Bab 3

22 7 1
                                    

Pagi ini cuaca tak seperti biasanya, matahari tak menampakkan wujud maupun sinarnya. Kabut bertebaran memenuhi seluruh jalanan, orang-orang jadi harus lebih berhati-hati kalau sedang berjalan di saat ini. Dari sekian banyak objek tersebut, ada satu yang paling banyak menarik perhatian siapapun yang berada di sana.

Beberapa orang dengan pakaian aneh dengan membawa berbagai macam alat-alat seperti gergaji, kapak, dua botol bahan bakar dan sejenisnya. Mereka berjumlah lumayan banyak, tak seorangpun bisa dikenali karena semuanya memakai topi serta topeng agar kedoknya tak terlihat.

Sementara orang-orang yang berada di jalanan hanya bisa menatap tanpa berbuat apa-apa. Mereka terlalu takut mengorbankan waktunya kalau hanya untuk mengurus sesuatu yang bahkan tak ada hubungan sama sekali dengan mereka. Untuk saat ini semua ada di tangan pemerintah setempat.

Salah satu dari mereka mulai berteriak tak jelas, entah apa yang diucapkannya sungguh sama sekali tak bisa dimengerti. Mereka mulai menebang pohon dengan membabi buta, setelah dipotong, semua kayu mulai dibakar sehingga kabut mulai menyeruak di atas langit. Hal itu semakin menambah berantakan keadaan bumi.

Di seberang mereka, tampak ada 5 orang yang langsung membakar hutan tanpa perasaan. Hewan-hewan yang ada di dalamnya mulai berkeliaran keluar karena habitat mereka terganggu. Kalau hewan-hewan itu memaksa tinggal, bisa dipastikan semuanya akan hangus terbakar api yang semakin melahap hampir seluruh bagian hutan itu.

“Hey jangan dibakar! Itu akan semakin merusak bumi kita!” Beberapa orang yang berani berteriak ke arah mereka semua. Namun satupun tak ada yang menggubris ucapan orang itu, kini mereka semakin liar menebang dan membakar seisi kota.

Pemerintah juga dikabarkan sebentar lagi akan tiba, aparat keamanan sudah mencoba mengusir pengacau itu dari kota. Tapi mereka terlalu kuat, polisi sampai kalap dibuatnya. Akhirnya karena kehabisan akal, beberapa polisi langsung menembakkan gas air mata sehingga pengacau-pengacau itu lari terbirit-birit menjauh.

“Astaga! Apa yang sudah terjadi di sini? Siapa oknum yang tak bertanggung jawab itu?” Ucapan Wali Kota sangat terkejut melihat keadaan di sini, mulutnya menganga melihat hampir setengah hutan apinya sedang dipadamkan oleh petugas pemadam kebakaran.

Tak banyak yang bisa dijelaskan kepada pemerintah, tiba-tiba beberapa orang kembali mendekati tempat tadi dan mulai menerobos untuk membakar pohon lagi. Aparat keamanan yang tak mengetahui kedatangan mereka langsung menghalau agar mereka lari dari sana dan mulai menghentikan aksi tak tahu malunya itu.

Pak Wali Kota bahkan terlonjak karena mendapat serangan telak di perut oleh para pengacau itu, mereka tak segan memukul salah satu orang yang paling berpengaruh di kota ini. Para polisi dan bodyguard segera melindungi atasan mereka dan membawanya lari dari tempat kejadian itu.

Karena merasa kalah personel, polisi beserta orang lainnya segera pergi meninggalkan tempat itu dan membuat para pengacau bersorak kemenangan. Mereka sekarang semakin menggila dalam menghancurkan tempat ini. Oh sungguh kejam! Tak adakah yang dapat menghentikan aksi merusak lingkungan ini?

“Pak, bagaimana ini mereka semua merusak ladang dan tanaman saya.”

“Tidak hanya itu, hutan di sebelah sana sudah habis terbakar. Kalau air sungai meluap, banjir besar pasti akan terjadi.”

“Beberapa hewan sudah keluar jalanan, pengguna jalan akan terganggu kalau binatang itu tiba-tiba menyerempet kendaraan mereka.”

Pertanyaan demi pertanyaan memenuhi kepala sang Wali Kota, bukan hanya mereka yang merasakan dampaknya tapi dia juga. Lelaki ini tak tahu harus berbuat apalagi, semua sudah dikerahkannya mulai dari menyuruh aparat yang mengahalau bahkan dia sendiri langsung turun tanganpun masih tak sanggup menghentikan aksi ini.

Needless (Selesai)✔️Where stories live. Discover now