마지막 (The Last)

4.7K 336 35
                                    

One weeks later..

Kondisi Seokjin dan Jimin sudah membaik. Mungkin sudah sangat sehat. Mereka sudah tak mengenakan baju rumah sakit. Terlihat Yoongi yang sibuk dengan berbagai pakaian yang di masukkan kedalam sebuah tas. Ya.. Seokjin dan Jimin sudah di perbolehkan pulang. Dan Yoongi tengah mengemas barang-barang dua namja itu. Si empunya barang hanya duduk di tepi ranjang dengan mengamati gerak-gerik Yoongi.

"Ya, kalian tak ada niat ingin membantuku? Daripada diam melihat seperti itu, lebih baik membantuku." gerutu Yoongi.

"Aku baru saja sembuh, hyung. Mana mungkin aku melakukan hal-hal berat seperti itu. Jika aku drop lagi, bagaimana?" ucap Jimin sambil menampilkan wajah memelasnya.

"Ne, Yoongi-ya. Kau tau kan aku menjalani operasi mata. Aku tak boleh melakukan hal yang terlalu berat. Kau saja yang melakukannya." timpal Seokjin dengan nada bicara yang dibuat lemas. Yoongi memutar malas kedua matanya.

"Yang di operasi matamu, hyung. Sedangkan kau membantuku dengan tanganmu, bukan matamu. Aish, bilang saja kalau tak mau membantu." cibir Yoongi dengan wajah kesalnya.

Seokjin dan Jimin hanya tertawa melihat tingkah Yoongi yang begitu berbeda dengan wajahnya. Mereka sama sekali tak pernah melihat sosok Yoongi yang seperti ini. Menggerutu dengan mengerucutkan bibirnya. Aih, itu bukan Yoongi sekali.

Cklek!

Pintu kamar rawat terbuka dan menampilkan sosok tuan dan nyonya Park yang berjalan masuk. Mereka baru selesai mengurus berkas kepulangan Seokjin dan Jimin.

"Kalian terlihat bahagia. Apa yang terjadi?" tanya nyonya Park sambil mengusap rambut Seokjin.

"Aniyo, eomma. Hanya hiburan kecil dari uri Yoongi hyung." timpal Jimin dengan menampilkan senyuman yang berefek pada kedua matanya menghilang.

"Ya, bocah nakal! Kau kira aku sedang melawak? Aish, bocah nakal ini."

Yoongi mencubit pipi kiri Jimin yang berefek pekikan keluar dari mulut Jimin. Yoongi bahkan menggoyang-goyangkan pipi Jimin sebelum melepaskannya.

"Yoongi hyuungg!! Ini sakit! Bagaimana kalau pipiku melar, huh?" kesal Jimin dengan tangan kiri yang sibuk mengusap pipinya.

"Salahkan dirimu yang nakal, Chiminie."

"Jangan panggil aku seperti itu, hyung. Aku sudah besar bahkan sudah kuliah. Panggilan itu terdengar menggelikan." cebik Jimin.

"Benarkah? Padahal kau dulu sangat senang dengan panggilan itu. Aku masih ingat ketika kau dengan semangatnya memintaku memanggil mu Chiminie. Kau bahkan dengan bangganya menyebut dirimu seperti mochi."

"Ya, hyung!! Kau jangan membuatku malu! Itukan masa lalu, ketika aku masih kecil. Jadi jangan sama kan dengan saat ini."

Yoongi hanya terkekeh melihat adik sepupunya itu bersikeras menolak dipanggil dengan nama masa kecilnya. Ia tak ingin terus berdebat dengan Jimin. Tak akan pernah selesai nantinya. Lebih baik mengalah, kan?

"Aigoo~ uri Chiminie sudah besar ternyata, heum?" ucap Yoongi dengan mengacak pelan rambut Jimin.

"Jangan panggil aku seperti itu, hyung!!"

Dan setelahnya, tawa semuanya pecah melihat tingkah Jimin yang kesal. Jimin terlihat begitu manja pada Yoongi. Bahkan sering membuat Yoongi kesal karena tingkahnya. Tak ada alasan khusus. Hanya menjalankan hobinya yang sudah tumbuh sejak kecil.

"Baiklah, sudah cukup tertawanya. Apa kalian tak ingin pulang ke rumah?"

Tuan Park mengintrupsi kegiatan yang menyenangkan itu. Seokjin dan Jimin terlihat menatap tuan Park tak mengerti.

Last Letter From God [END]Where stories live. Discover now