Siang In tidak bergerak membantu Kian Bu. Selain bingung menyaksikan gerakan Kian Bu yang mencelat ke sana-sini secepat itu dan takut kalau bantuannya malah akan mengacaukan gerakannya, juga dia merasa tidak enak mendengar ucapan-ucapan Siluman Kucing tadi. Apalagi mendengar ucapan Hek-tiauw Lo-mo bahwa Kian Bu merayu puterinya habis-habisan! Hatinya mulai merasa tidak senang dan kini dia hanya menonton sambil berjaga-jaga untuk membantu Kian Bu apabila perlu, sungguhpun kini dia merasa hampir yakin bahwa Kian Bu pasti akan dapat mengatasi kedua orang lawannya.
Dugaan Siang In memang tidak keliru. Dengan kecepatan gerakan Ilmu Sin-ho coan-in, Kian Bu mulai mendesak kedua orang lawannya. Dia lebih banyak menyerang, karena dua orang lawan itu sama sekali tidak memperoleh kesempatan untuk menyerang bayangan yang berkelebatan menyambar mereka dari segala jurusan itu. Sedemikian cepatnya gerakan Kian Bu sehingga dia seolah-olah berubah menjadi beberapa orang banyaknya!
"Hyaaaaakkk....!" Hek-tiauw Lo-mo membentak dan tangan kirinya bergerak. Sinar hitam lebar menyambar ke arah bayangan Kian Bu dan itu adalah senjata rahasianya yang amat ampuh dan bebahaya, yaitu jala hitam terbuat dari benang lembut yang amat kuat. Jala itu menyambar cepat sekali, akan tetapi gerakan Kian Bu masih lebih cepat karena dia sudah dapat menghindarkan diri, bahkan tangannya menyambar ujung jala dan ditariknya jala itu ke arah sinar hijau dari pedang Mauw Siauw Mo-li yang menusuknya.
"Brettt....!" Jala itu terobek pedang, akan tetapi pedang hijau di tangan wanita cabul itu pun terbelit jala. Kesempatan ini dipergunakan oleh Kian Bu untuk menendang. Wanita itu masih berusaha menghindarkan tendangan dengan melempar tubuh ke belakang dan menarik pedang sekuatnya, namun tetap saja pangkal paha kirinya tercium ujung sepatu.
"Aduhhh....!" Wanita itu terpental dan pedangnya sudah terlepas dari libatan jala, kemudian dia terbanting dan bergulingan lalu meloncat berdiri sambil meringis dan tangan kirinya mengelus-elus pangkal paha yang terasa nyeri dan panas. Akan tetapi, hatinya lebih panas lagi daripada pangkal pahanya yang tidak terluka parah hanya nyeri dan panas itu, karena dia mengingat betapa dahulu, bagian tubuh itu pernah diusap dan dibelai sayang oleh Kian Bu, akan tetapi kini ditendang! Dia merasa terhina sekali.
Sementara itu, melihat jalanya robek, Hek-tiauw Lo-mo membentak dan goloknya membacok ke arah Kian Bu, disusul hantaman tangan kirinya. Kian Bu miringkan tubuhnya ke kanan, membiarkan golok menyambar lewat dan melihat tangan kiri lawan yang mengeluarkan asap itu memukulnya dengan tangan terbuka ke arah dada, dia pun cepat memapaki dengan tangan kanannya.
"Desss!" Dua telapak tangan bertemu dengan dahsyatnya dan akibatnya, tubuh Hek-tiauw Lo-mo terjengkang dan roboh bergulingan sampai beberapa meter jauhnya! Biarpun dia tidak terluka parah, namun tenaga pukulannya yang membalik karena kalah kuat bertemu dengan hawa sinkang lawan tadi telah memukulnya sendiri, membuat napasnya sesak dan tubuhnya gemetar!
Akan tetapi pada saat itu, Mauw Siauw Mo-li yang melihat bahwa dia dan suhengnya takkan mampu mengalahkan Kian Bu, sudah melontarkan beberapa buah benda hitam ke arah Siang In! Dara ini tidak tahu benda apa yang menyambar ke arahnya itu, maka dengan cepat dia hendak menangkis.
"Jangan ditangkis....!" Kian Bu berseru dan tubuhnya berkelebat cepat sekali, tahu-tahu Siang In telah dipondongnya dan dibawanya berloncatan ke kanan kiri. Terdengar ledakan-ledakan keras bertubi-tubi, akan tetapi selalu dapat dielakkan oleh Kian Bu yang memondong tubuh Siang In. Setelah ledakan tidak terdengar lagi, tempat itu menjadi gelap oleh asap hitam dan dua orang manusia iblis itu telah lenyap.
Kian Bu beberapa kali melompat jauh, keluar dari lingkungan asap itu, lalu menurunkan Siang In dan mengomel gemas, "Hemmm, lain kali aku tidak akan memberi kesempatan kepada mereka untuk melarikan diri."
Siang In memandang kagum kepada Kian Bu, lalu menghampirinya dan memegang kedua lengannya, "Kian Bu, engkau hebat sekali...." katanya.
Mereka saling berpegang tangan, berhadapan dan saling pandang dengan mesra. Ketika pandang mata mereka bertaut, yakinlah Kian Bu bahwa dia benar-benar mencinta dara ini. Semua rasa cintanya terpancar dari pandang matanya, terasa benar oleh Siang In dan membuat bulu tengkuk dara itu meremang dan dia cepat-cepat menundukkan mukanya. Dara lincah yang biasanya suka menggoda orang itu kini kemalu-maluan menatap sinar mata yang demikian penuh cinta kasih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Serial Bu Kek Siansu (Manusia Setengah Dewa) - Asmaraman S. Kho Ping Hoo
General FictionBu Kek Siansu adalah sebuah karakter khayalan hasil karya Kho Ping Hoo, dan merupakan serial bersambung terpanjang terbaik di samping seri Pedang Kayu Harum (Siang Bhok Kiam). Ia dikisahkan pada masa kecilnya disebut Anak Ajaib (Sin Tong) karena dal...