11

2.6K 344 9
                                    

Izinkan aku untuk mengenalmu.
Kumohon jangan menghindar lagi.
Izinkan aku untuk melindungimu.
Kau tak sendiri.
Ada aku yang akan selalu menjagamu.
Percayalah kepadaku.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Sedari pulang dari bermain gokart tadi, Taehyung mendiamkan Jungkook. Ia tak berbicara sepatah katapun, bahkan menoleh pun tidak. Dan ini membuat Jungkook sedikit merasa bersalah. Ia merasa seakan ia sudah sangat egois, meminta hal itu dari orang sebaik Taehyung. Yah, walau kadang sifatnya sedikit menyebalkan, tapi dalam dua hari ini ia seakan-akan bisa kembali merasakan perasaaan yang dulu sempat hilang. Hangat dan menyenangkan.

Apa sebenarnya yang kau inginkan Jungkook?!

Jungkook sendiri bingung apa yang sebenarnya keinginannya. Ia ingin semua orang menikmati suaranya, ia senang suaranya bisa membahagiakan orang lain. Tapi, di satu sisi ia takut. Ia takut suaranya juga akan menjadi bumerang baginya. Ia takut semua orang mengetahui identitasnya. Ia hanya.... takut kejadian itu terulang kembali.

“Kookie~~” suara lembut Jimin membuyarkan semua lamunanya. Jungkook menoleh menghadap Jimin yang berada di sampingnya.

“Kau kenapa? Apa ada masalah? Cerita Kookie. Sejak kapan kau mulai bermain rahasia-rahasia an denganku?” tanya Jimin.

“Entahlah, Chim.” Jawab Jungkook lirih. “Aku tak tahu apakah keputusanku ini benar atau salah.”

Jimin mengerutkan keningnya. “Maksudmu?”

Jungkook menghela napas pelan. Ia kemudian memandangi laut yang tampak menghitam akibat suasana malam yang tenang. Ia sendiri bingung apa yang membuatnya menjadi seperti ini. Ia sudah meyakinkan bahwa ia akan menerima semua keputusannya ini. Tapi, kenapa seperti ada yang hilang?

“Apakah keputusanku untuk menjadi penyanyi ini adalah keputusan yang tepat? Aku tampak seperti seorang pengecut yang bersembunyi di balik topeng angkuhnya karena takut menghadapi dunia.” Sahut Jungkook pelan.

Jimin menepuk pelan bahu Jungkook. Ia tahu, bahkan sangat tahu, apa yang sebenarnya dirasakan oleh namja manis ini. Ia yang meyakinkan Jungkook untuk kembali bernyanyi setelah hampir lebih dari lima belas tahun ia tak mengeluarkan suara indahnya.

Jimin kemudian langsung memeluk Jungkook. “Aku akan selalu mendukung semua keputusanmu, Kookie. Tak perduli apapun tanggapan orang lain, aku akan selalu berada di sampingmu. Berada di samping Jeon Jungkook. Kau tak perlu takut. Ada aku yang bisa kau jadikan sandaran disaat kau rapuh dan sulit untuk bangkit sendiri. Ada aku yang akan selalu menampung semua air matamu dan menghapusnya jika kau sulit untuk menghentikannya.” Pelukan Jimin pun terlepas. Di usapnya kedua pipi Jungook. Jimin lantas tersenyum.

“Ada aku Kookie, Park Jimin yang akan menjadi tameng dan pelindungmu. Ingat, kau itu JK. JK yang dikenal semua orang adalah orang yang hebat dan penuh dengan ambisi yang luar biasa.” Sambungnya.

Jungkook lantas ikut tersenyum. Benar kata Jimin. Ia tak perlu takut. Ia adalah JK, penyanyi dengan sejuta talenta yang dimilikinya. Walaupun semuanya ia lakukan di balik topeng, ia tak peduli. Ada sahabatnya yang akan selalu membantunya.

“Aku haus, kau mau titip sesuatu?” tanya Jimin sambil berdiri.

Ne, es lemon tea.” Jawab Jungkook.

“Dengan senang hati my princess.” Goda Jimin yang dikemudian dibalas dengan dengusan sebal dari Jungkook. Jimin tahu Jungkook paling tidak suka jika ia disanding-sandingkan dengan yeoja. Sekalipun Jungkook adalah uke yang sangat manis, ia paling anti jika ada yang menyebutnya cantik, imut, atau apalah itu. Karena bagi Jungkook, ia adalah namja yang tampan, titik.

Paper Heart [Sebuah Lagu Tentang Kamu] [TaeKook / VKook]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang