BUKU 8. SEPASANG PEDANG IBLIS V

7.7K 69 0
                                    

Pertandingan antara Bok Sam yang buntung lengan kirinya melawan Ceng Sim Hwesio merupakan pertandingan yang paling seru dan seimbang, diban­dingkan dengan pertandingan lain di an­tara kedua rombongan itu. Biarpun le­ngannya hanya sebuah, namun toya yang diputar di tangan kanan itu benar-benar dahsyat sekali gerakannya sehingga Ceng Sim Hwesio yang amat lihai itu pun ti­dak mampu mendesaknya dengan kedua ujung lengan bajunya, bahkan hwesio tua itu kelihatan terkejut sekali dan bersi­lat dengan amat hati-hati. Hwesio-hwesio Siauw-lim-pai terkenal memiliki ilmu silat yang tinggi, dengan dasar yang ko­koh kuat dan boleh dikata di antara se­mua ilmu silat yang sesungguhnya ber­sumber satu itu, ilmu silat Siauw-lim-pai adalah ilmu silat yang masih dekat dengan sumbernya, masih murni dibandingkan dengan cabang-cabang persilatan lain. Hal ini adalah karena para pengem­bang ilmu silat Siauw-lim-pai terdiri da­ri hwesio-hwesio yang berwatak bersih, jujur dan tekun serta setia kepada pela­jaran guru-guru mereka. Berbeda dengan cabang persilatan lain yang mengalami perubahan karena tokoh-tokohnya terdiri dari orang-orang kang-ouw atau petu­alang yang banyak merantau sehingga di sana sini mereka menemukan cara-cara baru yang mereka masukkan da­lam ilmu silat mereka sehingga makin lama, biarpun ilmu mereka banyak yang menjadi aneh dan bermacam-macam co­raknya, juga tidak kalah lihainya, na­mun makin menjauh dari dasar atau sumbernya. Karena inilah, maka ilmu si­lat Siauw-lim-pai menjadi ilmu silat yang tertua dan yang paling aseli, tidak berubah semenjak ratusan tahun yang lalu.

Ceng Sim Hwesio adalah murid kepa­la dari Ketua Siauw-lim-pai pada waktu itu. Tentu saja dia telah memiliki ilmu kepandaian yang tinggi, dan memiliki tenaga sin-kang yang amat kuat. Sebetul­nya, dibandingkan dengan Bok Sam, baik mengenai kematangan latihan maupun tingkat kepandaian, hwesio ini tidak kalah bahkan lebih unggul dan lebih ma­tang, juga tenaga saktinya tidak kalah kuat. Akan tetapi, lawannya itu telah memperoleh gemblengan khusus dari Ke­tua Thian-liong-pang, dan ilmu yang di­milikinya adalah ilmu golongan hitam yang mempunyai banyak gerakan-gerak­an mengandung tipu daya yang aneh-aneh dan tidak dikenal oleh seorang pendeta yang mengutamakan kejujuran seperti Ceng Sim Hwesio.

Ketika dengan gerakan yang kuat se­pasang lengan baju hwesio itu menyam­bar ke arah toya yang menyerang, melibat kedua ujung toya itu dengan sepa­sang lengan bajunya untuk merampas senjata lawan, secara tak terduga dan tiba-tiba, Si Lengan Satu itu melepas­kan toyanya dan menggunakan kesematan selagi lawan tidak bebas karena kedua lengan dipakai untuk berusaha merampas toya, tangan kanan yang mempu­nyai ilmu dahsyat "telapak tangan go­lok" itu telah membabat ke arah pundak Ceng Sim Hwesio!

Hwesio tua itu terkejut sekali. Dari sambaran hawa pukulan tangan kanan itu dia dapat menduga bahwa lawannya memiliki pukulan ampuh yang berbahaya se­kali. Untuk menangkis, tidak keburu lagi karena kedua tangannya tidak bebas, se­pasang ujung lengan bajunya sudah meli­bat toya, maka jalan satu-satunya bagi­nya hanyalah miringkan tubuh dan mene­rima hantaman tangan miring itu dengan pangkal bahunya yang berdaging sambil mengerahkan sin-kangnya.

"Desss!"

Hebat bukan main pukulan tangan mi­ring dari Bok Sam ini. Dia telah mene­rima latihan khusus dari Ketua Thian-liong-pang dan kekuatan tangan tunggal­nya itu amat dahsyat. Bukan seperti ta­ngan yang mengandung tenaga sin-kang biasa yang dapat memecahkan batu karang, akan tetapi tangan kanan Bok Sam ini dapat dipergunakan seperti sebatang golok yang tajam, dapat mematahkan senjata lawan dan dapat dipakai memba­cok putus leher manusia! Ketika tangan yang dihantamkan miring itu bertemu dengan pangkal lengan Ceng Sim Hwesio yang mengandung tenaga sin-kang amat kuat sehingga menjadi kebal, tubuh hwe­sio itu tergetar hebat dan biarpun dia tidak terluka karena "bacokan" tangan itu dilawan oleh sin-kangnya, namun dia roboh terpelanting, libatan kedua ujung lengan bajunya pada toya terlepas dan toya itu telah dirampas kembali oleh Bok Sam yang menggunakan toya untuk menodong dada hwesio yang sudah rebah terlentang.

Serial Bu Kek Siansu (Manusia Setengah Dewa) - Asmaraman S. Kho Ping HooWhere stories live. Discover now