28 :: Warrior.

10.6K 992 27
                                    

Cukup aku rasakan ini. Cukup aku rasakan ini. Sakit sekali. Sakit sekali.

Kisahku - Brisia Jodie

***

Aurell berdiri diam di depan pintu ruang rawat Nadi. Matanya terus melirik Anita yang duduk bersama Iyan tidak jauh dari tempatnya berdiri. Mata Anita terlihat kosong, putus asa. Aurell menghela napas pelan.

Dia tau Nadi telah melalui waktu yang sangat sulit selama ini. Tapi rasanya ini keterlaluan, Aurell tidak paham dengan jalan pikiran gadis itu. Apa memang ini yang Nadi mau? Rasanya janggal, gadis itu terlalu keras kepala.

Sekali lagi Aurell menghela napas, dia meraih knop pintu ruangan itu dan membukanya. Pemandangan pertama yang dia lihat adalah Nadi yang memunggunginya.

Tanpa ragu Aurell melangkah mendekat.

"Gue mau sendiri dulu."

Langkah Aurell terhenti.

"Nad..."

"Gue mau sendiri dulu Rell."

"Kenapa sih? Kenapa lo jadi gini sekarang? Mana Nadi gue yang dulu?" Aurell berkata dengan lantang.

Hening beberapa saat menyelimuti mereka hingga akhirnya Nadi beranjak untuk duduk dan menatap Aurell.

"Kenapa gue jadi gini sekarang? Kenapa? Gue juga punya pertanyaan yang sama kayak lo Rell..."

Aurell terdiam.

"Gue.... Gue juga pengen balik jadi Nadi yang dulu, Nadi yang kuat bahkan ketika dapat cacian dari orang lain, GUE JUGA PENGEN RELL!!..."

Aurell mendekat. "Nad..."

"Lo tau apa? Lo tau rasanya nggak di sayang sama ibu angkat lo sendiri? Lo tau rasanya kehilangan satu-satunya orang yang perduli sama lo? Oh, gue lupa, lo 'kan punya keluarga yang bahagia nggak kayak gue, kalau gitu gimana caranya lo bisa tau apa yang gue rasain? TERUS KENAPA LO MASIH NANYA KENAPA GUE JADI KAYAK GINI SEKARANG?!"

"Nad, maksud gue bukan gitu,"

"Andai bisa ngulang waktu Rell, gue pengen gue nggak usah di lahirin ke dunia ini. Atau paling nggak gue pengen langsung mati aja waktu penyakit gue pertama kali di tau.."

Aurell terisak pelan, dia meraih tangan Nadi, menatap mata Nadi yang juga berkaca-kaca penuh dengan emosi.

"Maaf... Maaf Nadi, jangan ngomong gitu."

"Kenapa gue harus hidup kalau yang bisa gue rasain hanya rasa sakit Rell? Kenapa gue baru bisa rasain rasa bahagia dan rasa sayang dari bunda saat gue sekarat gini? Kenapa?" Nadi merasakan air mata mengalir melalui pipinya, tangan Nadi meremas tangan Aurell yang terasa hangat.

Aurell meraih Nadi kedalam pelukannya. "Kenapa harus nolak permintaan bunda? Masih ada kesempatan, Nad. Gue mau sama lo selamanya, gue nggak mau kehilangan sahabat gue yang paling berharga.."

Nadi hanya diam, mencoba mencari kenyamanan dari pelukan sahabatnya ini.

"Masih banyak orang yang sayang sama lo Nadi. Masih banyak orang yang pengen lo sembuh dan ngerasain hidup bahagia. Masih ada bunda, ada gue, ada Iyan, bahkan Ari."

Diary Of The Antagonist Where stories live. Discover now