SEMBILAN BELAS: NICO MASIH SAYANG

153K 11.2K 701
                                    

HALO, APA KABAR?

SELAMAT MEMBACA YA AYANG 😍

KOMENTAR SETIAP PARAGRAF YA 😘

ABSEN DULU SEBELUM MEMBACA 👋

***

Motel berlantai dua adalah tempat penginapan yang dipilih tim basket SMA Pemuda selama tiga hari ke depan di Jakarta. Satu-satunya penginapan yang berjarak paling dekat dari SMA Nusa Bangsa. Sore hari di lantai dua bangunan itu, mata Nico terpancang ke kerumunan orang-orang di depan sana. Seakan-akan Ashila berada di antara puluhan orang itu.

"Sudah-sudah melamunnya." Ali menepuk bahu Nico. "Lo masih kepikiran Ashila, bro?"

Raka di atas ranjang ikut bersuara. "Salah lo juga sih dulu ninggalin dia."

"Sudah tahu Ashila waktu itu lagi sayang-sayangnya sama lo, malah lo putusin. Sakit hati lah dia sama lo. Wajar aja dia langsung pergi baru lihat lo." Raka mengimbuhkan.

"Iya. Lo kayak hantu muncul tiba-tiba." Ali membenarkan sikap buruk yang pernah Nico lakukan terhadap Ashila.

Nico memalingkan pandangan dari jendela. Membenamkan satu tangannya di kantong celananya dan menyandarkan punggung di dinding. Perkataan temannya tidak bisa disanggahnya sama sekali. Kebenaran bahwa sikapnya dulu sangat keterlaluan.

"Gue mau memperbaiki hubungan gue sama Ashila." Kalimatnya yang terucap seolah-olah ungkapan penyesalan dari cowok berhidung mancung itu. "Harusnya gue ada untuk menghapus air matanya saat itu. Gue harusnya menjadi penyemangat dia untuk melewati kehidupan dia yang apa adanya. Bukan justru ninggalin dia karena gue gengsi punya pacar yang gak selevel sama gue. "

Nico mendesah serak. Mengangkat tangannya dari kantung celana menuju kepala. Meremas lebat rambut di sana. "Gue nyesal sudah putusin dia."

"Gue mau ngajak Ashila balikan." Ada ketulusan dalam caranya berkata.

Nico kemudian berbalik, kembali memandang ke luar jendela. "Ashila pasti masih sayang sama gue, seperti yang gue rasakan sekrang. Gue masih sayang sama dia." lirih cowok itu.

Raka membenarkan bantal di belakang kepalanya sambil sibuk mengamati layar handphone. "Masih sayang apaan? Pesan dari lo aja gak pernah dibalas Ashila, bro."

Ali berdecak. "Nah, betul tuh. Siapa tahu dia sudah punya pacar." Setelah menyampaikan itu, Ali beranjak ke ranjang. Menimbrung di samping Raka dan mengambil satu bantal di sana untuk dirinya berbaring.

Pandangan Ali menatap langit-langit kamar yang sepenuhnya berwarna putih. "Lagi pula nomornya juga sudah gak aktif lagi, kan? Mungkin aja nih dia gak mau berhubungan lagi sama orang-orang dari masa lalunya."

Asumsi Ali barusan membuat Nico balik badan dan menatap sahabatnya itu. "Gue ini cinta pertamanya, Ashila. Gak mungkin dia gak mau berhubungan sama gue lagi."

Raka menurunkan handphonenya. "Tapi lo nyakitin dia, bro. Lo orang pertama yang buat Ashila ngerasain sakitnya ditinggal saat sayang-sayangnya. Gila aja, satu tahun jadian bukannya dirayain, malah lo putusin. Dasar geblek lo."

Nico masih percaya pada firasatnya. "Gue yakin Ashila masih sayang banget sama gue. Hubungan gue sama dia terlalu manis untuk dilupakan."

"Dia pasti mau nerima gue kembali kalau gue ajak balikan." tambah Nico sebelum beranjak mengambil secangkir cappucino di meja.

Ali masih menatap plafon sambil terkekeh mendengar pendirian temannya. Tak salah jika Nico menjadi kapten tim basket. Sahabatnya itu selalu optimis dan itu sikap yang selalu dibutuhkan untuk menjadi pemimpin. "Kalau lo yakin gitu, gue cuma mau bilang selamat berjuang deh, bro."

Nico mengangguk kecil usai menyesap seteguk minuman hangat itu. "Besok gue bakal nyari kelas dia dimana."

Ali menoleh lagi ke arah Nico. "Kalau lo nyamperin Ashila, gue ikut dong. Kangen juga gue jailin tuh anak." Ali terngiang bagaimana dia pernah iseng menyembunyikan ransel Ashila di kelas mereka dan menaruhnya di kolong meja guru.

Raka tertegun. "Gue juga pernah tuh minjem duit dia. Waktu gue ada duit mau balikin, eh dia keburu pindah. Ikut sedih gue. Tuh anak memang baik banget." Senyum Raka melebar. "Ajak gue juga kalau mau ketemu Ashila. Gue mau balikin duit dia."

Tiga cowok yang sekamar itu kini bersiap-siap pergi meninggalkan Motel setelah teman mereka yang menempati kamar lain mengetuk pintu. Raka yang berdiri di ambang pintu berbicara. "Ok. Kita nyusul briefing di beranda depan. Kalian duluan aja."

Nico kini menyadari bahwa Ashila adalah hal penting yang telah dia sia-siakan. Padahal dulu dia telah mengecewakannya. Lucunya saat Ashila pergi, Nico mencarinya dan menginginkan kehadirannya kembali.

      

***

JANGAN LUPA FOLLOW AKUN WATTPAD AKU YA. BIAR JADI AYANG AKU 🥰

JANGAN LUPA SHARE CERITA INI BIAR BAPER BERJAMAAH!

TERTANDA, HENDRA PUTRA ❤️

Pangeran KelasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang