3

2.3K 324 8
                                    

Seoul, 28 Januari 2017

Min Yoongi menapakkan kakinya di bandara Seoul. Pertama kali dalam hidupnya, Yoongi meninggalkan kampung halamannya -Daegu- untuk waktu yang mungkin agak lama.

Yoongi, Ayah dan noonanya memilih menetap di Seoul. Bukan karena apa-apa namun Ayahnya pindah ke Seoul untuk mengembangkan bisnisnya.

Awalnya Yoongi akan ditinggalkan oleh ayahnya, namun noonanya memaksa sang ayah untuk mengajak Yoongi juga. Jadi lah Yoongi ikut.

Untung saja noonanya yang murah hati juga mengajak Hyorin. Entahlah, Yoongi tidak bisa membayangkan dirinya tanpa wanita paruh baya itu.

Hidup selama 18 tahun dibawah ketiak Hyorin membuat dirinya sedikit tertutup. Namun menurut Hyorin, Yoongi tetaplah Yoongi yang dulu.

Yoongi yang manis dan penurut.

Tidak ada sifatnya yang berubah. Semuanya tetap sama, seperti sikap Ayahnya terhadap dirinya.

Masih sama, belum berubah.

Semuanya sangat monoton untuk Yoongi. Apa saja yang ia lakukan selalu salah dimata sang ayah. Entahlah, Yoongi tidak mau membahas ini lagi.

Cukup menerawang saja.

Yoongi memperhatikan sekelilingnya, hanya ada orang yang berlalu lalang didepannya. Dirinya kini sedang duduk dibangku panjang, menunggu Hyorin yang sedang ke toilet

Ayah dan noonanya sudah tiba di Seoul seminggu sebelumnya. Yoongi juga tidak mengerti kenapa ayahnya tidak mau berangkat bersama dirinya.

Jika dipikir, menggunakan pesawat dari Daegu ke Seoul hanya membutuhkan waktu beberapa jam saja.

Entahlah, Yoongi memilih untuk tidak memikirkannya. Hyorin telah kembali dari toilet. "Apa kau terlalu lama menunggu?"

Yoongi menggeleng.

"Ibu, apa ayah menyuruh seseorang untuk menjemput kita?"

"Kurasa tidak. Tuan Siwon sudah memberiku alamat tempat tinggalnya!" jelas Hyorin seraya menunjukkan secarik kertas. Yoongi hanya ber'oh' ria.

"Kalau begitu, ayo cepat kita pergi!"

Hyorin terkikik. "Sangat tidak sabaran?"

"Tentu saja!"

.....

"Jadi, kau tetap memilih tinggal di Korea?"

"Tentu saja, ayah!"

"Kau tega sekali pada Ayah, kalau kau tinggal disana bagaimana denganku? Siapa yang akan kumarahi nanti?"

Jungkook memutar bola matanya, "Itulah sebabnya aku menjaga jarak darimu!" Jungkook meremas ponsel ditangannya.

"Aku digunakan hanya untuk meneruskan bisnismu. Ayolah, aku masih 17 tahun, aku juga ingin menamatkan sekolahku ayah"

Terdengar pria diseberang line sana terkekeh.

"Tapi sekolah disini lebih bagus, anakku! Dan juga gadis-gadis disini banyak yang berambut pirang. Kau suka kan gadis berambut pirang?"

"Omong kosong. Aku tidak suka pada gadis seperti itu, aku suka yang polos dan berambut hitam."

"Ck, kau saja mewarnai rambutmu!"

Jungkook menggelengkan kepalanya. "Terserah ayah, sudahlah, Taksiku sudah datang. Bye, kututup"

Jungkook memutuskan teleponnya. Tidak menggubris ayahnya yang mungkin sedang mengumpatinya disana.

Aku kembali hanya untuk bertemu dengannya.

PAPER HEART ✔Where stories live. Discover now