Part 15; Hurt

13.3K 814 13
                                    

Salju. Seluruh wilayah Manhattan sedang diselimuti salju hari ini. Itu cukup tebal, hujan saljunya pun bahkan seperti tidak mau berhenti. Cherisia menarik coklat panasnya. Ia sedang duduk diatas kursi single didepan pintu kaca balkon apartemen barunya.

Sean tidak terlalu kasar semalam, jadi Cherisia bisa bangun dengan cukup segar tanpa terlihat kelelahan sama sekali. Yang jadi pertanyaan saat ini adalah, akankah ia jadi pergi kekampus atau tidak dengan badai salju ini? Ah, tentu ia harus pergi. Paling tidak ia harus pergi sebelum liburan musim dingin dua hari lagi. Namun sepertinya ia tidak akan bisa sesantai saat musim liburannya ketika masih di Indonesia bukan?

Drrrrttt... drrrttt...

Ponselnya bergetar. Itu nomor pamannya, Hyun Jisung. Cherisia mengendus kasar. Jisung sama sekali tidak mau menyerah ternyata, padahal Cherisia sudah dengan terang-terangan menolak menerima saham dari pamannya, dan hal itu membuatnya kesal. Itulah alasan ia tidak ingin menjawab telfon dari Kakak ibunya itu belakangan ini.

Satu lagi nomor yang sama sekali tidak ia kenal terus saja coba menelfonnya sejak kemarin, Cherisia rasa itu nomor Darwin. Sekali lagi gadis itu mengabaikan telponnya. Ia menatap pantulan dirinya didalam pintu kaca balkon kamarnya.

Satu hal yang dapat simpulkan, ada sosok Hyesung dalam dirinya. Yang jadi pertanyaan adalah mengapa dulu ibunya tidak menamai dirinya dengan nama Korea saja? Kenapa justru memilih nama Cherisia Alyssa? Tidak ada Korea-nya sama sekali.

"Mommom, harus berapa kali Cherisia bilang kangen sama Mommom.." Gumam Cherisia pelan.

Gadis muda itu menghempuskan nafasnya pelan, ia berdiri dari duduknya dan menarik tas punggungnya. Setidaknya, ia harus berangkat kekampus sebelum salju-salju turun semakin lebat dan ia akan terjebak disini tanpa bisa kemana-mana.

XOXO
-
XOXO

Cherisia menatap bosan dosen  didepan sana. Sebenarnya ia sama sekali tidak bersemangat, tapi apa mau dikata ia fikir menahan rasa tidak bersemangatnya sehari ini tidak apa. Jujur saja, ia sudah sangat mengerti dengan materi kali ini.

"Hi Cherisia.." Sapa seorang pria disamping Cherisia.

Mengejutkan, bagaimana mungkin Marc ada disini? Setahunya mereka beda fakultas.

"Marc? Kenapa kamu disini?" Tanya Cherisia pelan.

"Jangan tanya tentang hal itu, aku ingin mengajakmu jalan-jalan setelah ini.. kamu mau?" Tawar Marc.

"Maaf, mungkin lain kali.." Tolak Cherisia halus. Ia takut jika nanti malah ketahuan Sean kalau ia jalan dengan Marc.

"Kenapa kamu terlihat menghindariku belakangan ini.." Tanya Marc.

"Maafkan aku.." Ucapnya pelan.

"Aku tahu, karena pria waktu itu kan?"

Cherisia melebarkan matanya terkejut. Oh, bagaimana Marc tahu soal itu? Cherisia menyelipkan sisi kiri rambutnya kebelakang telinga. Dia terlihat gugup, dia tidak tahu apa yang ingin ia jawab.

"Entahlah.." Balas Cherisia pasrah.

"Apa yang kamu maksud dengan entahlah Cherisia.."Gertak Marc membuat beberapa orang disekitar keduanya menatap kearah keduanya.

"Kecilkan suaramu Marc, kamu buat kita jadi pusat perhatian.. kamu bisa ketahuan menyelinap.." Ungkap Cherisia dengan suara pelan.

Marc terdiam. Cherisia benar, jika ia bicara tentang mengapa Cherisia menjauhinya disini maka semua akan kacau. Lagipula siapa dirinya, mereka baru mengenal beberapa minggu lalu jadi dia tidak berhak bertanya hal ptibadi seperti pada Cherisia.

Cinta Rahasia (PART 1-21) [GOOGLE PLAY]Where stories live. Discover now