11 :: Bagian dari hidupnya. (2)

9.8K 1.1K 12
                                    

I'm sorry if I said I need you...

Strong - One Direction

***

“Hahhh! Capek!” keluh Cita sambil membanting dirinya di tempat tidur Aurell.

“Halah, sok-sokan capek padahal tadi situ paling semangat.” cibir Aurell di sudut lain kamar, dia tengah memakaikan pelembab pada wajahnya.

Cita cengengesan dibuatnya.

Suara hp membuat Cita teralihkan, hp Aurell. Dengan jahil Cita mengambil hp Aurell dan membuka percakapan di Line.

“Wah Rell, gencar banget si Candra deketin elo ya?” kata Cita setengah terkejut mendapati banyaknya chat dari Candra.

Aurell menoleh. “Hah? Iya kayaknya.”

“Kenapa nggak lo terima aja sih si Candra? Toh Nadi juga nggak apa-apa.”

Aurell tersenyum lalu mendekat dan duduk di samping Cita. “Kenapa emangnya?” tanya Aurell balik.

Cita memeluk bantal. “Ya Candra 'kan ganteng, populer, baik lagi, plusnya nih dia cuma kayak gini ke elo, artinya dia setia.”

“Iya lo bener. Candra emang keliatan sempurna banget. Siapa sih yang nggak bakalan suka sama dia?” Aurell kembali tersenyum, “tapi Cit inget, se-sempura apa pun manusia pasti punya kekurangan.”

Cita tertegun. “Maksudnya Candra ada kekurangan gitu? Apaan?”

“Iya, dia punya, setiap orang punya kekurangan. Sayangnya kekurangan Candra ini gue benci banget,” Aurell menarik napas, “dia suka menarik kesimpulan sesuka hati dia, nggak mau dengerin orang lain.”

Cita mengadahkan kepalanya melihat langit-langit. “Maksud lo dia salah paham tentang Nadi? Aurell, siapa sih yang nggak bakal salah nilai Nadi kalau dia begitu? Gue aja dulu benci banget sama Nadi, itu sebenernya salah Nadi sendiri, siapa suruh dia bersikap kayak gitu?”

Aurell terkekeh. “Nah, gitu tuh cara mikir orang-orang yang salah.”

Cita mengernyit bingung.

“Bukan Nadi yang salah bersikap gitu, tapi kita yang salah karena terlalu cepat ngambil kesimpulan. Yah, biasalah manusia, selalu ngeliat dari satu sudut pandang tanpa mau ngeliat dari sudut pandang yang lain dan menganggap seolah dirinya yang paling bener. Padahal masih ada Tuhan yang Maha Tahu.”

Cita menutup mukanya dengan bantal. “Berarti gue salah banget ya selama ini, untung lo bawa gue ketemu Nadi, Rell, kalau nggak gue bakal tetep salah paham. Aih! Gue jadi pengen nangis 'kan!”

Aurell tertawa. “Udah deh, masalah Candra dilupain aja. Gue lebih butuh lo sama Nadi daripada dia.”

“Aha!” Cita menjentikan jari, “gimana kalau lo ceritain aja yang sebenernya ke Candra?”

Aurel kembali terkekeh. “Dan buat dia berpikir kalau Nadi yang hasut gue, gitu? Cit, gue udah bilang dia itu suka menyimpulkan sesuatu sesuka hati.”

Cita menunduk. “Iya juga sih.”

Lalu keheningan janggal menyelimuti mereka, membuat Cita tiba-tiba teringat cerita Aurell tadi.

“Rell! Lanjutin cerita tadi dong!”

Aurell menoleh. “Boleh, sampe mana ya tadi?”

“Euummm, sampe Nadi dikucilin anak panti karena katanya aneh.”

“Oh iya, gue lanjutin kalau gitu....”

Semenjak saat itu Aurell selalu berada di depan Nadi setiap kali gadis itu diusili anak-anak panti yang lain.

Diary Of The Antagonist Where stories live. Discover now