Done?

3.8K 372 16
                                    

.

.

.

Tok! Tok! Tok! Tok! Tok!

Suara ketukan yang cepat dan keras itu terdengar menggema di salah satu lorong gedung apartement. Dua orang namja tengah berdiri di depan sebuah pintu apartement sambil menatap jengah ke arah pintu itu. Mereka sangat malas berdiri di depan pintu apartement itu. Namun, sosok yeoja paruh baya yang tengah sibuk mengetuk pintu apartement itu, terus memaksa mereka untuk menunggu di sana.

"Sudahlah, eomma. Bocah sialan itu pasti masih asik tidur. Kenapa eomma susah-susah mengetuk pintunya?" Kesal namja dengan surai coklat madu itu.

"Eomma yakin Jungkook sudah bangun, Jimin-ah. Kenapa kau tak membantu eomma untuk membuka pintu apartement Jungkook? Apa kalian benar-benar tak tau password apartment Jungkook?" Tanya sosok yeoja paruh baya yang tak lain adalah nyonya Park.

"Mana kami tau password apartementnya. Bocah brengsek itu sering mengubah password apartementnya." Ketus namja bersurai hitam kelam itu dengan nada dinginnya. Tak lupa bumbu kebohongan di perkataannya.

"Jangan menyebut adikmu sendiri dengan panggilan seperti itu, Seokjin. Jungkook itu saudara kandungmu." Ucap nyonya Park pada anak sulungnya.

Namja bersurai kelam yang tak lain adalah Seokjin, hanya bisa mendecih sambil memasang wajah acuhnya.

"Aku tak pernah menganggapnya adik." Decak Seokjin dengan nada kesalnya.

Nyonya Park hendak membuka suara untuk menegur anak sulungnya itu  ketika pintu di hadapannya terbuka dan menampilkan si pemilik apartement.

Jungkook menyembulkan kepalanya untuk melihat siapa yang mengetuk pintu apartementnya. Ia sedikit terkejut ketika melihat sosok sang eomma dan dua hyungnya berdiri di depan pintu apartementnya.

"Jungkook-ah, neo gwenchana?" Tanya nyonya Park pada anal bungsunya. Ia tak lupa dengan kejadian kemarin yang membuat wajah anak bungsunya di hiasi lebam kebiruan.

"Gwenchanayo, eomma. Apa eomma dan hyungdeul sudah lama di depan apartementku?" Tanya Jungkook sambil menatap satu persatu orang di sana.

"Eomma mencemaskanmu, Jungkook-ah. Sudah hampir lima belas menit eomma mengetuk pintu kamarmu, tapi kau tak kunjung membukakan pintu." Ucap nyonya Park.

"Oh, mianhae, eomma. Aku tadi berada di kamar mandi. Jadi aku tak mendengar ketukannya. Mianhae." Ucap Jungkook dengan nada sedikit bersalah. Ah, ia juga berbohong mengenak kamar mandi.

Jungkook baru saja terbangun dari tidurnya ketika mendengar ketukan awal nyonya Park. Tapi, ada yang membuatnya harus tertahan di kamarnya selama lima belas menit.

"Gwenchana. Eomma lega kau baik-baik saja."

Jungkook hanya tersenyum mendengar perkataan nyonya Park. Ia bahkan tak menolak ketika nyonya Park mengusap rambutnya dengan lembut.

"Aish, menyebalkan saja. Kami pergi." Ucap Seokjin dengan nada dinginnya.

"Eodiya?" Tanya nyonya Park dengan sedikit terkejut ketika melihat dua anaknya berlalu dari sana.

"Kampus." Singkat Seokjin.

Jungkook hanya menghela nafas ketika melihat tatapan tajam dari hyung sulungnya itu. Ia tak tau apa yang harus di lakukannya. Hanya menundukkan kepala yang bisa ia lakukan.

"Jungkook-ah, gwenchana?"

Jungkook mengangkat kepalanya ketika mendengar suara nyonya Park. Ah, ia hampir melupakan kehadiran eommanya itu. Jungkook tersenyum kearah eommanya.

Last Letter From God [END]Where stories live. Discover now