22 :: Rasa sakit.

11.1K 1.1K 53
                                    

The only thing she could feel is only the numb feeling that kill her slowly.

-Basel & Tasha (dheamaulidia)

***

Iyan hanya dapat berdiri diam dan menyaksikan ambulance pergi membawa tubuh Nadi. Dia tidak tahu apa yang harus dia lakukan, semuanya tiba-tiba terasa kosong, dan perih.

Kening Iyan mengkerut seraya merasakan rasa aneh di dalam dadanya. Membuat napasnya terasa sangat sesak.

"Kak?"

Iyan menoleh, mendapati Ari di sebelahnya. Mata gadis itu memancarkan cahaya kekhawatiran, tapi Iyan tahu itu bukan untuknya.

"Kak Mira dibawa ke mana?" pertanyaan itu kembali membuat Iyan mengernyit, merasakan sengatan aneh di dadanya.

"Rumah sakit." dan Iyan cukup terkejut ketika mendapati bahwa Ari seolah tahu sesuatu. Dan Iyan yakin Ari memang tahu.

"Ri? Kamu tau Mira kenapa?" dia menatap mata gadis itu.

Ari terkejut, dia mendadak gugup. Dan dia tipikal seseorang yang sulit berbohong.

"Kamu tau, Ri. Kamu tau Mira kenapa 'kan?"

"K--Kak Iyan kenapa nanyain itu?"

Iyan tertegun sejenak. Kenapa? Kenapa dia menanyakan hal itu? Dia juga tidak tahu. Yang dia tahu adalah semakin dia tidak tahu, maka semakin sesak perasaannya.

Satu tarikan napas panjang, dan Iyan kembali menatap mata Ari. "Maaf karna nanyain hal itu sama kamu. Aku ke kelas duluan." dia melangkah pergi dan berusaha sekuat tenaga menyingkirkan rasa sesak yang memenuhi hatinya. Walaupun dia tahu itu percuma.

Ari menatap punggung Iyan. Rona wajahnya menurun seraya hilangnya punggung itu di balik tembok. Ari tahu keputusannya tepat. Dia memang harus melepas Iyan dari sisinya.

•••

Pulang sekolah Iyan tidak langsung menuju tempat parkir, dia menuju kelas Aurell. Dia merasa kalau Aurell harus diberitahu tentang keadaan Nadi.

Jadi, dia berbelok masuk ke dalam kelas Aurell dan mendapati gadis pujaan Candra itu tengah ngobrol santai dengan temannya, Cita.

Mata Aurell dan matanya bertemu. Dan Iyan dapat menangkap keterkejutan di sana.

"Ngapain ke sini, Yan?" tanya Aurell spontan.

"Nadi masuk rumah sakit--"

"--HAH?! Ka--kapan?! Kenapa bisa?!"

Iyan menelan salivanya, melihat kekhawatiran yang sangat nyata di mata Aurell, dan juga temannya itu.

"Nggak tau, tadi dia tiba-tiba pingsan, gue bawa ke uks tapi kata dokter Dian harus di rujuk ke rumah sakit jadi... ya gitu." Iyan menjelaskan seadanya.

Aurell menoleh pada Cita. "Cit, kita ke rumah sakit sekarang."

Kedua gadis itu langsung bediri dan melangkah keluar dan mengabaikan Iyan seolah Iyan hanya burung pembawa pesan.

Diary Of The Antagonist Where stories live. Discover now