8

1.8K 267 22
                                    

Yoongi merasakan sesuatu membasahi bibirnya. Ia mengerjapkan mata. Pening mulai mendera kepalanya, ia berusaha bangkit namun ia terlalu lemas.

"Jangan paksa tubuhmu" Yoongi menatap Hyorin setelah ia mendapatkan fokusnya kembali. "Aku dimana?"

"Kau ada dikamarmu, Yoongi" Yoongi memandang sekitar, ini adalah kamarnya. Bayangan sebelum ia pingsan kembali berputar dan hatinya sakit mengingatnya.

Ia memejamkan matanya menghalau airmatanya yang mulai merembes dan merasakan sudut bibirnya perih.

"Bibirmu robek dan berdarah," Hyorin mengkompres bibir Yoongi yang mendesis perih.

"Apa akan membekas?" Hyorin menatap Yoongi bingung, "Maksudku luka dibibirku. Apa akan membekas?"

"Kurasa akan menghilang dalam satu atau dua hari" Yoongi gelisah. Ia belum siap ditanya yang tidak-tidak oleh Jungkook dan lainnya saat disekolah besok.

"Kenapa?"

"Tidak, aku hanya bingung harus menutupinya bagaimana"

Hyorin sedikit berpikir, "Aku punya bedak, kurasa itu cukup untuk menutupinya." Yoongi mengangguk.

"Baiklah, sudah selesai" Hyorin selesai mengoleskan sedikit salep ke bibir Yoongi yang sobek. "Sekarang kau berhutang penjelasan padaku. Kenapa kau pulang terlambat?"

Yoongi membeku, alasan dia terlambat karena ia ada acara-ditembak oleh Jeon Jungkook-yang menyenangkan, seketika wajah Yoongi memanas mengingatnya. Kedua sudut bibirnya tertarik keatas tidak mempedulikan bibirnya yang terluka.

Hyorin menatap aneh putra asuhnya, "Ada apa?" Yoongi menggeleng. "Tidak ada"

"Lalu kenapa kau terlihat bahagia?" Yoongi beranjak dari kasur, "Memangnya aku tidak boleh merasakan bahagia?" pertanyaan Yoongi menyentak Hyorin.

"M-maksudku bukan begitu Yoongi" Hyorin mencoba mengelus surai hitam Yoongi, namun sedetik kemudian ia menyentaknya. "Apa kau tidak suka jika aku bahagia?"

Terlihat mimik wajah Yoongi terluka. "Aish, kau salah paham, aku senang jika kau merasakan kebahagiaan. Percayalah aku sangat senang"

Hyorin merengkuh Yoongi dan mengelus rambut hitamnya. Yoongi memang seorang namja tapi tubuhnya kelewat kecil untuk seukurannya.

Yoongi diam saja, ia tidak membalas atau menepis pelukan Hyorin. Yoongi mulai meragukan Hyorin sekarang.

Ia sedikit menggelengkan kepalanya. "Aku percaya, Maaf meragukanmu!" Yoongi perlahan melepas pelukan erat Hyorin.

Ia menampilkan senyum tulusnya. "Aku kelewat bahagia karena aku mm" Yoongi menggigit bibirnya, wajah kembali bersemu. Hyorin yang menatapnya pun jadi gemas sendiri.

"Aigo, babyku lucu sekali" ia mencubit pipi Yoongi. "Ah jangan cubit pipiku, sakit tau" rengeknya lucu.

Hyorin tergelak, "Lalu kau kenapa tadi? Ada apa?" Yoongi memalingkan wajah merahnya. Ia melangkah menuju kamar mandi yang terletak dipojok kamarnya. "Sudahlah, besok saja. A-aku mau mandi"

Yoongi menghela napasnya lega saat ia berada didalam kamar mandi. Ia mengabaikan rengekan Hyorin yang meminta jawaban. Yoongi terkikik. "Astaga tidak ingat umur" ledeknya yang ia yakin Hyorin tidak akan mendengarnya.

Hyorin pun meninggalkan kamar Yoongi sambil menggerutu tidak jelas. Namun ia kemudia tersenyum lebar. "Aku senang jika kau senang Yoongi, carilah kebahagiaanmu! Aku yakin kau akan berhasil" gumamnya menatap pintu kamar Yoongi.

Ia berbalik kedapur, ia akan memasak makan malam namun sebuah deheman menghentikan kegiatannya. Hyorin menoleh kebelakang dan mendapati Taeyeon sedang menatapnya intens.

PAPER HEART ✔Where stories live. Discover now