Bab 8

11 7 0
                                    

Untuk kedua kalinya bagi Fani mengalami kejadian seperti ini. Badannya kembali terasa sakit semua, dia mencoba untuk bangun setelah berhasil duduk di tepi ranjang, dia menatap sekeliling tempatnya sekarang. Rasanya sangat asing sekali, tiba-tiba mata Fani tak sengaja memandang sebuah foto cowok terletak di atas meja. Dia menatap penuh rasa ingin tahu, rona mukanya berubah ketika mengetahui siapa orang yang ada di foto itu.

"Daniel?" Pikirnya. Tapi mengapa dia bisa berada di kamar cowok itu. Perasaan tadi dirinya ingin berganti baju di ... Kepala cewek itu mendadak pusing karena mengingat kejadian tadi. Akhirnya Fani tak ingin mengetahui lebih lanjut apa yang terjadi padanya.

"Fani! Lo, udah sadar? Kak Karel, Adik lo udah sadar!" Jessi berteriak membuat Fani seketika menutup telinganya karena terkejut mendengar suara cewek itu.

"Eh curut jangan teriak kenapa? Tuh lo liat Fani nutup telinga tau!" Gerry mencubit lengan pacarnya itu, sedang Jessi cuma cemberut sambil mengalihkan perhatiannya.

"Kamu gak kenapa-napa kan? Ada yang sakit?" Karel memeluk Adiknya itu, Fani cuma mengangguk sambil tersenyum dalam diam. Dia melepas pelukannya ketika melihat Daniel yang baru saja datang dan langsung duduk di dekatnya.

"Niel? Thank ya, udah dua kali lo nyelamatin dia. Gue gak tahu deh harus nebusnya pake apa." Ucap Karel kelewat tulus, Daniel cuma tersenyum menatap wajah Kakak kelasnya itu. Bukankah sudah seharusnya kita melindungi orang yang kita sayang? Itulah yang Daniel lakukan sekarang.

Fani menatap wajah cowok di depannya, sudah dua kali dia berhutang nyawa dengan Daniel. Cowok itu keluar dari sana, kemudian kembali lagi dengan membawa nampan yang berisi makanan. Mata nyalang Okti langsung bersemangat ketika melihat makanan, dengan sigap Daniel segera merebut nampan itu dari Okti.

"Ya elah, Niel, bagi dikit napa sih? Pelit amat, lo!" Okti bersungut melihat tingkah Daniel.

"Ini bukan buat lo, Ti."

"Rey mana? Dia baik-baik aja kan? Kenapa kalian masih di sini, bukannya Rey lukanya lebih parah dari aku ya?" Fani mencari sosok cowok itu, namun dia tak ada di dekat mereka.

"Tenang aja, Rey udah diobatin. Lagian ada Ika kok yang jagain dia." Ujar Gerry. Fani tak menjawab, dia hanya mengangguk.

Daniel langsung duduk di samping cewek itu, "lo belum makan kan? Ya udah makan dulu sini." Fani melotot, Daniel mau menyuapinya makan? Oh god! Yang benar saja, mana mungkin anak segede dia makannya masih disuapin. Apalagi disuapin sama cowok dan disaksikan banyak orang kaya gini. Seketika Fani menggeleng, membuat Daniel menatap aneh ke arahnya.

"Tapi kamu lo makan loh daritadi, kalau kita semua udah makan. Udah yah gak ada penolakan." Daniel langsung menyuapkan cewek itu, membuat Fani mau tak mau menerima suapan darinya. Keadaan yang hening di kamar langsung pecah ketika melihat adegan itu.

"Cieee uhuk gatal tenggorokan gue... Adaw!! Elah sakit Niel." Teriakan cempreng Okti berhenti ketika sebuah bantal tiba-tiba menyerangnya. Daniel langsung ketawa melihat tingkah cewek tomboy itu.

"Uhh so sweet banget sih Daniel. Eh curut lo gak pernah nyuapin gue makan! Dasar pelit lo." Jessi menyenggol lengan Gerry, cowok itu cuma diam sambil menutup rapat mulut gadisnya yang berisik itu.

"Diam gak Jess, toa lo tuh jangan bikin suasana yang damai, jadi nyeremin kaya gini dong!" Okti berteriak, membuat Jessi kini beralih menatapnya.

"Huu toa lo tu yang berisik! Bilang aja lo sirik kan belum punya pacar! Makanya jadi cewek jangan galak-galak, nanti jodohnya gak mau dekat."

"Apa lo bilang? Enak aja jodoh gue ada, itu loh Song Joong Ki."

"Song Joong Ki, bapakmu. Mana maulah dia sama lo, mimpi jangan tinggi-tinggi, Neng." Kali ini Gerry yang bersuara, membuat Okti cuma diam-diaman. Gak mungkin menanglah dia lawan pasangan itu. Merasa sudah lose melawan mereka, cewek itu langsung melarikan diri dari sana.

Needless (Selesai)✔️Where stories live. Discover now