Days

3.9K 376 25
                                    

Hari berlalu dengan begitu cepat. Sudah satu bulan lebih Seokjin dan Jimin di rawat di rumah sakit. Dan selama itu pula, Jungkook dengan telaten menjaga dua hyungnya yang masih betah menutup mata mereka. Tak ada yang tau, apa yang di mimpikan dua namja itu sampai enggan membuka mata. Hanya bunyi 'tit' yang teratur dari meski kotak itu yang mampu memberikan petunjuk jika jantung dua namja itu masih berdetak.

"Hyungdeul.."

Entah sudah yang keberapa kali Jungkook memanggil kata itu. Ia tak memiliki bahan omongan yang ingin di sampaikan. Biasanya Jungkook akan menceritakan apapun pada dua hyungnya itu. Apapun itu. Dan berakhir dengan Jungkook yang menangis karena melihat kondisi Seokjin dan Jimin tak kunjung menampakkan kemajuan.

"Hyungdeul mianhae. Aku dan Yoongi hyung belum bisa menemukan siapa yang membuat kalian seperti ini." Ucap Jungkook dengan nada sedihnya.

Ya, sudah sebulan ini juga Jungkook dan Yoongi mencari penyebab dari kecelakaan Seokjin dan Jimin. Yoongi memiliki jaringan yang kuat dengan kepolisian. Appa Yoongi merupakan seorang dokter hebat yang pernah bekerja menjadi tim forensik di kepolisian. Karena hal itu, Yoongi memiliki hubungan yang kuat dengan kepolisian.

Seminggu yang lalu, Jungkook dan Yoongi mendapat hasil pemeriksaan polisi pada mobil yang di kendarai Seokjin dan Jimin. Kecelakaan Seokjin dan Jimin bukan karena unsur ketidaksengajaan, melainkan mobilnya sudah di sabotase. Sabotase yang dilakukan begitu rapi, hingga pihak kepolisian membutuhkan waktu yang lama untuk menyelidikinya.

Dan setelah mengetahui jika mobil Seokjin di sabotase, Yoongi meminta pihak polisi untuk mencari pelaku penyelidikan. Seharusnya tak perlu waktu lama untuk itu. Tapi apa? Sampai seminggu pun pelakunya masih belum di temukan.

"Kumohon, bertahanlah, hyungdeul. Bertahanlah demi eomma. Eomma sangat menyayangi kalian." Ucap Jungkook dengan menatap sendu kearah Seokjin dan Jimin secara bergantian.

Cklek!

Pintu kamar rawat terbuka dan menampilkan sosok namja pucat dengan baju serba hitam. Tidak. Namja itu tidak sedang berkabung. Memang style penampilannya seperti itu.

"Kookie, kau masih disini?" Tanya namja itu sambil berjalan mendekat kearah Jungkook.

"Aku masih menunggu hyungdeul bangun, Yoongi hyung." Ucap Jungkook tanpa mengalihkan pandangannya dari dua namja di depannya.

"Istirahatlah. Kau harus makan dan meminum obatmu." Pinta Yoongi.

"Jika aku makan, apa Seokjin hyung dan Jimin hyung makan? Mereka terus saja tidur, hyung. Mereka pasti sangat lapar."

Yoongi hanya menghela nafas panjang. Ia hanya bisa menatap sendu kearah Jungkook. Adiknya itu pasti sangat sedih.

"Yoongi hyung.. apa kau tak bisa membuat Seokjin hyung dan Jimin hyung terbangun? Kau seorang dokter yang hebat. Kau pasti bisa melakukannya." Mohon Jungkook. Terlihat raut wajah Jungkook yang putus asa.

"Kookie-ya, mian. Meski hyung seorang dokter, tapi ini di luar kehendak manusia. Hanya Tuhan yang bisa membangunkan Seokjin hyung dan Jimin." Ucap Yoongi mencoba memberi pengertian.

Jungkook tak menjawab. Ia kembali menatap kearah Seokjin dan Jimin. Yoongi merasa sedikit bersalah, tapi memang itu kenyataannya.

Ddrrtt!! Ddrrtt!! Ddrttt!!

Yoongi merogoh sakunya dan mengeluarkan benda kotak yang berdering itu. Matanya menyipit ketika melihat nama yang tertera di layar ponselnya. Tanpa menunggu lama lagi, Yoongi segera menggeser layar ponselnya.

"Yeoboseo."

"..."

"Mwo?! Jinjjayo?!"

"..."

Last Letter From God [END]Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ