Bab 5

12 7 0
                                    

Seluruh pelosok negeri sudah diambil alih oleh orang-orang bayaran, para pengguna jalan mulai merasakan dampaknya pula karena mereka sering diganggu pada saat sedang berkendara. Sekolah-sekolahpun banyak yang diliburkan, guru dan kepala sekolah tak mau ambil resiko kalau anak muridnya kenapa-napa. Para siswa tentu saja senang karena tidak perlu capek-capek ke sekolah.



Sedangkan kedelapan anak itu, menatap lurus bangunan bertingkat tiga yang menjadi sarana belajar mereka. Sekarang bangunan itu sudah terkunci rapat, Pak satpam yang biasa berjagapun tak tampak telapak kakinya. Sedang asyik dengan pikirannya masing-masing, tiba-tiba mereka dikejutkan oleh sebuah batu yang terlempar dan tepat mengenai tas Okti.

"Woy! Siapa yang lempar? Kebiasaan banget ngerusakin barang orang?" Cewek itu berbalik dan berteriak, namun rona mukanya berubah drastis saat mengetahui siapa dalang dibalik rusaknya tas seorang Okti.

Tanpa banyak tanya mereka semua segera berlari menjauhi orang-orang yang muncul dengan tiba-tiba itu. Daniel langsung mengirimkan pesan ke Mamanya agar bertemu di taman sekolah tempat biasa mereka berkumpul.

Tak butuh waktu lama kedelapan anggota Secretly sudah sampai duluan, Fani langsung terduduk lemas karena capek melarikan diri dari pengacau-pengacau itu. Mau melawan mereka akan kalah dalam sekali pukul, jangankan senjata persiapan apa-apa juga belum dilakukan. Tidak mungkin menanglah kalau lawan orang segitu banyak.

"Kamu nggak apa-apa kan?" Daniel mengalihkan perhatiannya kepada Fani, cewek itu mengangguk. Tapi dalam hati rasanya udah deg-deg ser kaya dikejar sama malaikat maut. Fani langsung mendekat ke Karel, mereka semua bergeming. Satupun tak ada yang membuka suara.

"Kalian baik-baik saja?" Pertanyaan itu seketika membuat mereka menoleh, seorang wanita muda sedang berjalan menuju ke arah mereka. Garis wajah serta pembawaannya selalu membuat siapapun akan terpesona. Semua mengangguk penuh, Pevita segera duduk di samping Daniel.

"Ma? Apa sebaiknya kita batalkan semuanya?" Akhirnya perkataan itu keluar dari mulut Daniel, Pevita menatap penuh ke anaknya itu. "Bukan hanya karena kami masih kecil, tapi mereka lebih berpengalaman. Lagipula Daniel sudah melihat siapa bosnya!"

Mamanya menarik napas sebelum membuangnya ke segala arah, "tapi sayang, kalau bukan kalian siapa lagi yang akan melakukan semuanya? Tak banyak di dunia ini yang mau merelakan waktunya secara percuma hanya untuk mengurus kota yang semakin seperti ini?" Matanya nyalang menatap seluruh sudut sekolah. Taman yang dulunya sangat indah dengan kolam di tengahnya, kini berubah menjadi danau sampah sejauh mata memandang.

"Iya Tante, Fani juga rasanya ingin ngundurin diri." Kini mereka semua menatap sosok cewek itu, tubuhnya yang kecil memang tak cocok untuk ikut kegiatan seperti ini. Daniel juga awalnya tak tega, tapi masalahnya hanya dia satu-satunya yang bisa diajak.

Okti menatap tajam ke arah Fani, sedangkan cewek itu hanya bisa diam sembari mengutuk kata-kata haramnya tadi. Tapi kan dari awal dia memang tak mau, hanya saja Daniel yang memaksanya. Pevita tampak tertegun, sorot matanya melihatkan bahwa ada suatu rahasia yang tersembunyi di sana. Entah dia bersedih melihat keadaan dunia ini, atau karena mendengar anak-anak asuhnya satu persatu akan mengundurkan diri.

Fani jadi tak enak hati melihat perubahan rona muka wanita itu, akhirnya dia mendekat dan langsung memeluk erat tubuh itu. Ada sedikit perasaan haru yang menyelimut cewek itu, dia jadi teringat sosok Ibunya yang dulu. Air mata terus dipaksa agar tak terjun bebas, dengan sekuat tenaga dia akhirnya berucap. "Baiklah Fani nggak akan ngundurin diri." Kini balik Daniel yang menatap tak percaya pada cewek itu, mood-nya memang cepat berubah.

Pevita tersenyum menatap wajah gadis yang masih polos itu, matanya langsung beralih ke anaknya sendiri. Dia bergantian menatap kedua wajah anak itu, entah apa yang ada dipikirannya saat itu. Pevita langsung tersentak saat terasa getaran dari saku celananya, dengan sekali gerakan dia menekan tombol jawab di benda persegi empat itu.

Needless (Selesai)✔️Where stories live. Discover now