Meet

3.9K 375 23
                                    

Author pov.

Jungkook duduk terdiam di sebuah ruangan yang beberapa hari belakangan ini menjadi tempatnya bermalam. Bermalam di rumah sakit tepatnya. Ia tak pulang ke apartementnya semenjak dua hyungnya di rawat di rumah sakit. Jungkook ingin menjaga dua hyungnya yang masih betah menutup matanya. Bahkan Jungkook terus berpikir, apakah dua hyungnya itu tengah bermimpi sangat indah, sampai enggan untuk membuka mata mereka?

"Haah.."

Hanya helaan nafas yang keluar dari mulut Jungkook. Jika di tanya, apakah Jungkook lelah? Ya. Ia sangat lelah. Lelah dengan dirinya sendiri yang tak bisa melakukan apapun untuk dua hyungnya.

"Kau akan tetap disini?"

Jungkook menoleh dan melihat sosok dokter yang menanganinya memasuki ruangannya. Jongin berjalan menuju kursinya dan mendudukkan dirinya disana.

"Lalu, aku harus kemana, hyung?"

"Kau tak ingin melihat kondisi hyung-hyungmu?"

"Dengan kondisi seperti ini? Tidak, hyung. Aku tak ingin membuat eomma dan appa semakin dilanda kecemasan. Sudah cukup kondisi Jin hyung dan Jimin hyung. Aku tak ingin menambah beban mereka."

Jongin hanya bisa menghela nafas panjang. Pasiennya ini memang sangat berbeda dari yang lainnya. Dia sangat keras kepala.

"Kondisimu bahkan lebih parah dari dua hyungmu, Jungkook-ah. Kau bisa saja drop dengan mudahnya dan kemungkinan terburuk bisa terjadi padamu. Tapi, kau malah memikirkan hal lainnya?"

"Kesembuhan, kesenangan dan kebahagiaan keluargaku adalah segalanya bagiku, hyung. Terutama Jin hyung dan Jimin hyung. Mereka orang yang berharga untukku. Meski aku tau, sikap mereka berbeda padaku, tapi aku yakin mereka menyayangiku, hyung."

"Kau anak yang baik, Jungkook-ah. Tapi, kenapa kebaikanmu itu tak pernah dilihat oleh hyung-hyungmu?"

Jungkook hanya terkekeh mendengar perkataan Jongin. Entah harus senang karena ada yang mengerti akan perasaan dirinya, atau harus sedih karena orang lain yang mengasihaninya, bukan hyungnya sendiri?

"Ah, Jongin hyung. Bisakah kau menolongku?"

"Menolong apa?"

.

.

.

Jungkook pov.

Aku berjalan menyusuri koridor rumah sakit dengan langkah gontaiku. Pikiranku sedang kacau saat ini. Perkataan Jongin hyung beberapa saat yang lalu masih terngiang di telingaku. Perkataan yang berhasil membuat harapanku untuk menolong Jin hyung kandas. Satu-satunya jalan yang ingin aku tempuh harus musnah hanya karena pernyataan yang Jongin hyung katakan.

Flashback..

"Menolong apa?"

"Apa aku bisa mendonorkan mataku untuk Jin hyung?"

Jongin hyung menatapku dengan sedikit terkejut. Aku terus menatap penuh harap kearah Jongin hyung. Hanya ini satu-satunya jalan yang bisa aku tempuh untuk Jim hyung.

"Mianhae, Jungkook-ah. Tapi, kau tak bisa."

Aku termenung seketika. Perkataan Jongin hyung meruntuhkan dinding harapan yang aku buat.

"Perlu kau tau, Jungkook-ah. Setiap orang yang menderita leukimia, tak akan bisa mendonorkan satupun organnya pada orang lain. Dan kau pasti tau, apa yang menjadi dasarnya."

Aku hanya bisa menundukkan kepalaku. Aku benar-benar tak bisa berpikir lagi. Aku ingin menolong Jin hyung dari kebutaan yang akan di deritanya. Tapi, karena penyakit sialan yang bersarang di tubuhku ini, harus membuatku seperti orang yang tak berguna. Bahkan untuk menolong hyungku sendiri aku tak mampu.

Last Letter From God [END]Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu