6: Imam Besar

3.5K 194 7
                                    

Selesai ditulis,
11 April 2019

FASHYA mengambil air wudhu di pancuran depan kelasnya untuk yang ke sekian kalinya. Wudhunya sejak tadi batal hanya karena tangan laknat Keenan yang sepertinya memang sudah dirakit dan ditakdirkan menjadi tangan-tangan usil utusan Firaun. Fashya sampai curiga, jangan-jangan, Keenan adalah Goblin saat perang Firaun.

"Keen, udah dong. Serius nih." kata Fashya nyaris pasrah.

"Gue juga serius sama lo, Fash." kata Keenan sambil terkekeh.

Lalu, ada ekspresi serius yang ditunjukkannya, dengan nada serius pula, dia mengucapkan satu kalimat, "sama-sama serius, nikah yuk?"

"Jayus." kata Fashya lalu pergi ke masjid. Tidak ada gunanya berdebat dengan Keenan, jadi lebih baik dia wudhu di masjid saja.

Usai mengambil air wudhu, dia masuk ke masjid. Tidak peduli datang paling akhir. Dia nyempil-nyempil supaya dapat shaf terdepan putri. Entah riwayat atau firman siapa Fashya lupa, tapi seingatnya, shaf yang baik adalah paling depan. Ah, bukan-bukan. Jujur saja, karena Fashya akan melaksanakan salat dan dia tidak mau dosanya bertambah, itu semua hanya alibinya saja. Alasan sebenarnya adalah, Karena, imamnya adalah Aksacakara Perdana. Semenjak Fashya mendengar lantunan adzan dari suara Aksacakara Perdana, dia langsung lari ngibrit muter-muter dari kelas IPS, MIPA, sampai Bahasa. Mencari mukena pinjaman ke anak-anak shaleh, lalu disambut gelengan samar oleh teman-temannya, tidak habis pikir setan apa yang merasuki anak itu. Lalu, setelahnya Fashya hanya akan menjawab santai, "Yee, sini inget mati. Apa ukhti-ukhti dan ihwan-ihwan lupa? Beribadahlah seakan besok kamu mati." lalu disambut kekehan dari orang-orang yang mendengarnya.

Setelah memakai mukena, Fashya menatap ke arah Aksa yang sudah berbalik. Astaga, rambutnya klimis. Bukan karena pomade, tapi karena air wudhu. Itu: kece maksimal.

"Rapatkan shaf nya." kata Aksa menginstruksi lamunan Fashya.

Aksa mengedarkan pandangan ke seluruh jamaah yang sedang merapatkan shaf. Tidak sampai satu detik, pandangan mereka bertemu. Aksa lah yang buru-buru membuang pandangannya. Kalau Fashya sih, senyam-senyum tidak jelas.

"Allahu akbar." pimpin Aksa.

Astaga, rasa-rasanya seperti latihan salat jamaah sama calon imam!

***

"Astagfirullah al adzim," kata Farel sambil mengelus dada saat mendapati Fashya masuk dengan mukena di tangannya dan kaki tanpa alas.

"Recehhh." ejek Fashya tidak menanggapi guyonan Farel dan langsung duduk, bersiap mengenakan sepatu.

"Wihhh.. Ujan badai nih nanti malem." imbuh Reza. Dasar tukang kompor!

"Gue pikir lo atheis tau nggak!" kata Fafa mendramatisir keadaan, sok terkejut.

"Astaga Fash, lo kesambet apaan? Gue kira lo mau ke mana kok nggak mau ke kantin, ternyata..." imbuh Luna.

"Kesambet cintaaaa.." kata Fashya terkekeh.

Dia lalu bangkit saat dua sepatunya sudah terpasang sempurna. Bergegas mengembalikan mukena milik Iin, anak IIS 3, ketua rohis kelas sepuluh.

"Iin, ya ampun, thanks ya. Berkat mukena lo gue jadi inget kewajiban." kata Fashya sambil terkekeh, disambut gelengan dari Iin.

"Wooo!"

"Bangsat ya lo!" umpat Fashya sebal sambil merapikan rambutnya.

Sweet PoliceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang