24 :: Where do broken hearts go.

10.9K 1.1K 8
                                    

You're a little late, I'm already torn...

Torn - Natalie Imbruglia

***

“Yan!”

Iyan menggeliat kecil dalam tidurnya, samar-samar mendengar suara nyaring memanggil.

“Iyan! Bangun! Iyannn!”

Kelopak mata pemuda itu terbuka mendadak, dia langsung duduk dengan kaget.

“Kenapa?” tanyanya begitu melihat wajah panik Aurell. Sedikit melirik, dia dapat melihat jam yang sudah menunjukan pukul 3 sore.

Aurel tidak menjawab, dia malah terlihat menelpon seseorang.

Iyan masih linglung, dia tidur terlalu lama dan itu membuat kepalanya terasa sakit.

“Rel kenapa?” tanya pemuda itu sekali lagi.

Mata Aurell bertemu dengan matanya, dan dia dapat melihat mata gadis itu memerah dan berkaca.

“Na--Nadi pergi.”

Jantung Iyan langsung mencelos. Napasnya memburu ketika melihat tempat tidur yang tadinya ada Nadi berbaring kini kosong dengan cairan infus yang tumpah di atas kasur.

“Yan... gimana ini? Handphonenya mati.”

Aurell sudah gemetar, isakan mulai keluar dari mulutnya.

Iyan mencoba tenang, kalau dia panik maka Aurell pasti akan lebih panik. Jadi Iyan berdiri dan menyuruh Aurell duduk.

“Udah tanya ke suster? Dokter? Siapa aja?” Iyan bertanya pelan.

Aurell mengangguk berulang-ulang, seolah sekali saja tidak cukup. Iyan memejamkan mata. Bingung sepenuhnya.

“Nadi udah sering kabur pas perawatan, Yan. Kelewat sering malah.” Aurell berkata di sela isakkan.

Iyan membuka mata, menatap Aurell yang sepenuhnya gemetar.

“Tapi ini beda. Gue ngerasa ini beda, dia nggak pernah matiin hp saat kabur. Dia pasti bisa gue temuin kalau dia kabur. Kenapa sekarang nggak bisa?” gadis itu menarik napas, menghapus air matanya yang terus mengalir, “gue takut, Yan... gue takut banget--- tolong cari Nadi, dia pasti takut di luar sana.”

Iyan mencoba untuk memegang bahu Aurell namun ditepis oleh gadis itu. Aurell semakin terisak. Dia terus menggeleng.

“Dunia jahat banget sama Nadi, Yan. Nggak ada yang berpihak sama dia. Dia harus kemana sekarang? Dia pasti ketakutan, Yan... tolong cari dia, gue mohon---”

“---Rell berhenti,” Iyan memotong, tegas, “kalau lo nangis terus kapan kita cari Nadi? Kita harus ke rumahnya, Rell, kita harus kasih tau keluarganya.”

“Percuma Yan, Bundanya nggak bakal perduli, gue harus gimanaaa?”

Iyan tertegun, sekilas bayangan saat dia datang ke rumah Nadi lewat di kepalanya, dia ingat betul tatapan Nadi saat itu, penuh dengan kekecewaan walaupun dia hanya melihat sekilas.

Diary Of The Antagonist Where stories live. Discover now