I Will Ok!

5.2K 468 9
                                    

Jungkook pov.

Pagi ini aku terbangun dari tidurku. Kemarin, sewaktu aku pulang sekolah, Jin dan Jimin hyung tak berada di apartemennya. Untuk sehari kemarin aku bisa beristirahat total.

Aku tengah bersiap-siap untuk berangkat sekolah. Ketika hendak mengambil tas. Aku merasa ada yang aneh dengan hidungku. Tanganku menyentuh hidungku.

"Darah? Aku mimisan?"

Aku terkejut ketika melihat darah ditanganku. Perlahan cairan kental berwarna merah itu mengalir cukup deras hingga mengotori seragamku. Aku segera ke kamar mandi untuk membersihkan darah ini. Dan aku memutuskan tak berangkat sekolah hari ini.

.

.

.

Author pov.

Terlihat dua namja tengah berjalan keluar dari lift. Namja yang tak lain, Jin dan Jimin masuk kedalam apartemen mereka.

"Ah! Berdebu sekali." Jimin terbatuk-batuk ketika masuk ke apartemen. "Apa si Jungkook belum membersihkannya?"

Jin seketika menjadi geram. Ia segera berjalan keluar dan menuju ke apartemen Jungkook.

.

.

.

Jungkook merebahkan dirinya di rajang. Mencoba membuat hidungnya berhenti mimisan. Jungkook semakin bingung dengan apa yang terjadi padanya. Kemarin, tiba-tiba dada Jungkook terasa sesak. Lalu, kepalanya sering pusing. Dan sekarang, ia mimisan. Pikiran Jungkook melayang. Hingga suara pintu diketuk dengan keras menyadarkan Jungkook.

Tok! Tok! Tok!

"Jungkook keluar! Hei! Pemalas keluarlah!"

Jungkook segera membuka pintu. Ia hafal siapa pemilik suara itu. Setelah pintu terbuka Jin mencengkram kaos Jungkook dan mendorong tubuh Jungkook.

Bugh!

"Akh~!"

Teriakan Jungkook tercekat di tenggorokan. Terasa sulit untuk dikeluarkan. Jin menatap Jungkook dengan geram.

Bugh!

Bugh!

Bugh!

"Akh~!"

Jungkook terbatuk. Mulutnya mengeluarkan darah. Jin masih memasang wajah geram. Tak ada rasa kasihan didalam hatinya melihat keadaan Jungkook saat ini.

Jungkook menatap Jin dengan tatapan sayu. Ia tak kuat lagi menghadapi Jin. Meski hanya tiga pukulan, tiba-tiba dada Jungkook kembali sesak. Jungkook hanya bisa menahannya ia tak ingin Jin melihatnya.

"Kau lupa apa tugasmu, hah?!" Jin menatap tajam Jungkook. Jungkook ingat jika dirinya harus membersihkan apartemen Jin dan Jimin. Biasanya Jungkook akan melakukannya ketika pulang sekolah, tapi kemarin Jungkook langsung beristirahat dan lupa dengan tugasnya.

"Mianhae, hyung, aku lupa. Kemarin aku ada tugas, jadi aku pulang sore." Bohong Jungkook. Ia tak mungkin memberitau Jin tentang keadaannya kemarin.

"Persetan dengan tugas! Aku ingin sekarang kau bersihkan apartement. Dan jangan sekolah selama dua hari! Ini sebagai hukuman karena kau lupa dengan tugasmu."

"Tapi, hyung,"

"Apa? Mau mengelak? Tak usah sekolah sekalian! Kau mau?" Jin meninggikan suaranya.

Jungkook menggeleng dengan cepat. Ia lebih memilih tak masuk dua hari daripada selamanya tak masuk sekolah.

Jin melepaskan cengkramannya. Merapikan bajunya yang berantakan karena menghajar Jungkook.
"Cepat bersihkan! Ketika aku dan Jimin pulang nanti, apartemen harus sudah bersih. Arra?!"

"Ne, hyung!"

Jin keluar meninggalkan Jungkook. Setelah kepergian Jin, tubuh Jungkook merosot ke lantai. Kini Jungkook memegang dadanya yang kembali sesak. Ia sudah berusaha mati-matian untuk menahannya didepan Jin. Dan kini rasa sesak itu lebih menjadi. Jungkook berusaha bangkit dan berjalan kekamarnya.

.

.

.

Jungkook terbangun dipagi hari. Ia harus segera membersihkan apartement Jin. Ia tak ingin membuat Jin marah kepadanya.

Cklek!

Jungkook membuka pintu. Terlihat Jin dan Jimin tengah duduk disofa. Jungkook berjalan masuk dan mulai menjalankan tugasnya.

.

.

.

Jungkook pov.

Aku mulai membersihkan apartement. Jin dan Jimin hyung tengah duduk dan sesekali memperhatikanku. Aku hanya menunduk sambil bersih-bersih.

Tes!

Terasa sebuah cairan menetes ditanganku. Mataku membulat ketika melihat darah ditanganku. Aku segera menangkap hidungku. Aku berdiri dan berjalan menuju kekamar mandi.

"Ya! Kau mau kemana?! Itu belum selesai."

Aku menghentikan langkahku ketika Jin hyung angkat bicara. Aku tak berani membalikkan badan. Apalagi dengan keadaanku yang tengah mimisan.

"Ya! Kau tuli huh?!"

Aku tersadar dari lamunanku. "Aniya, hyung. Aku ingin ke kamar mandi sebentar."

"Wae?"

Aku bingung harus menjawab apa. Aku berusaha keras memutar otakku.

Sreet..

Cairan kental berwarna merah itu berhasil menerobos keluar dari sela-sela jariku. Aku semakin panik. Aku tak bisa berlama-lama disini. Aku segera berlari kekamar mandi tanpa menjawab pertanyaan Jin hyung.

"Ya! Neo!"

.

.

.

To Be Continue

Last Letter From God [END]Where stories live. Discover now