Delapan

74 5 0
                                    

Ethan melirik jam tangannya, sudah lewat pukul 2 siang, tetapi Anna tidak bisa dihubungi. Ia bahkan sudah bertemu dengan salah satu pihak Wedding Organizer untuk mengecek gedung resepsi mereka. Ia juga sudah setuju dengan gedung yang berada di daerah Thamrin Nine tersebut. Hanya menunggu keputusan Anna saja, apakah Ia menyukai gedung tersebut atau tidak.

Ethan sudah menghubungi Anna berulangkali namun tak ada jawaban. Ethan mulai cemas. Ia takut sesuatu yang buruk terjadi pada Anna dalam perjalanan.

"Udahlah, Than, ngecek gedung kan nggak perlu berdua. Lu bisa fotoin terus kirim ke Anna," serbu Darrel yang masih setia menemani Ethan.

"Ini bukan lagi soal gedung, Rel. Gue jadi khawatir sekarang. Anna tuh nggak pernah nggak ada kabar kayak begini."

"Mungkin masih di sana," kata Darrel yang enggan mengucapkan tempat di mana  Karen dirawat.

Sejak mendengar teman SMA-nya itu, ah tepatnya gadis yang menolak cintanya 6 tahun lalu itu dirawat di rumah sakit jiwa, Darrel memiliki banyak pertanyaan yang ingin ditanyakannya kepada Anna. Untuk itulah Ia memaksa Ethan untuk membawa serta dirinya di sini, di sebuah ballroom gedung Thamrin Nine. Meski sebenarnya Ia bisa menemui Anna di lain waktu, tetapi itu bukan gaya Darrel. Ia tidak ingin terlihat begitu kepo dengan keadaan Karen. Ia hanya berharap Anna akan menceritakan semuanya tanpa Ia menanyakannya.

Biasanya perempuan kan seperti itu. Akan cerita panjang lebar sebelum diminta. Setidaknya perempuan-perempuan yang dikenal Darrel memang seperti itu.

"Ya udah gue ke dalem dulu," pamit Darrel seraya meninggalkan Ethan yang mondar-mandir di depan pintu ballroom. Menghindari ketegangan yang sebenarnya tak perlu dianggap serius.

Darrel mengerti kemudian, Ethan memang susah diajak becanda. Yang membingungkan mengapa orang semacam Ethan bisa bertahan bersahabat dengan tiga orang yang kerjaannya becanda melulu.

Darrel meliarkan pandangannya ke seluruh ruangan. Meski masih disesaki bangku-bangku bekas seminar, Ballroom ruangan itu terlihat begitu luas. Darrel mengira-ngira jika ruangan itu bisa menampung ribuan tamu undangan.

"Pak punten, mau tanya tentang deal-annya. Apakah sudah cocok di tanggal segitu?" tanya seorang pria separuh baya menghampiri Darrel.

"Memangnya kenapa, Pak?" tanya Darrel.

"Harus segera di booking, Pak. Kalo enggak, nanti keduluan sama orang. Bisa-bisa daftar tunggunya sampe tahun depan, Pak. Ini kebetulan aja di tanggal segitu masih kosong."

"Oh. Tunggu ya, Pak." Darrel menoleh ke belakang, menunggu Ethan datang.

"Calonnya belum dateng ya?!"

Darrel mengangguk-angguk. Tak lama Ethan masuk ke dalam, mendekati Darrel dan Bapak pengurus gedung.

"Than ditanyain nih."

"Ini calonnya, Pak?" Pengurus gedung melihat  Darrel dan Ethan bergantian.

"Iya, bener. Kenapa, Pak?" Ethan yang baru nimbrung menjadi bingung mendengar pertanyaan Bapak pengurus.

"Memangnya pernikahan sejenis udah disahkan ya di negara ini?!" tutur Bapak Pengurus lirih.

APA???

Namun Ethan dan Darrel masih bisa mendengarnya.

***

KareninaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang