebuah surat tergeletak diatas tasku. Aku mengambilnya dan mengamati sekilas. Aku membukanya dan mulai membaca isi suratnya.

Kelinci kecil dalam sebuah lubang yang kecil. Tak bisa keluar dan tak bisa bergerak. Hanya bisa bernafas...

"Apa maksudnya ini? Apa ini sebuah puisi?" Aku memasukkan kembali surat itu dan meletakkan diatas meja. Aku keluar dari apartement sambil membawa tasku.

.

.

.

Author pov.

Jungkook berjalan memasuki halaman depan sekolahnya. Jungkook saat ini berada di tingkat terakhir. Tinggal beberapa bulan lagi, Jungkook lulus dari sekolah.

Jungkook berjalan memasuki kelasnya. Namja itu berjalan menuju mejanya dan meletakkan tasnya.

"Wah, Jungkook kita sudah datang.. hai, kookie,"

Seorang namja berjalan mendekat kemeja Jungkook. Jungkook hanya diam tak menggubris panggilan Zico. Ya, namja itu bernama Zico. Jungkook tau apa yang akan Zico lakukan ketika pagi. Mengerjainya. Itu sudah menjadi kewajibannya setiap pagi. Hari ini Jungkook sangat malas meladeni Zico.

"Hei, ternyata Jungkook sekarang bisu." Ucapan Zico membuat murid yang berada dikelas tertawa.

.

.

.

Jungkook pov.

"Apa mau mu?" Aku sudah tak tahan dengan kehadiran Zico.

"Wah, ternyata dia masih bisa bicara. Ayolah, kookie, apa kau lupa? Biasanya kita bersenang-senang setiap pagi."

"Aku malas. Sebaiknya kau kembali kekelasmu."

"Aigoo, kenapa kau begitu dingin pagi ini?"

Aku hanya bisa menghela nafas rendah. Aku kembali memfokuskan diriku pada buku yang kubaca. Meladeni Zico sama seperti membuat benang basah berdiri.

"Aish! Kau selalu membaca buku. Apa menariknya buku ini?" Zico merebut buku yang kubaca.

"Ya! Kembalikan bukuku!" Aku mencoba merebut buku itu. Tapi, Zico membawanya lari keluar dari kelas.

Aku mengejar Zico yang memainkan bukuku sambil berlari. Tiba-tiba, langkahku terhenti. Dadaku terasa sesak. Sakit sekali. Aku sulit bernafas. Tanganku meremas seragamku, mencoba menahan sakit itu. Aku tak kuat lagi. Zico sudah berada jauh didepan. Aku tak bisa mengejarnya. Pandanganku mulai kabur. Dan, gelap.

.

.

.

Author pov.

Jungkook perlahan membuka matanya. Ia tengah terbaring disebuah ranjang. Ya, Jungkook berada di uks. Jungkook mendudukkan dirinya. Kepalanya masih terasa sedikit pusing.

"Kau sudah sadar? Bagaimana keadaanmu?"

Jungkook menoleh ketika seorang yeoja berpakaian jas putih layaknya seorang dokter masuk.

"Cukup baik."

Ahra tersenyum mendengarnya. Kim Ahra, yeoja yang sekarang tengah piket di uks. Dan sekaligus tengah berhadapan dengan Jungkook.

"Ngomong-ngomong, sudah hampir tiga jam kau pingsan. Ahn ssaem bahkan hendak membawamu ke rumah sakit." Ahra merapikan isi lemari yang penuh dengan obat-obatan.

"Oh, geuraeyo?" Jungkook terkejut mendengar jika dirinya pingsan selama itu.

"Ne. Em~ neo gwenchana?" Pertanyaan Ahra membuat Jungkook menjadi bingung. Jungkook hanya menjawab dengan anggukan dan tersenyum.

.

.

.

Jungkook pov.

Hari ini aku pulang lebih awal. Ahn ssaem yang memintaku untuk pulang lebih awal agar aku bisa istirahat. Kini aku berjalan menyusuri trotoar. Pikiranku melayang kembali ke cerita Ahra di uks tadi.

"Ne. Em~ neo gwenchana?" Pertanyaan Ahra membuat Jungkook terkejut. Jungkook hanya mengangguk dan tersenyum.

"Tadi kau terlihat pucat. Dan kau selalu memegangi dadamu. Apa kau punya asma?"

"Ani. Wae?"

"Ketika kau pingsan, nafas mu tak teratur. Dan kau terlihat susah sekali bernafas."

Apakah aku separah itu? Apa mungkin aku punya asma? Aku tak tau itu semua. Selama ini aku baik-baik saja.

"Kelinci kecil dalam lubang yang kecil. Tak bisa keluar dan tak bisa bergerak. Hanya bisa bernafas..."

Seketika aku melayangkan pandanganku mencari sumber suara itu. Mencari tau siapa yang berucap sama persis seperti surat yang kuterima. Ya, itu persis. Aku terus mencari tapi ia sama sekali tak menemukan si pemilik suara itu. Hingga aku sampai di apartement, aku tak menemukannya. Aku memutuskan masuk ke apartement karena kepalaku tiba-tiba pusing.

.

.

.

To Be Continue

Last Letter From God [END]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt